Keesokan harinya...
Seperti biasa Jesica pergi ke kampus diantar Ayahnya, Jesica tidak pernah mau berangkat bersama sang kakak karena bau parfume yang menyengat di mobilnya.
Saat Jesica turun dari mobilnya semua mata memandang ke arahnya, membuat dirinya merasa risih. Jesica mempercepat langkahnya untuk sampai kekelas, namun dirinya tak luput dari pandangan teman-teman kampusnya, sampai akhirnya Jesica bertemu dengan Reza.
"Reza" panggil Jesica.
"Ya Jess, ada apa?" tanya Reza datar.
"Za, lo kenapa sih mukanya gitu?" selidik Jesica sembari meraih wajah sahabatnya, namun Reza tak menjawabnya.
"Za ? Lo lagi ada masalah?" tanya Jesica sekali lagi. Reza hanya menyodorkan ponselnya pada Jesica tanpa berkata apa-apa.
Jesica meraih ponsel milik Reza dan memeriksa apa yang sebenarnya terjadi di ponselnya, betapa terkejutnya Jesica ketika melihat foto-foto dirinya yang sedang berpelukan dengan Aditya saat pendakian bukit dan mengklaim bahwa mereka berdua pacaran.
Jesica menghela nafas panjang dan terus mengamati foto-foto dirinya dengan Aditya.
"Pantas aja mereka semua menatap gue sinis begitu." gerutu Jesica.
"Jadi bener lo jadian sama dia, Jess?" selidik Reza.
"Pertanyaan macam apa itu? Mana mungkin gue jadian sama dia" jawab Jesica ketus, dia berlari pergi untuk menemui Aditya.
Tak perlu waktu lama Jesica mencarinya, Aditya sedang berkumpul dengan teman-temannya dikantin. Suara gelak tawanya terdengar sampai di telinga Jesica, membuatnya semakin kesal.
Plakk!!
Sebuah tamparan mendarat di wajah tampan Aditya.
"Dasar buaya! Apa-apan ini?" bentak Jesica galak sembari memperlihatkan gambar yang ada di dalam ponselnya.
"Heh, cewek songong! Bukannya lo seneng liat berita ini? Sekarang lo jadi perhatian semua orang kan?" seru Aditya.
"Kalo ngomong itu dijaga! Sebaiknya lo cepat hapus berita ini. Gue tau ini cuma akal-akalan lo aja kan biar lo tenar?" bentak Jesica semakin kesal.
"Yang benar aja? Gue gak perlu cara kaya gini biar gue tenar. Semua orang juga sudah tau siapa gue, jadi gue gak perlu sebarin berita murahan itu" tegas Aditya.
"Apa lo bilang hah? Lo bilang gue murahan?" tanyanya sembari mendorong tubuh Aditya.
"Gue gak ngomong lo murahan! Gue cuma ngomong berita murahan!" tegasnya.
"Jesica, Aditya kalian dipangil Pak Dekan tuh suruh keruangannya" ucap salah seorang murid.
"Ini semua gara-gara lo!" seru Jesica sembari berlalu pergi dan diikuti oleh Aditya.
Sesampainya di ruang Dekan, Jesica dan Aditya mendapat teguran mengenai foto-foto dirinya yang tersebar dimedia sosial. Keduanya hanya terdiam pasrah menerima kenyataan itu, karena sekeras apapun dia menjelaskan semua tidak akan mengubah keputusan Dekan yang akan meng-skors keduanya.
Beberapa menit kemudian Adrian datang ke ruang Dekan dan memberi penjelasan mengenai foto-foto yang beredar di media sosial.
Berkat penjelasan dari Adrian, mereka berdua pun terbebas dari hukuman sang Dekan.
"Makasih yah, Pak Adrian." ucap Jesica.
"Aku harap kamu lebih berhati-hati lagi. Agar tidak dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab" jelas Adrian sembari berlalu pergi. Sementara Jesica masih memandangi Adrian yang sudah berlalu pergi dari hadapannya.
"Lo suka sama dia?" tanya Aditya.
