Pagi harinya...
Jesica terbangun dari tidurnya, saat membuka matanya dia begitu kaget ketika melihat tangannya yang sudah terpasang infus, begitu juga dengan Adrian yang tertidur pulas di samping tempat tidurnya sembari menggenggam erat tangannya. Jesica mencoba mengingat kejadian semalam sewaktu dia berada di jalan, saat itu juga dia tidak mengingat apa yang terjadi pada malam itu.
Perlahan Jesica melepaskan tangannya dari genggaman tangan Adrian, dia tidak ingin membangunkan Adrian yang tertidur pulas, namun usahanya sia-sia Adrian tetap saja terbangun.
"Jesica kamu sudah baikan kan?" tanya Adrian sembari meraih kening Jesica.
Jesica hanya menganggukan kepalanya, dia masih berusaha mengingat tentang kejadian semalam.
"Saat aku melihat kamu, tiba-tiba saja kamu pingsan, badan kamu juga demam tinggi. Makanya aku bawa kamu ke rumah sakit" jelas Adrian.
"Makasih yah, Adrian. Kamu sudah nolongin aku" ucap Jesica.
"Iya sama-sama." jawab Adrian tersenyum.
"Tapi sekarang aku harus pulang." ucap Jesica sembari bangkit dari tempat tidurnya dan melepaskan selang infusnya.
"Jesica keadaan kamu belum stabil, semalam aja kamu demamnya tinggi. Lebih baik kamu disini saja dulu" ucap Adrian sembari menahan tangan Jesica, namun Jesica tetap bersikokoh turun dari tempat tidurnya.
Baru beberapa langkah saja tubuh Jesica langsung ambruk, untung saja Adrian dengan sigap menangkapnya dan membantunya kembali ke tempat tidur.
"Sudah aku bilang, kamu disini saja dulu sampai kesehatan kamu stabil!" pinta Adrian.
"Tapi aku kan harus kuliah, lalu bagimana dengan orang tua aku? Pasti mereka juga khawatir karena dari semalam aku tidak ada kabar." ucap Jesica.
"Aku sudah menghubungi orang tua kamu dan menjelaskan keadaan kamu" jelas Adrian.
"Tapi aku harus berangkat kuliah. Aku gak mau nanti aku dihukum gara-gara bolos kuliah." bantah Jesica.
"Aku tau kamu lagi sakit, jadi tidak mungkin aku hukum." ucap Adrian.
"Tapi" protes Jesica.
"Kamu lupa kalau aku itu dosen kamu?" tanya Adrian.
Jesica hanya terdiam menundukan kepalanya, spontan tangan Adrian meraih kepala Jesica namun dia segera menarik kembali tangannya ketika seorang suster membuka pintu.
"Selamat pagi, ini saya bawakan makanan dan obat. Nanti setelah makan obatnya diminum yah, Mba." sapa sang suster sembari meletakan makananya di meja.
"Makasih sus." ucap Jesica.
"Sekarang kamu makan yah! Biar aku yang suapin." pinta Adrian, tangannya meraih piring yang ada di meja.
"Jangan! Biar aku saja." tolak Jesica, refleks tangan Jesica meraih piring yang ada di tangan Adrian. Keduanya pun saling menatap dan terdiam.
"Maaf! Kamu sendiri belum makan kan? Sebaiknya kamu keluar cari makan dulu, kamu juga harus mengajar kan." pinta Jesica mencairkan suasana.
"Biar aku saja yang suapin kamu! Aku harap kamu tidak menolaknya! Aku ingin memastikan kalau kamu benar-benar makan!" tegas Adrian.
"Baiklah" jawab Jesica pasrah.
Tanpa cangung Adrian mulai menyuapkan makanan ke mulut Jesica sampai makanan itu habis.
"Kamu itu banyak juga yah makannya" celetuk Adrian.
"Tadi kamu bilang suruh makan, sekarang aku makan banyak protes." jawab Jesica.
"Tidak biasanya perempuan makan banyak" ucap Adrian.
"Aku kan butuh tenaga, jadi makannya harus banyak." jawab Jesica tanpa canggung.
"Itu yang aku suka dari kamu" ucap Adrian spontan.
"Maksudnya?" tanya Jesica.
"Emm..maksud aku suka kepolosan kamu" jawab Adrian mencari-cari alasan.
