Happy reading,
Kediaman keluarga Hansel,
" Apakah ada kabar dari Louis? " tanya Leo kepada bawahannya.
" Maaf tuan, belum ada berita apapun " jawab Sam ragu sambil menundukkan kepalanya.
" Brak!!!!! "
" shit!! Apa saja kerjaanmu selama ini?!! " bentak Leo sambil menggebrak mejanya dengan keras. Sedangkan Sam terkejut dan merasa takut terhadap kemarahan tuannya sehingga memilih menundukkan kepalanya.
" Kirimkan 1 unit team elit lagi! Cari Louis dan teamnya sampai ketemu kalau kalian masih ingin hidup! " ancam Leo dengan tegas.
Setelah mendengar perintah Leo, Sam pamit mengundurkan diri dari hadapan Leo, dan tergesa -gesa keluar dari ruangan kerja itu untuk menjalankan tugas dari Leo sebelum kemarahan Leo makin menjadi.
Kepergian Louisa dalam misi tidak ada berita sama sekali membuat Leo khawatir dan marah disaat yang bersamaan. Sudah 1 bulan Louis menghilang tanpa kabar, awalnya ia percaya Louis dapat menyelesaikan misi pertamanya dan entah apa yang menahannya hingga keberadaannya hilang bagai ditelan bumi.
Leo memijat dahinya karena merasa kelelahan mulai melanda. Beberapa menit kemudian, Livi masuk ke ruangan dengan membawa secangkir capucino kesukaan Leo. Livi berharap dia bisa meringankan beban yang dirasakan Leo, tidak lupa ia memberikan pijatan lembut sekitar area pelipis kepala hingga pundak Leo.
" Kak! Apa yang harus aku lakukan untuk meringankan tugasmu? " tanya Livi lembut.
" Jadilah baik! tetap berada di sampingku Livi! Aku sudah lengah mengizinkan Louis pergi.. " sahut Leo tegas, karena ia cukup memahami karakter Livi.
Leo berusaha menahan Livi sekuat tenaga, ia yakin bila lengah sedikit saja Livi pasti sudah meminta izinnya menyusul Louis ke Jepang. Sama halnya dengan dia, Louis juga sangat berharga dihati Livia.
Jika bukan Leo yang meneruskan tanggung jawab yang ditinggalkan ayahnya, mungkin tanpa pikir panjang ia pastikan bahwa ia yang turun ke lapangan dalam misi kali ini.
Saat mendengar jawaban Leo, Livia mendengus dengan kasar. Menandakan ia kecewa dengan keputusan Leo saat ini.
The Maltida Hospital..
Davi kini berada di ruang tunggu yang ada di depan ruangan terapi bersama sahabatnya Jimmy, ia mendapatkan kabar terbaru tentang ibunya dari pihak rumah sakit dua hari lalu, bahwa ibunya dapat melakukan terapi pada hari ini.
Hal ini menujukkan bahwa keadaan ibunya mulai stabil dan memiliki perkembangan yang signifikan. Ia berharap ibunya dapat disembuhkan. Bahkan Davi sendiri sudah menghubungi para dokter profesional dari luar yang mampu meyembuhkan ibunya dengan persentase yang jauh lebih besar dari yang sudah diprediksi oleh dokter spesialis saat ini.
" Semangat bro! kamu harus kuat! " ucap Jimmy sambil menepuk pundak sahabatnya, Sedangkan Davi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
2 jam kemudian pintu ruang terapi terbuka, dokter keluar dan Davi beranjak berdiri dari kursi lalu menghampiri dokter tersebut.
" Bagaimana terapi mommy saya, dok? " tanya Davi penasaran.
" Terapi saat ini berakhir lancar, untuk hasil kita bisa lihat perkembangannya satu minggu lagi " jawab dokter yang menangani nyonya Cross.
" Terima kasih dok! " ucap Davi sambil tersenyum lega,
Sedangkan diruangan lain..
Sejam yang lalu Leo dan Livi yang saat ini di dampingi oleh uncle Max mendapatkan telepon dari rumah sakit. Tiba - tiba saja keadaan tuan Hansel mengalami kejang kembali dan sekarang sedang dalam penanganan dokter.
Leo mengintip dari kaca yang berada di pintu ruangan itu, ia khawatir, gelisah dan takut secara bersamaan.
" Dad! " rintih Livia sambil menangis.