"Memangnya kenapa kalo gue suka? Lo cemburu?" ucap Jesica sembari tertawa.
"Gue cemburu sama lo? Gak penting banget "jawab Aditya.
"Mau gue suka sama siapa juga bukan urusan lo!" ucap Jesica ketus, dia berlari meninggalkan Aditya.
Jesica masuk ke kelasnya, disana sudah ada Adrian yang kebetulan hari itu mengajar di kelasnya.
"Boleh saya masuk?" tanya Jesica sembari menundukan kepalanya.
"Silakan duduk, kelas sudah mau mulai" ucap Adrian datar.
Tak butuh waktu lama setelah Jesica duduk, teman-temannya mulai riuh membicarakan tentang foto-foto Jesica dengan Aditya di media sosial. Jesica hanya terdiam menghadapi cibiran teman-temannya, bukan karena takut dia hanya menahan diri karena tidak ingin membuat masalah.
"Kalian bisa diam tidak?" tegas Adrian, membuat suasana kelas menjadi hening.
"Kalo kalian masih tetap berisik, silahkan keluar dari kelas saya!" tegas Adrian sekali lagi, namun tidak ada satupun yang berani menjawabnya.
"Kalian kerjakan soal-soal ini! Nanti kalian kumpulkan di meja!" ucap Adrian sembari membagikan kertas soal-soal yang ada ditangannya pada setiap murid.
"Dan kamu Jesica, setelah semuanya terkumpul nanti kamu bawa ke ruangan saya" ucap Adrian pada Jesica.
"Baik" jawab Jesica.
Setelah mereka semua mengumpulkan tugasnya, Jesica segera pergi ke ruangan Adrian untuk menyerahkannya.
"Permisi..." ucap Jesica sembari mengetuk pintu yang sedikit terbuka.
"Masuk" pinta Adrian.
Jesica langsung berjalan mendekati Adrian dan menyerahkan setumpuk kertas di atas meja.
"Tugasnya sudah terkumpul semua, Pak. Saya permisi dulu." ucap Jesica ramah, setelah itu membalikan badannya dan bergegas pergi.
Aditya yang kebetulan lewat di depan ruang Adrian, menghentikan langkahnya ketika melihat Jesica berada di ruangan Adrian dan memutuskan untuk melihatnya diam-diam.
"Jesica" panggil Adrian, tangannya menahan tangan Jesica.
"Ya, ada perlu apa lagi, Pak Dosen?" tanya Jesica.
"Maaf tadi aku bersifat acuh sama kamu." ucap Adrian penuh rasa bersalah.
"Maksud Pak Dosen apa? Saya tidak pernah beranggapan seperti itu. Menurut saya Pak Dosen itu guru yang baik" ucap Jesica dengan polosnya.
"Ya sudah kamu kembali ke kelas. Sebelumnya makasih yah Jesica" ucap Adrian.
"Baik" jawab Jesica. Kali ini Jesica mempercepat langkahnya yang mengetahui keberadaan Aditya, dia hanya tersenyum tipis dan pura-pura tidak melihat Aditya.
Hari itu dilalui Jesica dengan sangat berat, masih banyak cibiran dari teman-temannya meskipun dirinya sudah terbebas dari hukuman. Jesica membayangkan bagaimna jika kedua orang tuanya mengetahui, mengenai foto-foto dirinya dengan Aditya.
Sepulang kuliah Jesica mumutuskan untuk tidak pulang ke rumah, Jesica bergegas pergi ke suatu tempat di mana dia bisa meluapkan semua perasaanya.
Suasana di tempat itu benar-benar sepi, tidak ada seorang pun yang ada di lapangan basket.
Baru saja Jesica men dribble bolanya, Jesica mendengar suara orang berteriak, suara itu terdengar sangat jelas ditelinganya karena suasana di tempat itu benar -benar sepi.
Langkah-demi langkah Jesica menyusuri lorong-lorong darimana suara itu berasal, kakinya terhenti ketika bola matanya melihat seseorang yang tak asing bagi dirinya sedang duduk sembari memainkan gitarnya.
