Amber mendengar Daniel berbicara ditelepon dengan suara panik dan gelisah, Amber menghampirinya yang sedang berdiri menghadap ke jendela.
"What happened?" Amber bertanya dengan penasaran namun hati - hati.
Daniel mengerutkan keningnya, sambil memijit-mijit keningnya yang memiliki garis usia. Ia tertunduk seperti mencari-cari sesuatu dilantai, mondar mandir kemudian duduk disofa. Amber menyusulnya duduk di sofa besar bergaris-garis cokelat putih, ia pandangi wajah Daniel yang terlihat risau.
Daniel menghembuskan nafas dengan berat sebelum menjawab. "Orangtua Kai kecelakaan semalam"
Amber terkesiap mendengarnya.
"Are they okay?" tanya Amber dengan suara gemetar.
"They're gone" kata Daniel sambil menelungkupkan wajah di kedua tangannya.
Tak bisa Amber bayangkan wajah Kai seperti apa sekarang, yang terfikir olehnya hanya dia pasti butuh seseorang.
Amber dan Deniel segera bergegas ke kediaman Kai yang jauhnya 45 menit dari rumahnya.
Daniel bersahabat dengan Ayah Kai semenjak mereka remaja. Bahkan, Daniel bercerita kepada Amber bahwa mereka sering melakukan kencan ganda ketika mereka remaja dengan Ibu mereka masing - masing.
Daniel begitu dekat dengan Kai. Kai memiliki pesona kuat terhadap orang - orang, termasuk Daniel. Amber pun tidak menyadari kapan semua itu berawal, selain kedua orangtua mereka bersahabatan, mungkin semenjak Kai masih bayi. Tiba-tiba saja Kai telah menjadi teman diskusi terbaik Daniel.
Mereka dapat berdiskusi berjam-jam, tak jelas apa yang mereka bicarakan. Kai juga tak jarang menemani Daniel memancing atau sekedar hiking. Bahkan Daniel menyebut Kai adalah anggota tak terdaftar di kartu keluarga.
Ibunda Amber sudah lama meninggal ketika berjuang melahirkanya. Mendadak Amber merasakan matanya menghangat dan pandangannya kabur karena air mata yang menahan pandangannya. Amber coba menahannya agar tidak menetes ke pipinya.
Amber berfikir, ia tidak boleh bersedih, karena ia akan menemui Kai dan memberikan hal terbaik yang dapat dia berikan padanya.
Amber memandangi langit cerah, biru tanpa awan, cuaca cukup hangat 30° C. Amber mengenakan kaos kerah V favoritnya, kaos putih polos dengan saku di sebelah kiri dadanya, ditambah luaran cardigan berwarna hitam sebagai lambang berbelasungkawa dan celana kasual.
Mereka sampai dirumah minimalist bercat putih. Daniel memarkir mobilnya diluar karena banyak mobil yang terpakir di pelataran rumah Kai, Amber turun dari mobil lebih dulu.
Banyak karangan bunga berjejer rapi dari pagar hingga pintu masuk. Orang - orang berpakaian hitam mengerumungi rumai Kai, keadaan sangat ramai.
Ayah Kai adalah salah satu pejabat penting di Korea, sehingga banyak yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir pada beliau.
Amber dan Ayahnya memasuki dalam rumah Kai. Keadaan didalam sangat ramai lebih ramai dari di luar. Sebenarnya Amber tidak begitu suka keramaian, tapi Amber datang selain memberikan penghormatan terakhir tapi juga untuk memberikan semangat untuk Kai, jadi ia buang jauh jauh rasa tak sukanya akan keramaian. Namun Amber tidak melihat sosok Kai di ruangan, lalu Amber bertanya pada sepupunya Kai, Taemin.
"Hei Taemin, kau lihat Kai?" tanyanya.
"Hai....Amber," sambil Taemin tersenyum sendu, Amber membalas ramah senyumannya "Kai dikamarnya, dia tidak keluar dari kamar," tanganya tertuju ke kamar Kai, yang sebenarnya Taemin tak perlu melakukan itu, karena sudah jelas Amber tau dimana letak kamar Kai.
