Sepulang kuliah Jesica pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan bahan membuat kue titipan sang Bunda, setelah semuanya terbeli Jesica mampir ke toko buku langgananya. Disaat yang bersamaan Adrian juga pergi ke toko buku yang sama dengannya, Jesica yang melihatnya pura-pura tidak mengetahui keberadaan Adrian dan terus fokus mencari buku.
"Jesica, kamu disini juga?" sapa Adrian tiba-tiba sudah berdiri disampingnya.
"Pak Adrian, iya Pak saya lagi nyari buku." jawab Jesica kaget ketika melihat sosok Adrian sudah berdiri disampingnya.
"Kamu nyari buku apa? Biar aku cariin." ucap Adrian.
"Tidak perlu Pak, itu sudah ketemu." jawab Jesica.
Jari-jemarinya mencoba meraih buku berwarna merah namun tidak mencakup, akhirnya Jesica memutuskan untuk berjinjit sehingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh, dengan cepat sigap Adrian segera menangkapnya.
Jesica yang merasa ketakutan berpegangan sangat erat pada tubuh Adrian, namun ia segera melelaskan tangannya.
"Maaf Pak" ucap Jesica merasa sangat malu.
"Kamu tidak apa kan?" tanya Adrian.
"Tidak. Terima kasih ya Pak, saya pergi dulu." ucap Jesica sembari pergi tanpa mengambil buku yang dia cari.
Melihat sikap Jesica yang begitu gugup, Adrian hanya tersenyum dan bergegas pergi ke kasir untuk membayar buku yang tadinya Jesica cari, setelah itu Adrian mempercepat langkahnya untuk mengejar Jesica yang masih tidak jauh dari toko buku.
"Jesica tunggu!" panggil Adrian.
Dengan sangat terpaksa Jesica menghentikan langkahnya dan membalikan badannya.
"Ya, ada apa, Pak?" tanya Jesica.
"Ini bukunya." ucap Adrian sembari menyodorkan buku berwarna merah pada Jesica.
"Maaf Pak, tapi saya sudah membeli buku yang lain." jawab Jesica.
"Aku tau kamu butuh ini, jadi tolong terima, yah!." ucap Adrian sembari meraih tangan Jesica dan meletakan bukunya.
"Terima kasih, Pak." ucap Jesica dengan terpaksa, ia merasa tidak enak hati untuk menolaknya.
"Kamu sudah makan siang belum?" tanya Adrian.
"Belum, Pak." jawab Jesica.
"Bagaimana kalau makan siang sama aku? Kebetulan ada restoran yang enak disini." tawar Adrian, namun tidak mendapat respon dari Jesica.
"Itu kalau kamu mau, kalau tidak juga tidak apa." ucap Adrian.
"Iya, saya mau Pak." jawab Jesica.
Setelah mendapat jawaban dari Jesica, mereka segera bergegas ke restoran yang letaknya tidak jauh dari mall.
Sesampainya direstoran Adrian dan Jesica mengambil tempat duduk disudut restoran, yang tidak terlalu banyak pengunjung.
"Selamat siang Mas, Mba. Mau pesan apa?" sapa pelayan perempuan dengan ramah.
"Kamu mau pesan apa Jesica?" tanya Adrian.
"Saya mau pesan kepiting saus padang sama jus jeruk yah, Mba." ucap Jesica.
"Kalo mas nya, apa?" tanya sang pelyan kembali.
"Pesanan saya samain aja yah, Mba." jawab Adrian.
"Baiklah Mas, Mba. Silahkan menunggu." ucap sang pelayan sembari berlalu pergi.
"Habis makan aku antar kamu pulang, yah." ucap Adrian.
"Tidak perlu, Pak. Saya bisa pulang sendiri." jawab Jesica.
"Panggil Adrian saja."
"Anda kan guru saya, saya tidak mau jadi murid yang tidak sopan." jawab Jesica.
"Diluar kampus kan kamu bukan murid aku, Jesica. Jadi panggil saja namaku." ucap Adrian
"Baiklah." jawab Jesica.
Suasana pun mendadak hening, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut mereka, sampai seorang pelayan datang membawa makanan yang mereka pesan.
Setelah semua makanan tersiap di meja keduanya segera mengambil makanannya masing-masing.
"Selamat makan, Adrian." ucap Jesica gugup, untuk pertama kalinya ia memanggil Adrian tanpa sebutan Pak.