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
'Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu, dalam hidupmu...
Telah lama 'ku pendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
'Tak mengapa bagiku
Mencintaimu pun adalah bahagia untukku, bahagia untukku...
'Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski 'ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini 'kan abadi untuk selamanya
Dan izinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
'Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja
'Ku ingin kau tahu diriku...
Alunan lagu Cinta dalam hati yang diiringi petikan gitar terdengar lembut ditelinga Jesica, membuat Jesica mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Galau banget lagunya. Diputusin sama ceweknya, atau ditolak sama cewek yang lo suka?" celetuk Jesica.
"Dari kapan lo disini?" tanya Aditya, matanya sedikiit melirik ke arah Jesica.
"Dari tadi" jawabnya datar.
"Jesica, maafin yang kemaren yah." ucap Aditya.
"Harus banget gue maafin lo?" tanya Jesica ketus.
"Gue serius minta maaf, Jess."
Tanpa kata-kata Jesica mengambil tempat duduk tidak jauh dari Aditya, suasana pun mendadak hening, tidak ada satu patah katapun keluar dari mulut mereka.
Keduanya saling menatap langit biru dengan pandangan kosong, pikiran dan hatinya bertarung dengan masalah yang mereka hadapi saat ini.
"Lo suka sama Adrian?" celetuk Aditya memecahkan keheningan.
"Kenapa nanya kaya gitu?" tanya Jesica.
"Keliatan dari cara lo menatap Adrian" ucap Aditya, wajahnya menoreh menatap wajah Jesica.
"Mengambil kesimpulan hanya dengan tatapan mata doang? Itu Konyol" ucap Jesica sembari tertawa.
"Tapi bener kan, lo suka sama Adrian?" tanya Aditya sekali lagi.
"Gue disini bukan buat di introgasi." ucap Jesica sembari berlalu pergi.
"Jesica tunggu!!" teriak Aditya sembari mengejar Jesica.
Jesica berjalan menuju lapangan basket dan mengambil bola yang tergeletak, dia langsung men dribble bolanya dan melakukan tembakan dengan cara melompat atau yang dinamakan jump shot istilah dalam permainan bola basket.
Aditya pun melakukan steal ketika Jesica sedang men dribble bolanya dan memasukannya ke dalam ring. Mereka pun bermain basket bersama, mereka saling merebut dan memasukan bola kedalam ring, begitu dan seterusnya sampai tak terasa satu jam sudah berlalu mereka bermain. Keringat bercucuran membasahi tubuh keduanya, meski begitu Jesica sangat bersemangat mengejar bola yang ada ditangan Aditya. Keduanya terlihat sangat akrab ketika Aditya mengajari Jesica dengan jurus mautnya, layaknya seorang guru yang sedang melatih muridnya.
"Sudah ya kita istirahat dulu." ucap Aditya.
"Baiklah" jawab Jesica, sembari menjatuhkan pantatnya ke pafing.
"Gue ke kantin bentar ya" ucap Aditya sembari berlari pergi.
Tak butuh waktu lama, Aditya pun kembali dengan membawa dua botol air mineral yang terlihat menyegarkan dikala dahaga melanda. Aditya langsung menyodorkan botol air mineral itu pada Jesica.
"Buat gue?" tanya Jesica heran.
"Iya buat lo, buat siapa lagi?" ucap Aditya sembari duduk di samping Jesica.
"Makasih yah" ucap Jesica tersenyum.
Jesica mulai menengguk air mineral, Aditya yang duduk tepat di samping Jesica melihat jelas wajah Jesica seketika tersenyum ke arahnya.
"Gue liat lo sangat berbakat tadi" ucap Aditya.
"Jangan berlebihan. Gue gak ada apa-apanya dari lo" ucap Jesica.
"Mau gue ajarain?" tawarnya. Jesica langsung menoreh ke arah Aditya, dia masih tidak percaya dengan apa yang barusan Aditya katakan.
"Lo mau gak gue ajarin?" tawarnya sekali lagi.
