Happy reading,
Institut Le Rosey,
" Louis cuti kuliah? Kenapa? " Irene terkejut. Livia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
" Serius?! Berapa lama? " tanya Sarah penasaran.
" Sampai tahun ajaran baru! " jawab Livi acuh tak acuh.
" Lama banget! "celetuk Irene sedih.
" Emang ada apa? Louise sampai cuti kuliah? " tanya Mark yang dari tadi diam saja akhirnya buka suara. Namun Livia hanya mengangkat kedua bahunya. Dia tidak mau teman - temannya tahu apa yang sebenarnya terjadi.
" Masa ngga tau?! Ihh.. " sembur Irene kesal sambil mengerucutkan bibirnya.
" Livia!!! " teriak Bella dari depan kelas.
Livia dan teman - temannya serempak menoleh. Sedangkan Livia hanya mengeryitkan dahinya merasa bingung.
" Dicariin kak Leo tuh dikantin! " seru Bella sambil berjalan ke arah tempat duduknya.
" Duluan yaa " pamit Livia kepada para sahabatnya dengan cepat berjalan keluar ruangan tersebut.
Sesampainya dikantin, Livia mengalihkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Akhirnya ia melihat Leo berada di meja paling pojok kiri kantin tersebut, ia melihat Leo sedang asyik berbicara dengan kedua sahabatnya.
" Hai kak! " sapa Livia kepada Leo dan kedua teman Leo yang ada disitu.
" Hai Liv! " sahut Harry ramah, sedangkan William hanya tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya.
" Kak Leo mencariku? " tanya Livia dengan wajah polosnya, ia langsung duduk di samping Leo.
" Hm! Sudah makan? " tanya Leo sambil menatap Livia lembut.
" Belum! Tadi di sidang dulu sama yang lain " celetuk Livia setengah bercanda.
" Kenapa? " tanya Leo heran.
" Biasalah.. Pada nanyain Louis " sahut Livia cuek.
" Memangnya Louis kemana? " tanya Harry penasaran.
" Liburan! " jawab Leo cepat tanpa mengalihkan matanya dari Livia. Harry hanya menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.
" Pesen makanan dulu sana " ucap Leo mengingatkan,
" Ok, ada yang sekalian mau nitip ngga? " ucap Livia sambil berdiri. Ketiga pria di meja ini pun menggelengkan kepalanya serempak, Melihat jawaban mereka, Livia memutuskan menuju ke arah stan makanan yang ingin dia pesan.
" Kemana? " tanya William kali ini yang bersuara.
" Siapa? " tanya Leo sambil mengeryitkan dahinya karena tak paham,
" Louise! " jawab William
" Jepang! Kenapa? Tumben kepo " seru Leo sambil tertawa kecil.
" Berapa lama dia berada disana? " tanya William lagi berusaha mencari tahu.
" Dihh! Beneran Kepo banget! " celetuk Harry sambil ikut tertawa. Sedangkan Leo hanya mengedikkan bahu tanda ia tidak tahu sampai kapan Louis berada di Jepang. William hanya melengos, dia terlihat kesal terhadap kelakuan kedua sahabatnya yang mengodanya.
" Seterah kalian sajalah mau menilai apa.. " ucap William pasrah pada akhirnya. Membuat teman - temannya semakin tertawa geli melihatnya,
Dan memang Leo maupun Harry sama - sama tahu bahwa William memiliki perasaan terhadap Louisa. Namun Louis hanya menganggap William sebagai seorang kakak. William berusaha meyakinkan Louis bahwa ia akan selalu menunggu sampai Louis mau membuka hatinya.
Livia dan Leo memang sepakat merahasiakan tujuan Louis ke Jepang. Apalagi hingga kini mereka belum dapat kabar apapun dari Louis dan teamnya. Mereka berusaha tenang didepan muka umum, walau hati mereka khawatir dan cemas.
Tidak lama Livia kembali ke meja mereka membawa makanan yang ia inginkan, dan sambil menikmati makanan tersebut Livia ikut bercanda ria bersama Leo, Harry serta William tanpa rasa canggung sedikitpun.
The Maltida Hospital
" Gimana keadaan mommy saya dok? " tanya Davi dengan raut wajah datarnya, walau ia berusaha mengontrol dirinya setenang mungkin namun hatinya sangat khawatir dan cemas.