"Aku agak khawatir padanya, bisakah Kau membujuknya untuk menemui rekan-rekan dan saudara-saudaranya. Aku kehabisan akal, dia terus mengurung dirinya, dia sangat terpukul sekali" kata Taemin, ia tampak letih.
"Pergilah, temui dia, dia pasti membutuhkanmu" perintah Daniel pada Amber sambil ia mengusap- usapkan tanganya di punggung Amber.
Amber mengangguk, lalu langsung pergi meninggalkan Daniel dan Taemin yang sedang mengobrol.
Amber mengetuk pintu kayu yang dicat putih itu namun tak ada jawaban. Dengan inisiatif Amber membuka pintu. Amber melongok ke dalam dan melihat Kai sedang duduk membelakanginya dikursi meja belajar berwarna merah.
Kai menatap ke luar jendela sambil berpangku tangan. Amber masuk dan menutup pintu dengan perlahan. Amber menghampiri Kai, Kai tak menoleh sedikitpun, Amber menyentuh pundaknya, akhirnya ia menoleh. Kai menggenggam tangan Amber yang berada dipundaknya.
Amber amati ekspresi Kai yang sedih. Ekspresi Kai membuat Amber terpaku. Mata Kai sendu dan tatapanya nanar, pundaknya lemah dan tak berdaya serasa hidupnya tidak panjang lagi.
Amber menghembuskan nafas lewat sela-sela bibirnya, suasana menjadi sangat canggung saat ini, karena keadaan sedang berduka. Amber berusaha mengendalikan pembicaraannya untuk memahami kesedihan hebat yang membayang di mata Kai.
"Terima kasih sudah kemari" suara Kai bergetar, namun ia memaksakan diri untuk mengatakannya. Suaranya yang berat dan sengau terdengar lebih parau.
Amber membungkuk memeluk pundak Kai dari belakang, mengusap usap dadanya. Kai menggenggam erat pergelangan tangan Amber di dadanya. Bisa Amber rasakan kepedihan hati Kai kehilangan orangtuanya.
"Aku tau ini pasti sulit sekali untukmu, Kai. Aku juga kehilangan Ibuku ketika masih kecil dan tidak ada yang bisa menggantikan posisinya" hati-hati Amber berbicara, sambil menangkap setiap ekspresi yang Kai tunjukkan. Mata Kai menerawang ke jendela dengan tatapan kosong.
Musim ini merupakan memori terburuk untuk Kai, Kai larut dalam kesedihan, namun Amber berharap tak berselang lama. Sebagai perannya menjadi sahabat terbaik yang dimiliki Kai, Amber akan berusaha mengambil seluruh kesedihannya, karena Amber begitu menyayanginya.
Seketika Kai sedikit demi sedikit mulai menyingkirkan kesedihan hatinya. Mereka berbincang-bincang membicarakan apapun yang ada dikepala mereka. Amber berusaha membuang kepedihan Kai, namun tetap terkendali. Amber berusaha mengibur Kai agar dia tidak hanya melamun saja, dan Amber berhasil membuat Kai sedikit tersenyum, dan pandangan yang kosong dimata Kai pun lenyap.
Tak terasa diluar sudah gelap dan jam ditangan Amber sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam.
"Aku senang kau ada disini, Amber" Kai tersenyum, Amber membalas senyumanya.
Kai memegang tangan Amber, tangannya yang satu lagi menyentuh pipi Amber sambil membelainya. Amber pandangi wajah Kai yang eksotis, dan pantulan dari lampu meja yang agak redup membuat wajahnya yang kecoklatan itu terlihat lebih bersinar disisi lain wajahnya. Kai tiba-tiba melepas genggaman dan menjatuhkan tangannya dari wajah Amber ketika mendengar suara ketukan pintu di luar.
"Jongin, Amber, apa kalian masih didalam?" suara familiar terdengar dari luar.
"Itu Daniel," kata Amber "Iya masuklah"
Daniel melongok ke dalam, Amber tak tau apa makna dari kelakuan Daniel itu, seperti takut mengganggu pasangan yang sedang malam pertama saja. Daniel masuk ke dalam dan bersandar di daun pintu.
"Maaf aku mengganggu kalian," Daniel tampak canggung melihat mereka yang sedang duduk berhadapan di sisi tempat tidur. Sesekali Daniel menunduk dan membuang pandanganya dari mereka.
