Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 5 - Hari Yang Beda Tempat

Chapter 5 - Hari Yang Beda Tempat

Flasback alaret

_____________________________

Cambridge, Massachushetts.

Hari ini adalah hari kesekian yang dilalui oleh Gavriel. Hidupnya berjalan normal jika tidak mau dibilang monoton, sebab apa yang dilakukannya benar-benar kegiatan yang sama dan berualng disetiap harinya.

Mulai dari ia bangun tidur hingga ia kembali tiudr di ranjang empuknya.

Gavriel pov on

Ini adalah hari ke-980 aku tinggal jauh dari keluarga dan orang-orang yang aku sayangi. Aku merindukan mereka, tentu sangat-sangat merindukan mereka semua.

Mommy cantik tapi bawel naudzubillah, Daddy yang songong cemburu selangit, adikku yang manjanya tidak diragukan lagi, sepupuku yang to the point setiap ngomong, juga sahabat perempuanku yang senyumnya masih aku rekam dalam ingatanku.

Saat ini aku sedang mengikuti kelas tambahan, untuk mempersiapkan kenaikan smester bulan depan. Tugas pun semakin banyak, disini aku banyak mempelajari teori yang nantinyan aku praktikan di kantor saat aku mengerjakan tugas.

Teori dan praktik sungguh sangat berbeda, tapi aku cukup beruntung karena saat menstimulasi teori, aku bisa mengambil banyak peluang dari teori-teori tersebut.

Orang-orang yang mengikuti pelajaran bersamaku rata-rata adalah anak dari pengusaha, memiliki perusahaan dan juga tanggung jawab yang sama denganku.

Tidak ada yang bercanda atau berbincang santai di kelas yang aku ikuti, cukup membuatku lega setidaknya aku hanya perlu fokus dengan apa yang akan Dosen perintahkan.

Perintahkan?

Benar, kami banyak mencari tahu dibanding dengan diberi tahu. Tujuannya agar kami cepat bisa mengerti, dengan aktif mencari otomatis otak kami juga bekerja dengan kritis.

Aku sangat menyukai ini, aku sangat menyukai saat Dosen menjelaskan meskipun sedikit tapi daya rangsangnya sanggup membuatku cepat berpikir,dan dalam cara menjelaskan pun sang Dosen masing-masing punya cara sendiri.

Selama tiga jam penuh aku mengikuti mata kuliah bisnis ini, aku banyak mendapat pelajaran teori yang sungguh sangat berguna di masa depanku.

Dosenku akhirnya mengakhiri mata pelajarannya, aku pun bersiap keluar kelas untuk mengikuti mata kuliah lainnya, hingga pukul enam sore nanti lalu lanjut mengerjakan pekerjaan kantorku.

Yah ... Kan sudah aku sebutkan, jika kehidupanku selalu berjalan di tempat yang sama.

Kuliah, belajar, kantor, kehidupan realita.

Jangan tanya apa aku pernah ke luar untuk ke tempat hiburan atau tidak, karena jawabannya adalah tidak. Aku tidak punya waktu dan lagi aku belum memiliki teman, padahal banyak yang ingin berteman denganku.

Lupakan itu, sebaiknya aku menghubungi dia dulu. Aku ingin sekali mendengar suaranya, sebelum aku kembali mengikuti mata kuliah lainnya.

Aku baru saja membuka handphoeku, tapi aku kembali menyimpannya saat ada broadcast wabot tentang majunya mata kuliahku selanjutnya.

*Ah! Sialan, aku bahkan baru bernapas dengan udara segar di sekitarku, tapi aku sudah harus kembali menghadapi kenyataan yang lainnya secapat ini. *

Benar-benar sialan.

Dengan langkah cepat aku putar haluan, lalu bergabung dengan mahasiwa-mahasiwi lainnya yang sudah duduk rapih.

Beberapa saat setelahnya

Akhirnya selesai juga, hari ini masih sama sepertti kemari dan beberapa ratus hari yang lalu, masih sama-sama melelahkan.

Aku juga masih harus datang ke kantor untuk memeriksa beberapa dokumen, sebenarnya unkel Dani sudah bilang untuk aku beristirahat atau pun bermain di luar, tapi aku menolak dan lebih memilih untuk melaksanakan kewajibanku.

Aku pikir ada saatnya nanti aku bermain, tapi tidak sekarang karena sekarang adalah saatnya untuk belajar sebanyak-banyaknya.

Semakin aku mengurangi waktuku untuk bermain, semakin cepat aku menyelesaikan pendidikan dan juga semakin cepat aku memegang kendali perusahaan.

Tapi alasan aku ingin cepat selesai dengan urusanku adalah aku ingin cepay kembali ke negera asalku.

Aku melihat matahari sore hari ini, teriknya masih sama seperti sebelumnya dan

kamudian aku tersenyum tipis.

Hei! Kamu yang disana, hari yang kita lalui sepertinya sama saja, hanya tempatlah yang membedakan.

Kamu pasti menungguku.

Iya kan, kesayanganku?

Gavriel pov end

Normal pov on

__________________________________

Di belahan dunia lainya, di kota S.

Perbedaan waktu di Amerika dan kota S adalah 11 jam.

Jika di Amerika saat ini adalah pukul 5 sore berarti di kota S saat ini pukul 4 subuh.

Di kamarnya, Queeneira yang masih tertidur tersenyum namun tiba-tiba menangis dalam mimpinya.

