Chereads / The 13th Fates / Chapter 1 - 1. LUCKY ONE

The 13th Fates

🇮🇩Drunkenwolf
  • 64
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 106.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. LUCKY ONE

Sepulang kuliah Chanyeol menjemput kekasihnya, Amber di kampusnya, Universitas Yonsei. Kebetulan hari Jumat, Amber kuliah setengah hari karena hanya ada satu mata kuliah. Chanyeol memarkirkan mobilnya ditempat biasa-tempat biasa ia menunggu Amber di bangku kayu panjang berwarna cokelat yang catnya mulai memudar dibawah pohon mahoni yang rindang. Terkadang bila ia datang terlalu cepat ia akan menunggu di dalam mobil, sampai Amber selesai jam kuliah dengan mendengarkan musik Hip-Hop.

Tapi kali ini Chanyeol melihat pujaan hatinya sedang duduk sambil memainkan tali tas ransel berwarna putih yang sudah digunakannya dari Semester pertama.

Amber menunggu disebuah kolam air mancur, yang dimana terdapat patung perunggu anggun ditengahnya. Bentuk patung itu menyerupai dewi yang mengenakan toga dan memegang beberapa buku dengan tulisan romawi, terdapat patung elang perunggu yang hendak mengepakan sayap dipundak pantung itu_sebagai lambang Universitas. Air mancur menari - nari dari sekeliling kolam yang membentuk lingkaran itu.

Mata Amber tertuju pada mobil kekasihnya. Chanyeol keluar dari mobil tanpa mematikan mesin dan berdiri bersandar didepan pintu penumpang. Amber menghampirinya dengan senyum bahagia, ia kecup kening Amber sekilas.

Buru-buru dengan langkah kaki panjang dan lebar-lebar ia membukakan pintu untuk Amber sambil menggandeng tangan kekasihnya itu.

Chanyeol mengajak Amber mampir ke rumahnya yang besar. Chanyeol tinggal seorang diri di rumahnya, itu semenjak kedua orangtuanya meninggal karena kebakaran sebulan yang lalu.

"Kau ingat jumat depan hari apa?" Amber berusaha berkonsentrasi untuk mengatakannya di sela-sela ciuman Chanyeol yang bertubi-tubi ke setiap sisi wajahnya.

"Hmm..." Chanyeol tidak menjawab pertanyaan Amber, ia hanya bergumam dengan suara beratnya, nafanya menerpa wajah Amber.

Sementara itu bibir Chanyeol bergerak pelan menyusuri pipi, terus ke tenggorokan, lalu naik lagi, Chanyeol mengulanginya hingga dua kali. Tangan Chanyeol mulai menyusuri pinggang Amber kemudian tanganya pelan-pelan beralih ke punggung Amber lalu naik ke tengkuk dan menyisipkan tanganya di rambut pendek Amber.

Kemudian Chanyeol menciumi dada Amber lalu naik lagi ke leher, mengecupnya disana. Amber menggelinjang geli dibuatnya. Amber mengerjap-ngerjapkan matanya berusaha fokus di sela-sela perlakuan Chanyeol yang sangat erotis.

Amber melirik ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah satu. Amber dengan susah payah berusaha berkonsentarasi. Gerak gerik tubuhnya samar-samar terlihat mendorong pelan tubuh Chanyeol.

"Mmm Chanyeol__aku harus pulang"

Bibir Chanyeol naik ketelinga Amber dan menempelkan bibirnya disana.

"Aku ingin kau lebih lama disini," nafasnya menggelitik "jangan pulang dulu" kali ini nadanya berubah menggoda.

"Hari ini Ayahku pulang lebih cepat, aku harus sampai rumah sebelum jam dua" Chanyeol menghentikan ciumanya.

Is memandangi Amber berlama-lama, membuat mata Amber terpaku dengan tatapan matanya yang tajam.

"Baiklah," desahnya menyerah.

Sekali lagi Chanyeol melumat bibir Amber, menciumi rahang kekasihnya yang sedang sibuk mengambil tas ransel miliknya, sambil ia menyisipkan rambutnya kebelakang telinganya dan tersenyum kegelian.

Hal itu membuat Chanyeol gemas dengan menarik wajahnya memandang Amber sekilas dan menempelkan bibirnya lagi ke bibir Amber, menciumi setiap sisi wajah kekasihnya dengan gemas. Amber hanya bisa tersenyum menikmati perlakuan kekasihnya itu, kemudian mereka beranjak dari sofa.

Chanyeol menawarkan diri untuk membawakan tas Amber yang cukup berat dan menentengnya.

***

Mereka sampai didepan rumah Amber yang cukup besar bergaya cottage dengan pekarangan luas tanpa pagar.

Rumah Amber sangat alami, tanaman rembet menghiasi dinding luar rumahnya, tidak seperti rumah yang tak terawat, terlihat seperti dekorasi alami.

"Sepertinya Ayahmu belum pulang" Chanyeol memandang ke sekitar rumah. Mata Chanyeol mencari-cari mobil merah yang biasanya terparkir di depan garasi rumah Amber.