"Adrian, kamu tidak berangkat ke kampus?" tanya Jesica.
"Hari ini aku izin, aku mau memastikan kamu baik-baik aja." jawab Adrian.
"Aku baik-baik aja. Lebih baik kamu berangkat ke kampus! Aku juga mau pulang." pinta Jesica sembari turun dari tempat tidurnya namun kakinya tiba-tiba tersandung dan terjatuh kepelukan Adrian.
Kedua pasang mata itu saling bertemu pandang dalam jarak yang sangat dekat, membuat jantung Adrian berdetak sangat kencang.
"Ya tuhan, kenapa jantungku berdetak sangat kencang? Apakah Jesica mendengarnya?" tanya Adrian dalam hati.
"Maaf, aku harus pergi. Makasih buat semuanya." ucap Jesica sambil melepaskan diri dari pelukan Adrian.
"Biar aku antar." ucap Adrian.
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri." jawab Jesica sembari buru-buru pergi dari hadapan Adrian.
"Kenapa sih harus Adrian? Nanti kalo ada yang liat gue sama dia, bisa heboh satu kampus." gerutu Jesica dalam hatinya, sembari terus berjalan menjauhi Adrian yang terus mengikutinya dari belakang.
Tanpa sengaja Jesica menabrak seorang laki-laki, yang tak lain adalah Reza.
"Maaf, gue gak sengaja" ucap Jesica sembari mengangkat kepalanya.
"Jesica, lo ngapain pagi-pagi buta di rumah sakit?" tanya Reza heran.
"Maaf Za gue buru-buru, masih ada urusan." jawab Jesica sembari berlalu pergi.
Sementara Adrian menghentikan langkahnya ketika melihat Jesica dengan Reza, dan mengurungkan niatnya untuk mengejar Jesica. Reza yang merasa penasaran segera berlari mendekati Adrian.
"Pak Adrian kenapa ada disini?" tanya Reza.
"Saya sedang ada jadwal periksa kesehatan" jawab Adrian dengan tenang.
"Bohong! Saya lihat Anda sedang mengikuti Jesica." ucap Reza.
"Oh itu, saya hanya ingin mengembalikan hp Jesica yang terjatuh tadi" jawab Adrian sembari menunjukan ponsel Jesica yang ada dalam gengamannya.
"Ohh, hanya itu. Sini biar saya saja yang mengembalikan hp Jesica, saya kan teman dekatnya." ucap Reza.
"Baiklah" ucap Adrian, ia segera menyerahkan ponsel milik Jesica kepada Reza.
Meskipun masih penasaran Reza segera pergi setelah mendapatkan ponsel dari Adrian, dan mengejar Jesica yang sudah jauh.
"Jesica tunggu!" panggil Reza.
"Ada apa, Za?" tanya Jesica.
"Ini hp lo kan?" ucap Reza sembari menunjukan ponsel milik Jesica.
"Dari mana lo dapet hp gue?" tanya Jesica kaget.
"Gue dapet dari Pak Adrian." jawab Reza.
"Ohh..Ya udah sini hp gue" ucap Jesica sembari meraih ponsel yang ada di tangan Reza, namun Reza tak menyerahkannya.
"Lo ada apa sebenernya sama Pak Adrian?" tanya Reza.
"Lo nanya apa sih, Za?" tanya Jesica sembari menyipitkan matanya.
"Lo suka sama Pak Adrian?" tanya Reza.
"Udah deh, Za. Lo gak usah mengintrogasi gue terus dengan pertanyaan yang tidak masuk akal!" bentak Jesica sembari merebut ponsel yang ada digenggaman tanggan Reza dan berlalu pergi.
.....
Sesampainya di rumah Jesica segera membersihkan diri dan bergegas ke kampus. Di depan kelas sudah ada Aditya yang menunggunya disana, namun Jesica pura-pura tidak melihat Aditya.
"Jess, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Aditya, namun Jesica tidak meresponnya, dia terus saja berjalan melewati Aditya.
"Jess, tunggu!" panggil Aditya sembari menahan tangan Jesica.
"Ada apa?" tanya Jesica ketus.
"Ada yang mau gue omongin" ucap Aditya.
"Gue lagi sibuk!" jawab Jesica.