"Buat apa lo bantuin gue, kalo nanti ujungnya ngejek gue kesemua teman-teman lo?" tanya Jesica galak.
"Jess, lo masih marah sama gue? Gue bener-bener minta maaf. Gue juga serius mau ajarin lo." ucap Aditya, tangannya refleks mengenggam erat kedua tangan Jesica.
"Gak segampang itu lo nipu gue!" tegas Jesica melepaskan gengaman tangan Aditya.
"Jess gue serius!" ucap Aditya.
"Iya gue maafin lo." jawab Jesica
"Makasih yah, Jess. Nanti kalo ada waktu gue kabarin lo" ucapnya sembari.
"Ya" jawab Jesica datar.
"Dari kapan lo suka basket?" tanya Aditya.
"Dari waktu SMP" jawab Jesica.
"Gue kagum sama lo, gue baru kenal ada cewek yang jago basket. Memangnya keluarga lo gak ada yang menentang kegiatan lo ?" tanya Aditya penuh penasaran.
Jesica pun menceritakan bagaimna awalnya dia bisa menyukai basket, dan bagaimana keluarganya menentang hobinya itu.
Aditya menjadi pendengar setia ketika Jesica menceritakan bagaimana perjuangan Jesica menekuni hobinya, hingga mereka lupa akan waktu. Matahari sudah mulai tenggelam, kedua anak manusia itu masih asyik dengan obrolannya.
Dering ponsel milik Jesica berbunyi, dan itu panggilan dari Bundanya, ia hanya menghela nafas panjang tanpa menjawab panggilan dari Bundanya
"Kenapa gak lo angkat?" tanya Aditya.
"Gue pulang dulu" ucap Jesica sembari bangkit dari tempat duduknya.
"Biar gue anter" ucap Aditya menahan tangannya.
Kedua pasang mata itu saling bertemu dan saling terdiam, hingga rintik-rintik air hujan mengagetkan keduanya. Tanpa ragu Jesica bangkit dari duduknya dan menari-nari dibawah hujan diikuti oleh Aditya, keduanya terlihat tampak konyol, seperti anak kecil.
Namun tak lama kemudian, Aditya meminta Jesica untuk pulang, dan mengantarkan ke rumahnya.
Jesica keluar dari mobilnya dan diikuti oleh Aditya, disana sudah ada kedua orangtuanya yang sedari tadi menunggu kepulangan anaknya.
Dengan langkah pelan Jesica menghampiri kedua orang tuanya, wajahnya menunduk tidak berani menatap Ayahnya.
"Jesica dari mana saja kamu? Baju kamu basah kuyup begitu?" tanya Pak Angga.
"Maafin saya om, ini semua salah saya. Saya yang ajak Jesica pergi om" ucap Aditya.
"Jadi kamu yang selama ini selalu bawa pengaruh buruk buat anak saya?" tanya Pak Angga.
"Ayah, jangan bilang seperti itu!" tegur Ibu Lia mencoba menenangkan suaminya.
"Maafin saya om. Saya janji tidak akan membawa pengaruh buruk buat anak om!" ucap Aditya.
"Anak saya bandel itu gara-gara kamu! Lebih baik kamu jauhin anak saya!" tegas Pak Angga.
"Ayah, Aditya tidak salah apa-apa. Ini semua salah Jesica, Ayah" ucap Jesica pelan.
"Sekarang juga kamu masuk Jesica!" tegas Pak Angga sembari masuk kedalam rumahnya.
"Maafkan Ayahnya Jesica yah, nak. Dia hanya khawatir dengan keadaan Jesica" ucap Ibu Lia.
"Tidak apa Tante, ini memang salah saya" jawab Aditya.
"Ya sudah, Tante tinggal dulu ya" pamit Ibu Lia.
"Baik Tante" jawab Aditya.
Ibu Lia segera masuk ke dalam rumah, sementara Jesica masih berdiam diri tidak menuruti perintah Ayahnya.
"Sebaiknya lo masuk, tidak baik menentang orang tua." ucap Aditya.