Ia pun bangun, untuk menghapus air matanya yang keluar tanpa di sadarinya. Ia akhir-akhir ini sering memimpikan masa kecil ia dan dua sahabat juga adik kesayangannya.

Waktu yang cepat berlalu membuat ia dan yang lainnya mengalami beberapa perubahan meskipun tidak kentara.

Kesibukan sahabatnya__Ezra di dunia bisnis, membuatnya jarang berkumpul meskipun. Saat ini Ezra di percayai mengelola Bar Galaxy dengan unkel Dirga sebagai pembimbing.

Lalu adikknya__Selyn meskipun calon mahasiswa itu sibuk, Selyn selalu meluangkan waktu untuk berbagi kabar tentang sahabatnya__Gavriel kepadanya. Itu juga kabar yang selalu Selyn dapat dari unkel Dani dan onty Ros, saat sang kakak absen memberinya kabar.

Queeneira pov on

Pagi ini aku terbangun lagi karena tetesan air, entah dari mana datangnya yang jelas aku tidak menangis. Mana mungkin aku menangis, sedangkan aku tidur sudah jelaskan jika aku tidur, jadi jangan menyangka aku menangis.

Aku melirik jam digital yang terpajang rapihdi meja lampu samping tempat tidurku.

Baru pukul lima dan aku ada kelas siang nanti.

Jika sudah tebangun seperti ini, akan sangat susah bagiku untuk kembali tidur. Aku pun memutuskan untuk berjalan keluar kamar, ingin menghirup udara pagi yang masih belum terkontaminasi oleh polusi udara akibat asap dan sabagainya.

Menuruni tangga dengan sesekali melihat sekita, aku melihat jika asisten rumah tangga di rumahku sudah memulai aktivitas keseharian mereka. Tanpa mereka aku rasa rumah orang punya seperti akan berantakan, salut deh untuk mereka semua.

"Selamat pagi, Nona Queene!"

"Selamat pagi semua!"

Aku membalas salam dari mereka dengan senyum mengembang, malupakan fakta jika tadi aku bangun karena ketetesan air yang asalnya entah dari mana.

Melanjutkan langkah kakiku, aku berjalan menuju taman belakang rumahku. Taman dengan banyak kenangan yang aku habiskan bersama dengan mereka, bersama dengannya yang saat ini entah sedang apa.

Aku melihat ke arah ayunan tempat kami main bersama, kemudian melihat sekililing yang sama sekali tidak ada beubah. Baba bilang tidak akan mengubah apapun yang membuat Baba ingat dengan masa kecilku, baik itu ayunan ataupun yang ada di taman belakang ini.

Baba dan pikirannya, siapa yang tahu.

Aku melanjutkan langkah kakiku lagi, mendekati ayunan dan mendudukinya.

Seketika aku ingat, saat aku terakhir kali bermainan ayunan. Saat aku dan dia menghabiskan waktu terakhir kali di taman bermain, dengan kejutan kunci di tangannya.

Aku heran darimana dia mendapatkan kunci taman itu, padahal jelas sekali jika itu adalah taman hak milik seseorang.

Oke lupakan, akan sangat menghabiskan waktu jika aku memikirkan darimana dia mendaptkan kunci saat itu dan lagi kenapa dulu aku tidak bertanya.

Jangan dibahas juga deh, karena sudah pasti jawabannya adalah saat itu aku keburu senang, bisa menghabiskan satu hari terakhirnya berada di kota ini.

Bahkan Selyn bilang, dia hanya punya malam hari untuk puas-puasin bersama sahabatnya.

Sedih sekali, kalau mengingatnya.

Aku pun mulai mengayun perlahan, hingga lama kelamaan aku jatuh dalam nostalgia.

Kalau begitu, tunggu aku. Bisakah?

Sampai kapan kira-kira, kalau di hari ke-980 pun kamu sudah jarang bahkan hampir tidak memberiku kabar.

Matahari pagi mulai menampakkan sinarnya, aku pun beranjak dari ayunan dan kembali ke kamarku, bersiap untuk membantu Mama untuk belajar membuat pola desain baju-baju rancangan, yang akan di pamerkan oleh Mama dan aku di acara fashion week.

Ah! Aku belum memberi tahu yah, kalau aku saat ini adalah mahasiswi tahun ke-1 yang akan naik jadi tahun ke-2 dibeberapa bulan lagi di Universitas terkenal tempat Mama dan onty Kiara dulu kuliah.

Kenapa aku memilih melanjutkan jurusan desain fashion?

Ini karena Baba bilang, jika butik milik Mama tidak akan ada yang meneruskan, jika aku memilih profesi seperti Baba dan Baba bilang, jika usaha turun-temurun Advokad milik keluarga Wardhana masih bisa di turunkan kepada Bibiku__adik Baba meskipun akan mengikuti nama belakang suaminya kelak.

Dan juga sebenarnya aku menemukan passion di bidang ini, aku dapat menuangkan segala ide anehku saat aku sedang menggamnbar model baju.

Berjalan menuju dalam rumah, aku menyempatkan diri untuk melihat ke arah matahari pagi kesukaannya dan tersenyum kecil.

Hey! kamu yang di sana, apakah kamu melupakan aku.

Apakah hari yang kita lalui benar sama?

Cepat kembali, karena aku ingin menagih janjiku.

Queeneira pov end