Chereads / My promise / Chapter 14 - chapter 13

Chapter 14 - chapter 13

Happy reading,

Maaf jika typo masih ada yang bertebaran..

Davi pov on,

Saat itu, aku memilih langsung meninggalkan panti asuhan. Memang terbayar rasa penasaranku tentang dirinya, karena pada akhirnya aku menemukannya. Dan aku berjanji kepada diriku sendiri untuk tidak akan pernah melepaskannya lagi. Keadaanku saat ini memaksa aku untuk tidak bisa terburu- buru menemui Milly.

Untuk saat ini pikiranku terbagi antara Milly dengan kesehatan mommy yang semakin lama semakin menurun. Tanpa sengaja aku melihat daddy mengunjungi mommy di rumah sakit.

Marah itulah yang saat ini aku rasakan. Setelah sekian lama dia mengacuhkan mommy, hari ini ia datang tanpa rasa bersalah sedikit pun. Rasanya ingin aku berteriak dihadapannya dan memberinya pelajaran. Tapi aku harus menahan emosiku demi mommy, aku tidak ingin melihatnya bersedih, yang nantinya akan mempengaruhi kesehatan mommy. Sehingga aku memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut agar dapat menenangkan diriku sendiri.

Tiba - tiba saat aku berjalan di sebuah lorong rumah sakit , aku berpapasan dengannya. Entah kenapa aku malah menunjukkan rasa tidak peduliku kepadanya, rasa kalut dan cemas kini bersarang di dalam dadaku. Ketakutkan ini menyiksa batinku, aku tidak siap dan tidak mau kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Sosok ibu yang berperan penting dalam membesarkanku dengan kasih sayangnya yang tulus.

" Maafkan aku mine.. Bersabarlah sebentar lagi, setelah keadaan mommy membaik, aku akan secepatnya  menemuimu " gumamku dalam hati.

Akhirnya aku memilih pergi meninggalkan rumah sakit tempat mommy dirawat, menuju tempat dimana aku bisa melampiaskan kemarahanku.

Disinilah aku berdiri, ditengah - tengah arena petarungan bebas. Menghadapi penantangku berikutnya, tak sedikit pun ada rasa takut. Kemarahanku tidak dapat hilang dalam sekejap sehingga aku tidak sekalipun berhenti memberi pukulan atau tendangan kepada lawan -lawanku malam ini.

Haus darah! Keinginan membunuh itu bagian dari hidupku. Akan terpuaskan bila melihat lawan -lawanku dalam keadaan sekarat. Entah sejak kapan?!

Davi pov end

***

Sementara itu, di tempat lain..

Di dalam sebuah ruangan vip milik suatu bandara penerbangan internasional, berisikan 10 orang pria muda tampan yang cukup terlatih, dan terbaik. Diantara mereka terdapat seorang gadis cantik yang tampak sangat mencolok dengan tampilan casualnya berdiri dibarisan paling depan.

" Nona muda!! " seru Zic frustrasi sambil mengacak rambutnya dengar kasar, menambah kadar kegantengannya. Sedangkan teman - teman satu teamnya hanya tertawa geli saat melihat Zic mengeluh seperti anak kecil.

" Lakukan apa yang aku suruh, Zic " ucap Louise acuh tanpa menggubris keluhan Zic.

Tanpa rasa bersalah Louise memerintahkan Zic untuk membawa semua barang - barang miliknya tanpa peduli pria itu kerepotan atau tidak.

" Hm! Sepertinya sudah siap semuanya.. Let go..  " ucap Louisa antusias sambil tersenyum manis kepada Zic, menunjukkan ia cukup puas mengerjai Zic.

Melihat semua orang yang berada di sekeliling sedang menertawakan kesusahannya, Zic melototkan matanya sambil ngedumel kearah teman - temannya.

Leo yang baru saja tiba diruangan tersebut hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah wanita kesayangannya. Sedangkan Zic salah satu orang kepercayaan Leo hanya salah tingkah dan agak tertekan batin. Sejujurnya Zic sedikit keberatan membawa nona mudanya yang baru pertama kali ikut misi berbahaya bersamanya. Zic khawatir jika terjadi sesuatu terhadap nona Louise, ia akan merasa bersalah.

" Jaga dirimu! Hati - hati! " ucap Leo tegas.

" Aye kapten! siap! " jawab Louise sambil memberi hormat ala prajurit tentara.