"No..No..tidak kok dad" Amber memberitahunya sambil terkekeh.
"Tidak kok, tidak mengganggu sama sekali" Kai menegaskan.
Daniel mengangguk pelan "Amber, Dad harus ke rumah sakit dulu, Dad ada jadwal medis dengan pasien, nanti Ayah akan kembali setelah selesai. Atau Kau bisa menginap disini__menemani Kai, Dad sudah ijin dengan Bibinya Kai apabila, kau ingin menginap"
"Ummm oke Dad" Amber mengangguk setuju, Kai tersenyum simpul. Sudah lama sekali Amber tidak menginap dirumah Kai.
Amber dan Kai mengantar Daniel sampai pagar dan menunggu sampai Daniel pergi. Daniel masuk ke mobil Audi A4 nya yang berwarna merah, warna yang terlalu mencolok untuk seumuran Daniel.
Daniel membuka jendela mobilnya setengah "Jaga dirimu baik - baik disini. Kai, aku titip putriku sebentar ya"
"Kau selalu saja berlebihan, Dad. Aku bukan anak kecil yang memakai baju balerina pink lagi" protes Amber. Kai terkekeh.
"Iya, Aku akan menjaganya dengan baik" janji Kai sambil merekahkan senyumanya. Daniel membalas senyumannya pada Kai, kemudian pergi. Amber dan Kai kembali masuk kedalam rumah.
***
drrrrrrrrt..drrrrrrrrt....drrrrrrt
Hp Amber bergetar, telepon dari___Chanyeol, Amber menatap Kai sekilas.
"Sudah, angkat saja" ujar Kai dengan nada terpaksa, karena Kai tau siapa lagi yang akan mengganggu waktu kebersamaanya dengan Amber.
Amber melihat ekspresi was-was dari wajah Kai, Amber menjawab panggilan dari Chanyeol dan berjalan menjauhi ruang tamu, agar tidak terdengar oleh Kai dan saudaranya.
Kai memperhatikannya dari sofa putih kapur dengan bantal bulu gemuk warna merah darah disamping Taemin dan sepupunya yang lain.
"Iya Chanyeol" Amber bicara dengan pelan, hampir berbisik.
"Kau dimana, Sayang?"
Amber mencoba mengatur nafasnya ketika Chanyeol bertanya, rasanya seperti hampir ketahuan selingkuh ketika dia menanyakan keberadaannya.
"Aku sedang dirumah Kai, d..." belum sempat Amber menyelesaikan kata - katanya, Chanyeol meneriakinya tak karuan.
"Apa? Sedang apa Kau dirumahnya si buluk itu sampai malam - malam begini?," Chanyeol meracau tak terkendali "aku akan menjemputmu. Kau tunggu disitu! Aku akan segera menjemputmu"
Amber sedikit merasa bersalah karena ia tidak sempat memberi kabar kepada Chanyeol karena terlalu fokus dengan Kai.
Amber mencoba menjelaskannya pada Chanyeol alasan dibalik mengapa ia berada dirumah Kai. Namun belum sempat ia menjelaskan, Chanyeol sudah memutus panggilannya.
"Chanyeol? Chanyeol!" Amber mengerucutkan bibirnya, berpikir bahwa Chanyeol tidak seperti biasanya bisa semarah itu padanya.
"Kenapa?" Kai bertanya dengan ekspresi yang sama seperti tadi, ekspresi was - was.
"Entahlah. Katanya, dia__mau kesini" kata Amber pelan, sedangkan Kai terkesiap dengan suara keras, itu adalah sikap Kai terhadap ketidakpercayaannya pada sesuatu.
Ambet hanya menggaruk - garuk hidungnya keheranan dengan sifat Chanyeol. Sambil mengetik pesan singkat ke Chanyeol, namun pesan terpending.
***
'tiiin...tiiin..tiin...tiiiiiiiiiiiiin..tin..tin..tin..tin..tin..tiiiiiiiiiiiin'
Chanyeol membunyikan klaksonya dengan tak sabar, mesin motornya meraung - raung. Seisi rumah terkejut dengan tindakan Chanyeol diluar batas. Kai membuka pintu dengan terburu-buru dan berlari membuka pagar sambil membantingnya. Wajah Kai memerah, marah dengan kelakuan Chanyeol. Taemin sampai hendak turun tangan.