"Maafin gue yah, lo jadi kena marah sama Ayah gue." ucap Jesica lirih.
"Tenang aja, gak gue ambil hati kok." ucapnya sembari menepuk bahu Jesica. Sejenak Jesica terdiam, dia merasakan hal yang berbeda dari sikap Aditya kepadanya.
"Makasih yah" ucap Jesica tersenyum.
"Gue balik dulu, ya." ucap Aditya berjalan menuju mobilnya dan bergegas pergi, sementara Jesica masih terdiam melihat kepergian Aditya.
Perasaan Jesica merasakan hal yang aneh dengan sikap Aditya yang tiba-tiba baik, tidak seperti biasanya.
Kesokan harinya....
Pagi itu tak seperti biasanya, Jesica mendapati Aditya yang sedang duduk di depan kelasnya.
Dengan langkah penasaran Jesica mendekati Aditya.
"Pagi Jess" sapanya ramah dengan sedikit senyum tersungging diwajahnya.
"Pagi juga. Kak Senior lo ngapain disini?" tanya Jesica
"Gue cuma mau kasih tau lo, nanti sepulang kuliah gue ada waktu luang. Lo mau kan gue ajarin?" tanya Aditya.
"Gak Bisa!" tegas Reza tiba-tiba datang menghampiri keduanya.
"Reza" panggil Jesica kaget.
"Jesica ada urusan sama gue" tegas Reza sekali lagi sembari menatap tajam mata Aditya.
"Jess, nanti sepulang kuliah gue ketempat yang kemaren. Kalo lo mau latihan datang aja, kalo gak juga ga masalah" ucap Aditya sembari berlalu pergi, raut wajahnya kembali cuek.
"Reza lo apa-apaan sih?" protes Jesica pada sahabatnya.
"Apa yang dia mau ajarin? Paling dia cuma manfaatin lo doang Jess" tegas Reza.
"Za, lo bisa gak sih jangan ambil kesimpulan kalo lo belum tau kenyataannya?" bentak Jesica.
"Jess, bukan itu maksud gue. Gue cuma gak mau, cowok itu manfaatin lo!" ucap Reza sembari memegang kedua bahu Jesica.
"Gue juga ga bego-bego amat kali Za. Udahlah terserah lo mau ngomong apa." ucap Jesica sembari melepaskan tangan Reza dan berlalu masuk ke dalam kelasnya.
"Jess, dengerin gue. Bukan itu maksud gue!" ucap Reza sembari mendekati Jesica.
"Terus maksud lo apa?"
"Ya sudah kalo lo mau latihan sama dia. Gue bisa apa" ucap Reza pasrah, dia tidak bisa membayangkan kalau sahabatnya akan terus marah.
Jam kuliah pun selesai, Jesica langsung bersiap pergi menemui Aditya, sesampainya disana Aditya sudah menunggu kedatangannya.
"Maaf gue terlambat" ucap Jesica.
"It's Okay, gue juga belum lama disini" ucapnya sembari mengoper bolanya pada Jesica.
Keduanya pun berlatih hanya berdua saja, gerakan demi gerakan Aditya mulai memperlihatkan jurusnya kepada Jesica, layaknya seorang guru yang sedang mengajari muridnya. Begitu juga dengan Jesica, dia sangat memperhatikan betul bagaimna Aditya melakukan gerakan-gerakan mautnya.
"Kak Senior makasih yah udah mau ngajarin" ucap Jesica tersenyum manis.
"Gue mau berbagi ilmu sama orang yang mau berusaha. Seperti lo" ucapnya, tangan besarnya meraih kepala Jesica dan meletakannya di atas, kedua mata itu saling bertatap seakan mata itu mengutarakan isi hati keduanya. Keduanya pun tersadar, dan saling tersipu.
"Ya udah gue balik dulu ya" ucap Jesica mencairkan suasana.
"Gue anter" ucap Aditya spontan.
"Gak usah, gue bisa pulang sendiri. Gue gak mau Ayah marah lagi sama lo" ucap Jesica sembari berlalu pergi. Namun Aditya segera mengejarnya.
