Setelah hari pertamaku di sekolah, aku mengantarkan Olivia ke rumahnya dengan sepedaku, lalu malam harinya, kami membuat janji untuk bertemu di pasar malam, namun di tengah perjalananku aku melihat seorang wanita yang sedang kesulitan karena tiga orang pria melakukan tindakan kriminal terhadapnya, tas yang berisi barang-barag berharga direbut dan diambil mereka serta di bawa lari.
Aku yang melihat kejadian tersebut segera mengejar mereka, setelah beberapa waktu melakukan pengejaran, akhirnya aku menemukan ketiga pria yang ku kejar di bawah jembatan, sebuah jembatan yang diberi nama jembatan keputus asaan.
Tiga pria yang tidak terima dengan kata-kata yang aku ucapkan, akhirnya salah satu di antara mereka mengayunkan dan mengarahkan pisaunya kepadaku, aku mengelak dengan cepat ayunan pisaunya, berpikir karena aku beruntung bisa mengelak ayunan pisaunya, akhirnya di mencoba nya lagi, dengan mudah dan seperti melihat hal yang sama mengelak ke arah sampingnya, lalu karena masih merasa aku beruntung dan sangat kesal, akhirnya serangannya di lakukan dengan membabi buta.
"Apa kalian benar-benar pencuri amatiran" Sambil mengelak ayunan pisaunya, aku mengatakan hal yang membuat teman mereka bertambah kesal, lalu mengeluarkan sebuah pistol dari sakunya.
Keadaan mulai hening sejenak, pria yang memegang pisau pun berhenti sambil mengarahkan pisaunya kepadaku, napasnya yang terdengar sangat berat, keringat yang mulai bercucuran terlihat dari dahinya. Sementara pria satunya memegang pistol tepat di sisi kananku, aku dihadapkan pada situasi tiga melawan satu, dimana prioritasku hanya untuk mengambil tas yang mereka curi.
Kulihat ketidak sabaran pria yang memegang pistol, dengan tangan yang bergetar menarik pelatuk pistolnya, sambil memegang pistol dengan dua tangan dan mengarahkan kepadaku, bosnya pun berkata dengan sombongnya "Aku pikir untuk mengakhiri nyawamu di sini" Sambil menenteng tasnya di pundak kanannya.
"Aku tidak ingin melukai siapapun"Jawabku dengan tenang yang membuat ketiga pria ini mulai kehabisan kesabaran, pria yang memegang pisau sebagai senjatanya, dengan cepat mengayunkan kembali kepadaku.
Melihat ayunan yang sangat kasar dan tidak teratur, membuatku dengan mudah menghindari setiap serangan yang diluncurkan oleh pria tersebut, tidak tinggal diam akhirnya pria yang memegang pistol melepaskan peluru pertamanya, gerakan refleksku yang sudah sangat terlatih membuatku dengan mudah menghindari peluru yang dia tembakkan.
Ayunan pisau dan tembakan pistol serta hindaran setiap serangan dari mereka membuat kami berkelahi dengan sangat cepat dalam beberapa menit, hingga akhirnya sebuah peluru tepat mengenai kepala rekan pria tersebut, yang membuat kami berhenti sejenak.
Melihat temannya yang tergeletak karena tembakan yang tepat mengenai kepalanya, segera dia menghampirinya dan menangisi kematian temannya tersebut.
Masih tidak terima dengan keadaan yang terjadi, membuat pria tersebut mengambil pisau temannya dan mengayunkannya ke arahku, berkali-kali ayunan yang sangat tidak akurat membuatku sangat mudah untuk menghindarinya.
Akhirnya tiba saatku melakukan serangan balasan, awalnya aku tidak mau melakukannya, namun jika terus seperti itu aku bisa terkena serangan mereka, setelah kesekian kali ayunan yang lemah, aku menangkan tangannya yang memegang pisau, aku pelintirkan tangannya dan seketika itu dia menjatuhkan pisaunya, ku tendang perutnya dengan dengkulku, dia pun memuntahkan darah dari mulutnya, lalu dengan siku ku, aku pukul leher bagian belakangnya, dan diapun terjatuh seketika.
Dua orang tumbang dengan cepat dan menyisakan seorang pria berbadan besar dan sangat kekar, kepalanya botak dan badannya sangat hitam, masih berdiri dengan tegap tanpa rasa takut melihat dua temannya terkapar di tanah.