"Sepertinya begitu" Amber bergegas membuka pintu mobil, tiba-tiba saja Chanyeol menutup pintu mobilnya dan menarik tubuh Amber.

Amber memekik terkejut, namun Chanyeol tertawa liar dan langsung menciumi kekasihnya, melumat bibirnya yang lembut. Lidah Chanyeol memaksa masuk, dan dengan lihai lidahnya bermain dengan ganas namun tetap terasa lembut.

Sebelah tangannya merengkuh erat tubuh Amber, tanganya yang satu lagi ia sisipkan dirambut pendek Amber yang beraroma madu. Amber menarik kerah baju Chanyeol dan meremas kasar rambut Chanyeol dengan penuh gairah. Chanyeol memeganggi kepala Amber kuat-kuat dan tak memedulikan bila ada tetangga atau orang lewat yang melihat.

"I love You Amber" Chanyeol mengecup bibir Amber tiga kali sambil merengkuh wajah mungil Amber dengan kedua tanganya.

"I know..." Amber membalas dengan kecupan di telapak tangan Chanyeol "I love you too, Chanyeol"

"Sekarang kau boleh pergi" Chanyeol tersenyum puas, Amber menoleh sekali ke kekasihnya sebelum ia membuka pintu mobil.

Amber bergegas berlari ke pintu rumahnya. Chanyeol membunyikan klaksonya sekali sambil melajukan mobil silver SUV Alfa Romeo-nya, Amber membalikan badan melambaikan tangan padanya.

Cepat-cepat Amber masuk ke dalam rumah, ketika itu ia langsung melihat Ayahnya, Daniel, yang sedang menuruni tangga. TV menyala dengan suara cukup keras dari ruang TV. Amber sempat menimbang-nimbang apakah dia harus mengobrol sebentar dengan Ayahnya atau langsung menuju kamar setelah menyapanya.

"Kau baru pulang Amber?" Suara Daniel membuyarkan rencananya.

Amber berdehem sebelum menjawab pertanyaannya. "Yeah dad," dengan berat Amber menyeret kakinya saat berjalan lima langkah menuju sofa dan melemparkan tas ranselnya ke sofa.

"Bagaimana harimu? Menyenangkan?" tanyanya.

"It was great!" sahut Amber.

Daniel mengangkat sebelah alisnya dengan jawaban Amber.

"Kau pulang dengan Chanyeol?" Daniel bertanya sambil matanya melihat keluar jendela. Memastikan apa Chanyeol masih diluar atau tidak, dan dengan cepat beralih melihat Amber lagi yang sedang duduk bersila di sofa.

"Yeah__Dad sudah makan?" Amber sengaja mengalihkan pembicaraannya.

Entah mengapa baginya membicarakan Chanyeol adalah hal yang canggung untuk dibicarakan dengan Daniel. Itu semenjak Daniel sempat tidak suka dengan Chanyeol, karena Chanyeol sering mengajak Amber pulang hingga larut malam. Tapi sekarang sudah tidak lagi, Chanyeol selalu mengantarkan tepat waktu, mengantarkan Amber sebelum jam 9 malam.

"Aku belum makan, aku menunggumu" sambil ia duduk merosot di sofa yang lebih kecil, tempat kesukaannya.

"Oke aku akan masak sarden jamur" Amber bergegas ke dapur, membuka kulkas dan mengambil semua bahan-bahan yang di perlukan.

Amber adalah juru masak yang buruk, walau rasa masakannya standar, tapi Daniel menyukainya. Berbeda dengan Chanyeol, ia selalu menyela hasil masakannya, walau akhirnya Chanyeol tetap memakannya dan memuji kesederhanaan rasa masakannya.

Daniel menyusul ke dapur dan duduk di kursi meja makan, dan itu membuat Amber tidak nyaman bila diawasi ketika sedang memasak. Daniel memperhatikan kesibukan Amber sambil mengerucutkan bibir.

"Kenapa Chanyeol tidak berpamitan dulu denganku?" tanya Daniel seperti meneliti.

"Aku pikir tadi Dad belum pulang, jadi__dia langsung pulang deh" jawab Amber hati-hati.

"Kau hari ini ngapain saja?" Amber mengerutkan alisnya, mencoba mencari makna dari pertanyaannya tersebut dan menolehkan wajahnya sekelebat ke Daniel.

"Ya__kuliah, lalu mampir sebentar di rumah Chanyeol" jawabnya berusaha jujur dan serileks mungkin.

Daniel berdiri, beranjak dari kursi dengan suara keras, itu sikap tidak sukanya pada suatu jawaban. Ia berjalan perlahan menuju ruang TV kembali.

Tiba-tiba ia berhenti, membalikkan badanya dan bersandar di konter.

Daniel mendesah "Aku agak khawatir memikirkanmu__dan Chanyeol"

"Kenapa begitu?" tanya Amber yang sedang memasukkan beberapa bumbu ke penggorengan anti lengket.