Leo menoleh sesaat ke arah Livi lalu meluruskan pandangannya kedepan, namun tangannya meraih tubuh Livia dengan lembut dan memeluknya.
" Dad! Please.. " bisik Leo lirih.
Tidak lama suara mesin terdengar nyaring. Livi maupun Leo semakin histeris, terlihat di dalam ruangan dokter berupaya mengembalikan detak jatung tuan Hansel.
" No! Nooooo dad! " teriak Leo mencoba memaksa menerobos masuk.
" Tuan muda! "
" Daddy! " bisik Livia pelan, lalu ia terjatuh lemah duduk di lantai rumah sakit yang dingin, kakinya terasa lemas. Dunianya berputar hingga kegelapan merenggutnya namun, uncle Max yang saat itu sibuk menahan Leo karena memaksa masuk ruangan, akhirnya memilih melepaskan Leo dan langsung menghampiri Livia yang terbaring di lantai,
" Nona Livia! " panggil uncle Max khawatir, sambil meraih tubuh Livia.
Lalu dia menyuruh beberapa anak buahnya meraih Leo yang sudah berada di dalam ruangan agar bisa mengendalikan diri dan tidak menganggu kinerja para dokter.
" Lepas !!! Daddy !! lepaskan brengsek !!!!" maki Leo semakin mengamuk. Ia ditahan oleh 3 orang anak buahnya, dan terlihat mereka kewalahan menahan tubuh Leo. Pada akhirnya para dokter hanya menggelengkan kepalanya pasrah dan meminta maaf kepada Leo. Sebagian perawat mulai melepas alat - alat yang terpasang di tubuh tuan Joe.
Buggh!
Pukulan Leo melayang mengenai wajah dokter yang berada dihadapannya, lalu berlari menghampiri daddynya yang sedang di lepas peralatan medisnya. Mau tak mau uncle Max yang membantu dokter itu berdiri dan menyelesaikan semua masalah yang dibuat oleh Leo secara kekeluargaan.
" Daddy!!!! bangun dad!!!! please !!!" teriak Leo frustrasi, sambil memeluk badan daddynya.
" Please.. " bisik Leo ditelinga daddynya
Akhirnya yang paling ditakutkannya terjadi. Daddynya harus pergi untuk selamanya. Sedangkan Livia sendiri dibawa keruangan lain untuk beristirahat.
***
Sore itu awan mendung menyelimuti pemakaman itu, disertai hujan deras menguyur bumi seakan turut merasakan kehilangannya. Ribuan rangkaian bunga menghiasi makam itu.
Disini Leo dan Livi berusaha berdiri kuat walau jiwa mereka dalam keadaan kacau, air mata masih mengalir deras dipipi mulus Livia, kacamata hitam bertengger menutupi matanya yang telah bengkak dan sembab.
Dan Leo masih merangkul badannya, kondisi Leo jauh lebih baik dari Livia. Hari ini dia lebih bisa mengendalikan dirinya. Puluhan kerabat hadir untuk mengantarkan tuan besar Hansel ke peristirahatan terakhirnya.
Dan Davi ikut menghadiri upacara pemakaman itu, sesekali ia mengalihkan pandangannya ke segala arah, berharap menemukan sosok yang sangat dia rindukannya.
Namun usahanya berbuah sia - sia, kenyataannya hingga kini tidak satupun informasi yang dia dapatkan tentang Louisa. Ada bisik - bisik terdengar dari arah belakang, mempertanyakan ketidakhadiran salah satu putri bungsu keluarga Hansel.
" Dimana kamu Mill? " tanya Davi dalam hati. Ia hanya bisa menghela nafasnya perlahan.
Pada akhirnya suara - suara itu lenyap dengan sendirinya , karena beberapa orang yang peduli dan akrab dengan keluarga Hansel mencoba menegur mereka agar dapat menghormati upacara tersebut dengan khusyuk.
" Selamat jalan dad! akhirnya kau bisa bertemu lagi dengan mommy di sana " desah Leo sangat lirih.
Setelah upacara penghormatan terakhir selesai, dan ribuan doa di ucapkan, puluhan tamu mulai meninggalkan makam tersebut dengan tenang.
" Daddy! " bisik Livia sambil menerawang kearah batu nisan tersebut.
" Kita kembali.. " ajak Leo pelan,
" Tapi daddy.. "
" Besok kita kesini lagi " ucap Leo membujuk Livia yang terlihat enggan meninggalkan makam tersebut. Namun, mereka harus segera kembali karena hari sudah mulai gelap.