"Taemin, biar aku saja yang mengurus mereka" Kata Amber sambil menahan Taemin yang sudah berdiri.
Amber berlari menyusul Kai.
"Heh! Bisa tidak kau lebih sopan bila bertamu ke rumah orang, hah!" Kai marah sambil menuding-nuding Chanyeol yang masih diatas motornya.
Chanyeol turun dari motor dan membuka helmnya. Chanyeol memasang badan seperti ingin memukul kepala Kai dengan helm ditangannya. Sebelum itu terjadi Amber cepat - cepat lari ke arah mereka dan berdiri diantara mereka berdua.
"Hey..hey..hey don't fight, easy okay!!?" Amber menahan dada kedua orang jangkung itu, sambil menatap mereka secara bergantian yang saling berhadapan.
"Cepat sana kau, pergi dari hadapanku!" Bentak Kai garang.
"Amber! Sedang apa Kau disini sampai malam begini dirumah si Buluk ini?" tanyanya sambil mengernyitkan hidung.
Kai mendengus jijik. "Heh, bajingan!"
"Cukup!" Pekik Amber. "Chanyeol__orangtua Kai meninggal, dan maaf aku lupa mengabarimu" Amber mencoba menjelaskanya hati - hati dengan perasaan menyesal.
Chanyeol terkejut sejurus kemudian pundaknya melemah ketika tersadar ada banyak karangan bunga yang berjejer rapi. Kai hampir menundukkan kepalanya, Amber tau, Kai pasti tidak menyukai itu, menyadari dan memberi tahu Chanyeol bahwa kedua untuk orangtuanya telah tiada. Atau mungkin dia lebih memilih bertengkar sampai babak belur dari pada di ingatkan hal tersebut.
"Umm__sorry Kai, aku_aku turut berduka cita atas kepergian orangtuamu. Aku paham betul bagaimana perasaanmu sekarang" ucap Chanyeol mencair.
Bisa Amber rasakan ketulusan Chanyeol mengatakan itu, Kai hanya mengangguk, ia tak mampu berkata-kata untuk membalasnya.
Chanyeol menggaruk-garuk tengkuknya karena salah tingkah dan merasa tidak enak dengan apa yang dilakukannya. "Aku cuma mau mengajak Amber makan malam, Kau belum makan kan Amber?"
Amber bergumam dan mengangguk ragu sambil melihat respon Kai.
"Pergilah Amber! Aku baik-baik saja kok" Kata Kai lirih, membuang muka dan terlihat sama sekali tidak baik-baik saja.
Kai berkata seperti itu malah membuat Amber berat untuk meninggalkanya dalam keadaan seperti ini. Amber menatap wajah Kai berlama-lama, Kai membalas tatapannya. Kai mendorong pelan pundak Amber, mengisyaratkannya untuk pergi.
Amber mengecup sekilas pipi Kai ketika Chanyeol sedang sibuk memakai helmnya sendiri dan melompat menaiki motor birunya.
"Kau ingin sesuatu?" tanya Amber lembut. Dengan lemah Kai menggelengkan kepalanya. Bibirnya terkatup rapat.
"Aku akan kembali, Kai" kata Amber pelan, sangat pelan hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya. Kai mengangguk pelan, walau responnya kelihatan sederhana, tapi matanya menyiratkan memohon agar Amber kembali.
Chanyeol membantu memakaikan helm ke Amber. Amber naik ke motor besar warna biru metalik itu. Chanyeol meraungkan mesinnya sekali. Amber menoleh sekali lagi ke arah Kai namun pandangannya menjadi tertumbu ke wajah Kai.
Kai membeku didepan pagar, matanya berkilat-kilat kecewa namun berusaha tersenyum, seringaian terpaksa. Karena gelap, hanya terlihat deretan gigi putihnya saja dibalik seringaiannya. Amber membalasnya dengan pandangan memohon untuk bersabar dan tersenyum ramah, kemudian melambaikan tangan kearahnya.
"Pegangan yang erat" perintah Chanyeol.
Amber melingkarkan tanganya di pinggang Chanyeol erat-erat. Detik berikutnya Chanyeol ngebut begitu cepat hingga Amber merasa perutnya sedikit bergejolak.