"Ternyata hubungan kalian lebih serius dari yang selama ini aku kira, hubungan kalian begitu intens. Lalu kalian juga sudah cukup lama berpacaran"

Amber terus mengaduk-aduk sarden dan jamur, ia enggan menoleh ke arah Daniel dan terus mengaduk masakannya hingga sardennya nyaris hancur.

Daniel mengerutkan kening sambil susah payah mencari kata-kata yang tepat.

"Bukannya Dad tidak mempercayaimu, Amber. Tapi aku akan mencoba berpikiran terbuka, aku sadar jaman telah berubah, dan aku juga tau kau itu perempuan modern. Namun ada banyak hal yang harus kau ketahui, dan kau juga sudah besar sekarang," lanjut Daniel langsung cemas.

"Sebenarnya Dad tidak tau harus bagaimana menyampaikanya, karena aku laki-laki," tambahnya. Keningnya makin berkerut, tampak sangat jengah.

Amber menghentikan aktifitasnya, menyadari topik pembicaraan yang akan Ayahnya bahas akan menjurus ke arah mana. Amber memutar tubuhnya dan beralih ke Ayahnya yang sedang bersandar di konter.

Amber melihat wajah Daniel yang alisnya bertautan dan wajahnya tampak letih. Seketika Daniel mengalihkan pandangannya, memandang langit-langit dapur.

"Apa?" tanya Amber ragu - ragu, Ia menatap Ayahnya sejenak kemudian tertunduk karena gelisah.

"Mungkin bila ibumu masih ada, dialah orang yang akan menyampaikan hal seperti ini," lanjutnya dengan hati - hati.

"Kalau kau__" ada nada lain dalam suara Daniel yang baru kali ini terdengar seumur hidup Amber, sedikit gugup, mungkin agak terdengar malu-malu "sudah melakukan itu denganya," ia tak sanggup menyebut nama Chanyeol

"Untuk bermain dengan hati - hati" lanjutnya. Wajah Daniel langsung meringis mengatakan itu.

"What are you talking about?" Amber syok Daniel memberikannya kuliah seks.

Amber sempat berpikir, mungkinkah tadi Daniel melihatnya sedang bercumbu dengan Chanyeol didalam mobil. Entah mengapa rasanya seperti dituding, tapi Amber berusaha serileks mungkin menghadapi pertanyaan Daniel.

Amber paham, ini hanya masalah transisi, ini hanya kekhawatiran yang berlebihan dari orangtua terhadap anak perempuannya.

"You know exactly what i'm talking about Amber. Tapi aku tidak akan mencampuri urusanmu apa kau sudah melakukanya atau belum, aku hanya__menasehatimu sebagai Ayah yang berusaha memahami anak perempuannya," Kata Daniel sambil memelototi lantai.

"Aku kan orangtuamu satu-satunya, jadi aku punya tanggung jawab penuh terhadapmu, apapun itu. Kau mengerti maksudku kan, Amber?," Daniel malu malu melajutkan kata-kata terakhirnya "You know, protection" kali ini wajah Daniel memerah.

Pelan-pelan Amber menggeleng kepalanya keheranan dengan pembicaraan tentang seks yang membuatnya syok. Ini diluar perkiraan Amber, wajah Amber saat ini memerah, semerah wajah Ayahnya.

"Oh My God, Dad, okay, stop, it just emberrassing for me" ujarnya gugup. Amber merasa sangat tidak nyaman dan malu. Amber berharap ada sebuah lubang menganga dilantai supaya ia bisa melompat ke dalamnya.

"Kalian harus menjalani hubungan kalian dengan penuh tanggung jawab, mengerti!" gerutu Daniel, kentara sekali Daniel berjuang melawan keinginanya untuk menyudahi topik tersebut.

Amber menelan salivanya, serasa ada sesuatu yang menyangkut di tenggorokanya sehingga memberatkanya untuk berkata - kata "Yeah__aku mengerti, Dad".

Wajah mereka sama - sama meringis. Sejurus kemudian wajah Daniel kembali tenang. Daniel percaya pada Amber. Lalu Amber melanjutkan masaknya, namun pikiranya menerawang.

'Aku tidak habis pikir apa yang membuat Daniel tercetus membicarakan hal yang memalukan untukku. Jangankan bercinta, bermesraaan di depannya pun tidak pernah. Walau jujur saja, Aku sangat menginginkan hal itu, tapi sayang sekali Chanyeol bukan laki-laki seperti itu, dia benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab. Aku beruntung mendapatkan laki-laki seperti dia. Bisa ku tebak Chanyeol pasti tertawa sampai terjungkal bila aku menceritakan hal ini padanya'.

Amber dan Ayahnya melewati makan siang dengan canggung karena pembicaraan di dapur tadi. Amber makan cepat-cepat dengan suapan besar agar cepat selesai dan bergegas ke kamar setelah mencuci semua piring kotor.

Setelah selesai Amber bergegas menaiki tangga dan masuk ke kamarnya. Amber merasa hidup hanya berdua dengan seorang ayah sangatlah sulit. Walau dari kecil Amber dibesarkan seorang diri oleh Ayahnya, namun tetap saja merasa canggung, apa lagi ketika Daniel menanyai bagaimana seputar kehidupan pribadinya.