"Mau gak mau gue anter!" ucap Aditya sembari meraih tangan kakan Jesica dan menggandengnya. Jesica hanya terdiam melihat tangan Aditya yang menggandengnya erat.
Tanpa penolakan Jesica menganggukan kepalanya.
Mobil Aditya sudah memasuki komplek tempat dimana Jesica tinggal.
"Kak Senior, gue turun disini aja" ucap Jesica.
"Kan ini belum sampe rumah lo" jawab Aditya.
"Gue gak mau Ayah marah lagi kaya kemaren malam, gue gak mau Ayah terus-terusan salah faham sama lo!" ucapnya sembari menundukan kepalanya.
"Ya sudah kalo itu mau lo" ucap Aditya sembari menghentikan mobilnya.
"Makasih yah" ucap Jesica sembari membuka pintu mobil.
Jesica berjalan di pinggir jalan, namun dari belakang ada motor yang akan menyerempetnya. Untungnya Aditya masih berada di situ dan dengan sigap Aditya menyelamatkan Jesica.
"Lo gak apa kan?" ucap Aditya
"Gue gak apa. Lo jangan khawatir." ucap Jesica tersenyum tipis.
"Sekarang biar gue anter sampe depan rumah ya, gue gak mau ada apa-apa sama lo" ucap Aditya.
"Sudah gue bilang, lo jangan khawatir tentang gue. Gue bisa jaga diri dengan ilmu bela diri gue" ucap Jesica tersenyum.
Kedua tangan Aditya meraih bahu Jesica matanya menatap bola mata yang indah itu.
"Jadi Jagoan itu, harus bisa belajar menerima perlindungan dari orang lain. Jadi belajarlah menerima perlindungan dari gue" ucapnya.
"Baiklah" jawab Jesica.
Hatinya tertegun ketika kata-kata itu keluar dari mulut Aditya, pada akhirnya Jesica menerima untuk diantarkan pulang sampai depan rumah.
Hari sudah hampir tengah malam, namun Jesica enggan memejamkan matanya. Hatinya terasa ada yang menggelitik kala dirinya teringat kata-kata yang keluar dari mulut Aditya.
"Lo mikir apaan sih Jess? Kenapa harus Aditya yang lo pikirin ? Masih banyak cowok lain selain dia" gerutunya sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Dia kan cowok buaya, pasti dia bakalan mengatakan hal semacam itu ke semua cewek" ucapnya sekali lagi sembari mengacak-acak rambutnya.
"Bodoh sekali lo Jess" gerutunya sembari menarik selimut mencoba melupakan semua kata-kata yang dia dengar dengan jelas.
Pagi harinya.....
Setelah membersihkan diri Jesica sedang bersiap-siap untuk berangkat kuliah, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Jesica segera meraih ponselnya dan membaca pesan dari nomor baru, nomor itu mengatas namakan Aditya.
"Kenapa dia datang kesini?" ucapnya lirih sembari memegangi ponselnya.
Jesica segera meraih tasnya dan bergegas pergi menuju ruang makan menghampiri kedua orang tua.
"Pagi Bunda, Ayah" sapa Jesica.
"Pagi juga Sayang" jawab kedua orangtuanya.
"Kak Agnes sama Natasya belum makan Bund?" tanya Jesica sembari mencari-cari kedua saudaranya yang belum keluar kamar.
"Belum sayang, masih pagi juga kan. Lagian kamu tumben jam segini udah siap" celetuk Ibu Lia.
"Jesica ada urusan Bund. Ayah, hari ini Jesica berangkat sendiri yah" ucapnya.
"Ya sudah, Ayah jadi berangkat agak siangan" jawab Pak Angga.
"Kamu tidak makan dulu sayang?" tanya Ibu Lia.
"Jesica bawa bekel aja Bunda" jawab Jesica sembari mengambil roti tawar dan diolesi dengan selai Strowberry lalu memasukannya ke kotak makan.
"Ayah, Bunda Jesica berangkat dulu yah" ucap Jesica sembari menjabat tangan kedua orang tuanya.