" Keadaan nyonya Cross sudah ada perkembangan yang lebih baik dari minggu lalu tapi masih harus dipantau kesehatan selama 2x 24 jam " jelas dokter Antonio yang menangani kondisi mommynya.
" Lalu kapan terapinya mulai dijalankan? dan berapa banyak kemungkinan berhasil? " tanya Davi
" Setelah keadaan nyonya Cross membaik kami akan segera mulai menerapkan terapi untuk beliau. Untuk persentase keberhasilannya hanya 30 % " jawab dokter Antonio dengan jujur.
" Bukankah beberapa bulan lalu masih 75 % dok " tanya Davi terkejut.
" Memang benar sebelumnya 75 %, tapi nyonya Cross menolak menjalani terapi saat itu dan beliau tidak meminum obatnya secara teratur " dokter Antonio menjelaskan dengan penuh penyesalan kepada Daviaz.
" Adakah cara lain dok? Setidaknya yang dapat memperpanjang umurnya hingga beberapa tahun lagi " Davi mulai kehilangan ketenangannya.
Sayangnya dokter Antonio hanya menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.
" Saya akan berusaha yang terbaik dan mencari dokter yang dapat membantu saya menangani penyakit nyonya " ucap dokter Antonio.
" Baik dok! Saya permisi " pamit Davi sambil beranjak berdiri lalu meninggalkan ruangan dokter Antonio.
Lalu Davi berjalan di lorong rumah sakit dengan lesu. Ia langsung menuju ruang vip mommy,
Brukkk!
" auw! " pekik Livi meringis sambil mengusap keningnya.
Sedangkan Davi hanya berdecak pelan. Dengan cuek ia langsung berjalan melewati Livi. Melihat sikap Davi sangat cuek seolah-olah tidak terjadi apa pun.
Baru dua langkah Davi berjalan Livi langsung menarik lengan Davi dari belakang.
" Kalau salah tuh minta maaf, bukannya kabur! " seru Livi kesal. Langkah Davi terhenti dan ia menolehkan kepalanya ke arah Livi sambil mengeryitkan dahinya.
" Udah?! " tanya Daviaz sambil memutar tubuhnya dan menghempaskan pegangan tangan Livi dilengannya.
" Kamu gengsian jadi cowok ya! Ngga gentle! " seru Livi tidak puas.
" Jadi disini kau ngerasa benar? Kalo kau tahu, aku jalan didepan.. kenapa ngga menghindar?? Lorongnya luas kok! " ejek Davi sambil menyeringai sinis.
" Kau?!!" teriak Livi lepas kontrol sambil menunjuk kearah Davi.
" Hunny! " terdengar suara dari arah belakang Daviaz.
Keduanya menoleh kearah Leo. Daviaz hanya membalikkan badannya lalu pergi meninggalkan mereka dengan acuh. Saat melewati Leo, Davi hanya melirik dari sudut matanya.
" Ada apa? kamu kenal dengannya? " tanya Leo sambil menatap Livia dengan tajam. Livia hanya menggelengkan kepalanya.
" Jangan pernah dekat - dekat dengan pria lain! " Leo mengingatkan dengan tegas.
" Aye captain! " jawab Livi sambil tersenyum geli.
Leo langsung tersenyum sambil mengacak rambut Livi dengan gemas. Dan Livi merespon dengan wajah yang cemberut,
" Kode nie? " goda Leo sambil mengedipkan matanya.
" Hah! Kode apaan? " tanya Livia polos.
Cup!
Leo langsung mencium bibir Livia dengan cepat, membuat Livia terkejut hingga ia terlambat menyadari apa yang baru saja terjadi.
" Ihhh!!!! Kak Leo!!! " teriak Livia antara kesal dan malu,
" Sstt! Kita lagi dirumah sakit sayang.. " bisik Leo sambil melingkarkan tangannya ke arah pinggang Livia,
plak!
" Aish! sakit hun.. "
" Bisa banget ya alesannya " sahut Livia gemas sendiri,
" Ya, harus dong.. " celetuk Leo berkelit.
Keduanya berlalu meninggalkan rumah sakit tersebut, dan belum menyadari keadaan genting yang sedang dialami Louise di Jepang.
Dapatkah Leo dan Livia menghubungi Louise yang saat ini berada di Jepang? Benarkah nyonya Cross sudah tidak memiliki harapan lagi? Ditunggu ya jejak kalian..
Mohon maaf apabila masih ada typo yang suka bertebaran dimana - mana.