"Jess, gue mohon!" ucap Aditya sembari menekuk lututnya dan bersimpuh dihadapan Jesica.
"Aditya, lo apa-apaan sih? Lo gak sadar apa banyak yang liatin kita!" oceh Jesica.
"Gue gak peduli Jess. Sebelum lo mau ngomong sama gue" ucap Aditya.
"Ya udah, kita ke taman!" ucap Jesica ketus, sembari berjalan.
Setelah sampai di taman, Aditya segera menjelaskan alasan dia kemarin meninggalkan Jesica tanpa pamit.
"Gue mohon Jess, maafin gue!" ucap Aditya.
"Harus banget gue maafin lo?" tanya Jesica.
"Maaf lo itu penting buat gue Jess" ucap Aditya, perlahan tangannya meraih jari-jemari tangan Jesica.
"Jess, gue mau.."
"Jesicca" panggil Natasya.
Belum sempat Aditya mengatakan sesuatu, Natasya tiba-tiba saja memanggil Jesica dan mendekatinya. Akhirnya Aditya mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu hal yang penting pada Jesica.
"Pagi Natasya" sapa Aditya melempar senyum kepada Natasya.
"Pagi juga Kak" sapa Natasya.
"Jess, semalem Bunda bilang lo sakit. Terus kenapa lo berangkat kuliah?" tanya Natasya, tangannya meraih kening Jesica.
"Lo gak usah lebay deh, Sya! Gue gak apa kok." ucap Jesica sembari menepis tangan Natasya.
"Semalem lo sakit Jess? Kenapa lo gak bilang sama gue?" tanya Aditya panik.
"Lo bilang gak apa, tapi lo semalem sakit kan. Bunda bilang, Pak" belum selesai Natasya berbicara, Jesica segera membungkam mulut Natasya dengan tangannya.
"Kenapa mulutnya di bungkam, Jess. Sebenernya lo mau ngomong apa sih, Sya?" tanya Aditya penasaran.
"Pak doker bilang gue harus istirahat yang cukup. Bener kan, Sya?" ucap Jesica sembari memandang Natasya tajam.
"Benar begitu Natasya?" tanya Aditya.
"Iya, maksud gue mau bilang kaya gitu." jawab Natasya cengengesan.
"Ya udah sekarang gue bawa ke Uks aja, ya" tawar Aditya.
"Gak perlu. Lagian gue juga udah baikan" tolak Jesica.
"Ya udah, kalo lo nolak. Nanti pulang biar gue anter!" tegas Aditya.
"Baiklah. Ya udah gue masuk kelas dulu, bentar lagi gue ada kelas." ucap Jesica sembari berlalu pergi meninggalkan Aditya dan Natasya.
....
Dari ambang pintu terlihat Adrian sang dosen sudah ada di kelasnya dan melempar senyum ke arah Jesica, membuat Jesica merasa risih karena semua murid sudah ada disana dan pandangan mereka tertuju padanya ketika Adrian sang Dosen melempar senyum.
"Permisi" ucap Jesica.
"Masuk" jawab Adrian.
"Selamat pagi semua, hari ini kalian ada tugas mengekspresikan keindahan alam dalam bentuk puisi. Saya harap semua mengerjakan dan tidak boleh ada yang kerjasama." tegas Adrian.
"Baik Pak" jawab semua murid.
"Jesica, jika semua sudah selesai kamu kumpulkan dan bawa keruangan saya." tegas Adrian.
"Baik Pak" jawab Jesica dengan malas.
Setelah itu Adrian pergi meninggalkan kelasnya, membuat suasana di dalam kelas itu mendadak riuh.
"Pak Adrian kayaknya ada sesuatu deh sama lo Jess, buktinya setiap tugas harus lo yang ngumpulin" celetuk teman sebelah.
"Jess, gimana ditaksir sama dosen sendiri?" celetuk teman lainnya.
"Apa lo juga naksir sama dosen lo sendiri Jess?" imbuh yang lainnya.
Banyak pertanyaan-pertanyaan konyol lainnya yang membuat Jesica merasa risih, namun Jesica lebih memilih untuk mengabaikan cibiran-cibiran dari teman sekelasnya dan fokus mengerjakan puisi.
Setelah semua tugas terkumpul Jesica segera bergegas ke ruangan Adrian.