"Hati-hati sayang, jangan lupa titipan Bunda yang tadi malem." ucap Ibu Lia.
"Baik Bunda." jawab Jesica sembari berlalu dari meja makan.
"Tumben lo berangkat pagi" celetuk Agnes yang tiba-tiba muncul.
"Gue ada urusan" jawab Jesica.
"Lo lagi deket sama siapa? Tumben banget gak di antar Ayah" celetuknya.
"Gak penting. Gue berangkat dulu ya kak" ucap Jesica sembari berlalu pergi.
Dengan langkah penasaran Agnes mengikuti Jesica dari belakang, namun Jesica mengetahui itu dan mempercepat langkahnya menuju jalan yang tak jauh dari rumahnya.
"Hay" sapa Aditya.
"Kak Senior tau nomor gue dari mana?" tanya Jesica.
"Gue minta sama Natasya. Udah yuk kita berangkat" ucap Aditya, tanpa penolakan Jesica langsung masuk ke dalam mobil Aditya, setelah duduk Jesica langsung mengeluarkan kotak makanan yang ada di dalam tasnya, dan menyodorkan pada Aditya.
"Buat lo Kak Senior" ucap Jesica.
"Lo buatin bekel buat gue" ucap Aditya, wajahnya menoreh ke arah Jesica.
"Ini sebagai ucapan terimakasih gue, karena lo udah ajarin gue" ucap Jesica seraya tersenyum.
"Ini doang? Lo gak akan traktir gue makan?" ledek Aditya.
"Lo mau gue traktir makan?" tanya Jesica membulatkan matanya.
"Gue bercanda kok, ini aja cukup" ucap Aditya sembari menatap makanan yang Jesica berikan.
"Kalo gitu, nanti siang dikantin gue traktir lo makan" ucap Jesica.
"Siang nanti gue ada acara, gimana kalo malam?"
"Malam?" tanya Jesica kaget, matanya membulat. Sejenak Jesica terdiam mencoba berfikir apa dia harus mentraktirnya makan malam atau tidak.
"Baiklah, gue traktir lo makan malam" ucap Jesica sembari menghela nafas panjang.
"Lo gak terpaksa kan traktir gue?" celetuk Aditya.
"Gak lah, gue berutang budi sama lo" ucap Jesica sembari memfokuskan pandangannya ke depan.
Sesampainya didepan kampus Jesica segera turun dari mobil Aditya, Jesica bergegas pergi ke kelasnya dan diikuti oleh Aditya.
Dikelasnya sudah banyak teman-teman sedang berkumpul menanyakan tugas penelitian tumbuhan yang harus dikumpulkan hari itu juga.
Saat itu juga Jesica baru menyadari bahwa dirinya belum mengerjakan tugasnya.
"Jess, lo kenapa?" selidik Aditya yang memperhatikan raut wajah Jesica.
"Gue gak apa kok" jawab Jesica datar.
"Jess, jujur aja sama gue. Lo belum ngerjain tugas kan?" tanya Aditya meraih bahu Jesica.
"Udah deh lo gak usah sok peduli sama Jesica!" seru Reza tiba-tiba datang mengagetkan kuduanya.
"Maksud lo apa?" tanya Aditya tenang.
"Gue tau lo cuma pura-pura peduli sama Jesica. Lo seneng kan kalo Jesica susah?" seru Reza sekali lagi.
"Terserah lo mau bilang apa" ucap Aditya masih dengan nada tenang.
"Lo itu cuma bawa pengaruh buruk buat Jesica"
"Cukup Za!! Lo itu gak tau apa-apa! Jadi stop nyalahin orang lain!" bentak Jesica sembari menatap tajam kedua mata Reza.
"Sudah Jess, jangan diperpanjang masalahnya. Kita ke taman yuk, siapa tau lo dapat referensi buat lo kerjain disana" ucap Aditya sembari meraih tangan kanan Jesica dan membawanya pergi ke taman belakang kampus.
Aditya dan Jesica berlalu pergi meninggalkan Reza, sementara Reza hanya terdiam menatap kepergian sahabatnya itu.