Agent khusus team " Z " akhirnya pergi ke Jepang dengan jet pribadi milik perusahaan HZLgroup .

Dibalik sikapnya yang dingin Leo menyembunyikan kekhawatirannya terhadap Louisa. Ia berdiri dibalik kaca besar, matanya dengan mantap menatap lurus ke langit biru namun, pikirannya menerawang entah kemana.

" Leo.. " panggil Livi lembut dari arah belakang sambil melingkarkan tangannya ke perut Leo perlahan.

Leo tidak menjawab panggilan livia, tapi hal itu cukup membuatnya tersentak kembali ke akal sehatnya.

Sejujurnya diusia yang sangat belia ia harus menanggung beban berat, mau tidak mau ia harus siap secara mental jika suatu saat kehilangan daddynya dan meneruskan apa yang menjadi tanggung jawab daddynya kepada organisasi rahasia milik daddy.

Disaat anak - anak seusianya sibuk bermain dan bersenang - senang. Ia harus berkutat dengan dokumen rahasia klien mereka dan menuntaskan tugasnya. Terkadang ia harus terjun langsung menghadapi para mafia atau pembunuh bayaran yang menginginkan dokumen rahasia kliennya.

Organisasi miliknya bukan untuk memata - matai musuh klien saja kadang harus melindungi dan menjaga kerahasiaan klien yang diserahkan kepada mereka.

" Leo.. aku khawatir! Ini misi pertama Louis.. " ungkap Livi sambil memeluk erat Leo.

" Hm.. Beri dia kesempatan Liv, dia juga bagian dari keluarga Hansel " jawab Leo tenang. Tidak sedikitpun ia menoleh karena ia takut Livia dapat membaca pikirannya bahwa ia juga merasa khawatir atas kepergian Louisa ke Jepang.

" Tapi.. " ucapan Livia terputus saat Leo membalikkan badannya dan langsung mencium bibir mungil milik Livia. Sedangkan Livia terkejut sesaat hingga akhirnya dengan pasrah menerima perlakuan Leo.

Ciuman malam ini menggambarkan hati Leo yang frustrasi dengan keadaan. Marah, sedih, khawatir semua mengalir menjadi satu.

Hari itu akhirnya Leo memperlihatkan kepada Livia betapa rapuhnya dirinya saat ini, di usia 18 tahun ia harus cukup kuat dan mampu menghandel semua masalah yang ada, termasuk menjaga kedua princessnya.

" Dad! aku pasti dapat menemukan orang itu dan memberikan pelajaran yang setimpal! " bisik Leo sambil mengeraskan rahangnya, kilatan kemarahan melintas dalam tatapannya.

***

Setelah puas menuntaskan kemarahannya. Davi kembali ke rumah sakit, namun sebelum itu ia pergi mengganti pakaiannya dan mengobati luka-lukanya.

Walau luka ringan tetap saja Davi tidak mau mommynya khawatir saat melihat penampilannya. Sesampainya dirumah sakit, ia sudah tidak melihat kehadiran daddynya. Jadi ia cukup yakin orang itu sudah lama meninggalkan mommynya sendirian.

Dengan perlahan ia mendekati tempat tidur, menatap sosok rapuh itu dengan hati yang terluka. Ya, dia sedih mengapa penyakit itu hinggap di tubuh wanita hebat ini. Marah atas ketidakadilan perlakuan yang wanita ini dapat. Sesak melihat seluruh tubuhnya penuh selang.

Andai ia bisa menggantikan tempat mommynya.

Cup!

Davi memberikan ciuman kasih sayang pada dahi sang mommy.

"  always love you, mom! Don't leave me! " bisik Davi.

Pada akhirnya ia tahu bahwa mommynya terkena leukemia stadium 3, dan selama ini mommynya cukup pintar menyembunyikan penyakit itu darinya.

Dengan lembut ia mengenggam tangan mommynya erat. Tak henti - hentinya dia mencium tangan yang selalu memeluknya, memelihara dengan kasih sayang. Davi berharap masih ada keajaiban yang Tuhan kasih untuknya.

" Tuhan.. Tolong berikan mommy kesembuhan. Agar ia dapat hidup lebih lama menemaniku di dunia ini. Please.. Davi sayang mommy!!" ucap Davi sambil terisak pelan.

jangan lupa tinggalkan jejaknya yaa..

Mudah - mudahan Louise berhasil menemukan Ritz dan dapat kembali secepatnya ke tengah - tengah keluarga Hansel.