"Permisi" sapa Jesica sembari mengetuk pintu.
"Masuk"pinta Adrian.
"Tugasnya sudah terkumpul semua, Pak." ucap Jesica sembari meletakan setumpuk tugas di meja.
"Baiklah, terima kasih. Jesica bagaimana keadaan kamu sekarang, sudah baikan, kan?" tanya Adrian.
"Sudah baikan, Pak. Ya sudah saya permisi dulu." ucap Jesica sembari bergegas keluar dari ruangan Adrian.
"Sepertinya Pak Adrian peduli banget sama lo, Jess. Apa ada hal yang special diantara kalian?" tanya Nadia teman sekelas Jesica yang tiba-tiba muncul dihadapan Jesica.
"Nadia?" panggil Jesica kaget.
"Kenapa lo kaget? Lo takut hubungan lo dengan Pak Adrian terbongkar?" tanya Nadia sinis.
"Buat apa gue takut dengan tuduhan yang gak gue lakuin? Pak Adrian kan guru gue, jadi wajar aja kalau beliau peduli dengan murid sendiri." jelas Jesica.
"Tentu saja wajar, tetapi kedekatan lo sama Pak Adrian itu yang tidak wajar" ucap Nadia sinis.
"Maksud lo apa sih, Nad? Gue gak ngerti." ucap Jesica.
"Lo pikir gue gak tau, sabtu kemaren lo jalan kan sama Pak Adrian?" celetuk Nadia.
"Udah kan ngomongnya? Kalau udah gue pergi dulu!" tegas Jesica sembari berlalu pergi.
Setelah Jesica pergi, Aditya yang sedari tadi mengawasi keduanya segera menghampiri Nadia dan memarahinya, sekaligus memberi pengakuan bahwa dirinya berpacaran dengan Jesica. Tentunya perdebatan itu disaksikan banyak teman-teman kampusnya yang tidak sengaja lewat, mereka juga mendengar pengakuan Aditya sehingga beritanya cepat menyebar dan membuat heboh satu kampus.
Karena merasa kesal dengan Aditya yang membuat pengakuan palsu, Jesica segera menghampiri Aditya yang sedang asyik makan di kantin bersama teman-temannya, lalu menyeret tangan Aditya secara paksa ke taman belakang kampusnya.
"Sebenernya kita mau ngapain sih, Jess?" tanya Aditya.
"Maksud lo apa sih? Lo bikin pengakuan palsu kalo lo udah jadian sama gue?" tanya Jesica galak.
"Ya sudah kita jadian beneran aja, biar gak jadi pengakuan palsu lagi." ucap Aditya cengengesan.
"Lo kira gue cewek apaan, hah?" tanya Jesica galak, tangannya berancang-ancang mengepal namun Aditya segera menahannya.
"Jess, gue tau lo lagi ada masalah. Gara-gara kedekatan lo sama Adrian, semua murid jadi salah faham sama lo. Mereka kira lo ada hubungan sama Adrian." ucap Aditya lirih, ia sengaja mengecilkan volume suaranya agar tidak terdengar oleh orang lain selain Jesica.
"Terus masalah lo apa? Kenapa lo malah bikin pengakuan palsu?" tanya Jesica galak, dia memang keras kepala tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain.
"Jess dengerin gue! Kalo mereka terus nuduh lo ada hubungan sama Adrian, pasti pihak kampus akan tau dan mengambil tindakan tegas untuk lo dan Adrian. Lo pasti akan dikeluarkan dari kampus ini, dan gue gak mau itu terjadi" ucap Aditya seraya menatap dalam mata Jesica.
"Gue memang tidak ada hubungan dengan Adrian, jadi tidak ada yang gue khawatirkan. Kalau memang gue dikeluarkan dari kampus, gue tinggal pindah ke kampus lain. Lalu apa masalahnya?" ucap Jesica dengan santainya.
"Masalahnya gue gak mau lo pergi dari kampus ini, Jess." Aditya terus memandang Jesica lekat-lekat, sampai Jesica tidak berkutik sedikitpun.
"Jess, g..u..e.." ucap Aditya terbata-bata.
"Gue pergi dulu, banyak urusan!" seru Jesica sembari mendorong tubuh Aditya dan beranjak pergi meninggalkan Aditya.