"Lo udah banyak berubah Jess" ucpnya lirih.
"Reza lo kenapa?" tanya seorang perempuan yang tak lain adalah Natasya.
"Gue gak apa kok" jawabnya datar.
"Za, kita ke kantin yuk" ucap Natasya.
"Gue gak laper" jawab Reza datar.
"Udahlah, gue tau lo laper" ucap Natasya, sembari menarik tangan Reza.
Natasya terus menggandeng tangan Reza hingga mereka sampai di kantin, Natasya langsung memesan dua porsi nasi goreng dan dua minuman. Tak beberapa lama kemudian makanan datang, Natasya segera meraih nasi goreng yang ada di hadapan Reza dan mengiasnya dengan saus membentuk senyuman. Reza yang melihatnya sedikit tersenyum.
"Nah gitu dong senyum" ucap Natasya
"Seandainya saja yang melakukan ini Jesica, pasti gue seneng banget" ucap Reza membatin sembari menatap tajam kedua mata Natasya.
"Za, kenapa lo ngliatin gue gitu? Ada yang aneh" selidik Natasya.
"Gak kok, gue cuma mau bilang makasih sama lo" elak Reza.
"Gue tau Za, dihati lo cuma ada Jesica? Tapi gue gak peduli, cukup gue berada didekat lo aja gue udah seneng." ucap Natasya membatin.
Sementara ditempat lain Jesica dan Aditya sedang berada ditaman untuk mencari sumber referensi buat tugas kuliahnya.
Jesica duduk dengan lesu, matanya menatap langit dengan pandangan kosong.
"Jess, lo kenapa?" tanya Aditya sembari duduk disampingnya, Jesica tak menjawab sepatah katapun hanya menggelengkan kepalanya.
"Jess lo udah ada ide buat tugas kuliah lo?" tanya Aditya sekali lagi.
"Biar aja gue dihukum" ucap Jesica.
"Ternyata gue salah menilai lo. Gue pikir lo cewek yang kuat, gue pikir lo gak gampang nyerah. Ternyata cuma segitu perjuangan lo." ucap Aditya tegas.
"Lalu apa yang harus gue lakukan?" tanya Jesica.
"Lo liat kan banyak tanaman yang ada didepan lo?" ucap Aditya seraya mengacungkan jari telunjuknya pada tanaman lidah buaya atau Aloe Vera.
"Aloe Vera itu banyak manfaatnya. Lo harus belajar dari hal yang paling sederhana didekat lo."ucapnya sekali lagi, senyum merekah pun kembali menghiasi wajah cantik Jesica.
Jesica segera mengambil gambar dan mulai mengetik artikel dilaptopnya apa yang dia ketahui tentang manfaat tanaman Aloe Vera, setelah itu Jesica segera mengeprint artikel yang dia tulis dikoperasi kampusnya. Dengan setia Aditya menemani Jesica sampai tugasnya selesai.
"Makasih yah Kak Senior" ucap Jesica sembari mendekati Aditya dan memeluknya. Aditya pun membalas pelukan Jesica.
"Sudah ya, sekarang lo kekelas udah mau masuk juga" ucap Aditya sembari melepaskan pelukan Jesica, dia tidak mau debaran jantungnya terdengar oleh Jesica.
"Ekhmmm" suara seseorang berdeham mengagetkan keduanya, Aditya dan Jesica menoreh ke sumber suara itu.
"Pak Dosen" panggil Jesica kaget.
"Sudah saya bilang, kalian itu masih mahasisawa. Kalian harus jaga sikap apalagi ini dilingkungan kampus" ucap Adrian penuh kewibawaan.
"Maafkan Saya, Pak Dosen." ucap Jesica menundukan kepalanya.
"Sudah jangan minta maaf, itu semata-mata buat kebaikan kamu. Sebaiknya kamu ke kelas" ucap Adrian.
"Baiklah Pak Dosen" jawab Jesica sembari melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Adrian dan Aditya yang masih terus menatap kearahnya.