"Letakkan tasnya dan pergilah dari sini, aku anggap ini hari keberuntunganmu" Ucapku membalikkan kata-kata yang sempat dia ucapkan sebelumnya.
"Ha Ha Ha Ha Ha…. Hanya karena kamu bisa menumbangkan dua orang kamu jadi besar kepala anak muda, lagi pula kamu hanya beruntung" Ucapnya dengan nada yang penuh kekesalan karena aku menumbangkan dua bawahannya, dan mengucapkan kata-kata yang membuatnya bertambah kesal.
"Kamu bisa memastikan sendiri jika kamu masih belum mau pergi dari sini" Ucapku menantangnya dengan tatapan yang sama-sama tajam satu sama lain.
Pria itupun mengepalkan tangannya dan dengan cepat mengarahkan tinjunya kepadaku, aku pun menghindarinya dengan sangat cepat, begitu kuat dan cepat tinjunya, bila aku telat sedikit saja saat menghindari, sudah pasti kepalaku bisa hancur di buatnya, satu pukulan, dua pukulan, tiga pukulan dia layangkan kepadaku, namun tidak ada mengenaiku.
Dalam pertarungan, pria tersebut mengatakan sesuatu kepadaku "Apa kamu belum tahu organisasi hitam" Sambil menghentikan tinjunya kepadaku.
"Apakah itu nama organisasi yang memimpin kalian" Jawabku sambil membuat pertahanan, karena pria tersebut bisa menyerang kapanpun.
"Ha Ha Ha… Ternyata kamu memang orang awam" Tawanya sambil menyuntikkan sebuah jarum ke lehernya sendiri.
Aku tidak tahu itu jarum apa, apakah itu obat-obatan terlarang, atau sebuah vitamin untuk mejaga kekebalan tubuh, entahlah untuk apa dia menyuntikkannya.
Namun setelah beberapa saat dia menyuntikkan ke tubuhnya, badannya bertambah kuat, dia pun dengan sangat cepat berlari menuju ke arahku, dengan tangan yang dikepal dan kecepatan serangan yang luar biasa, membuatku menahan serangannya dengan menyilangkan kedua tanganku kedepan wajahku, sambil menahan pukulannya, aku sedikit melompat kebelakang, sangat kuat pukulannya dan cepat, tidak seperti pukulannya yang sebelumnya.
Melihat hal itu dia melakukannya lagi, melayangkan tinju kirinya, namun kali ini aku mempercepat gerakanku, lalu berganti dengan tinju kanan, dan serangannya mulai tidak beraturan, ada sedikit keanehan, tidak seperti sebelumnya, dia seperti tampak cepat lelah dan kehabisan nafasnya, mungkin efek obat yang dia suntikkan ke tubuhnya membuatnya merasakan hal itu.
Masih memaksakan tubuhnya bergerak, dia terus melancarkan serangannya kepadaku, lagi dan lagi secara terus menerus, namun aku melihat dirinya semakin kelelahan dan mulai kehabisan nafas, persis seperti orang pertama yang mengayunkan pisau kepadaku, pria yang dipanggil bos ini juga mengalami hal yang sama, namun sepertinya ketahan tubuh dari pria ini jauh lebih kuat dari yang sebelumnya.
Karena sudah sangat kelelahan, dia pun akhirnya hanya berdiri di tempat dan tidak melakukan aksi apapun lagi kepadaku, melihat pria besar yang sudah tidak bisa melakukan apapun, aku berjalan melewatinya, dan segera mengambil tas wanita yang mereka curi, prioritasku hanya untuk mengembalikan tas tersebut, serta tidak ingin melukai siapapun.
Aku pun segera beranjak pergi, namun langkahku terhenti sejenak ketika pria itu menanyakan sesuatu kepadaku "Siapa kamu sebenarnya?" Sambil berdiri dengan keringat yang bercucuran dan tidak bisa bergerak sedikitpun karena kelelahan dan nafas yang sudah tidak beraturan.
"Hanya seorang anak sekolah" Jawabku sambil melirik ke arahnya.
"Siapapun kamu, berhati-hatilah mulai sekarang, kami mengambil tas wanita itu bukan untuk mengambil hartanya, namun benda lain yang ada di tas tersebut" Terangnya kepadaku, lalu badannya terjatuh kedepan dan tidak sadarkan diri.