"Selamat makan juga, Jesica." balas Adrian.
Jesica segera melahap makananya menggunakan tangan tanpa canggung, beda halnya dengan Adrian yang menggunakan peralatan makan lengkap dan terlihat kesusahan membuka cangkang kepitingnya.
"Kalau makan kepiting itu pake tangan, jangan pakai sendok." ucap Jesica sembari meraih sendok yang ada ditangan Adrian.
"Terus nglepas cangkangnya gimana?" tanya Adrian.
"Sini aku bantuin" ucap Jesica mengambil piring milik Adrian dan segera melepaskan cangkang kepitingnya.
"Memangnya kamu belum pernah makan kepiting?" tanya Jesica.
"Seingat aku sih belum." jawab Adrian.
"Ini sudah aku lepasin cangkangnya, kamu tinggal makan saja." ucap Jesica.
"Makasih yah, Jesica." ucap Adrian, dan dibalas senyuman oleh Jesica.
"Sama-sama." jawab Jesica kembali melahap makanannya hingga habis tanpa sisa, Adrian yang melihatnya hanya tersenyum.
Beberapa menit setelah Adrian menghabiskan makanannya, ia merasakan pusing dan gatal-gatal, meskipun begitu ia tetap menyembunyuikannya dari Jesica.
"Adrian, kamu baik-baik aja kan?" tanya Jesica ketika melihat wajah Adrian yang berubah pucat.
"Baik-baik aja kok, Jesica." jawab Adrian, dengan refleks Adrian memegangi kepalanya yang mulai terasa berat.
"Adrian kamu alergi kepiting?" tanya Jesica sembari mendekatinya.
"Aku tidak tahu, Jesica." ucap Adrian pelan.
"Kita ke rumah sakit yah, mana kunci mobil kamu? Biar aku yang bawa mobilnya." ucap Jesica sembari memapah Adrian keluar dari restoran dan membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit Adrian langsung mendapat penanganan dari dokter, ternyata dia mengalami alergi kepiting, untunglah Jesica segera membawanya kerumah sakit jadi efek alergi tidak terlalu parah dan sudah diperbolehkan pulang.
"Maaf yah, gara-gara aku kamu jadi seperti ini." ucap Jesica yang terus merasa bersalah.
"Untuk apa kamu minta maaf? Ini bukan salah kamu, aku saja tidak tahu kalau aku alergi kepiting." jawab Adrian.
"Tapi semua ini kan gara-gara aku." ucap Jesica.
"Sudahlah, jangan menyalahkan diri sendiri begitu. Aku juga sudah tidak apa kan? Jesica, terima kasih yah kamu sudah peduli sama aku" ucap Adrian.
"Sama-sama. Biar aku antar kamu pulang sekarang yah!" ucap Jesica sembari mengeluarkan kunci mobi Adrian dari dalam tasnya.
"Jangan! Biar aku saja yang mengantar kamu pulang." ucap Adrian sembari meraih kunci yang ada ditangan Jesica.
"Adrian, kamu kan habis pusing. Biar aku saja yang bawa mobil." tegas Jesica.
"Itu kan tadi. Sekarang biar aku saja yang bawa mobilnya." ucap Adrian sembari membukakan pintu mobilnya untuk Jesica.
"Baiklah." jawab Jesica pasrah, ia segera masuk kedalam mobil.
Selama diperjalanan mereka saling diam, hanya desiran mesin yang terdengar bergemuruh, keduanya tampak cangung.
Sesampainya didepan rumah sudah ada Ibu Lia yang sedang duduk menantikan kepulangan Jesica.
"Selamat sore, Tante." sapa Adrian sembari menjabat tangan Ibu Lia.
"Selamat sore." balas Ibu Lia ramah.
"Tante, maaf gara-gara saya Jesica pulang telat." ucap Adrian.
"Tidak apa nak." jawab Ibu Lia.
"Bunda, dia itu dosen Jesica, namanya Adrian." ucap Jesica sembari berbisik ditelinga Ibu Lia.
"Maaf Pak Adrian, tadinya saya fikir teman Jesica." ucap Ibu Lia.
"Tidak apa Tante. Ya sudah saya pamit pulang dulu, Tante." pamit Adrian sembari menjabat tangan Ibu Lia.
"Terima kasih Pak Adrian, sudah mengantarkan anak saya." ucap Ibu Lia.
"Sama-sama, Tante." jawab Adrian, ia segera masuk kemobil dan berlalu pergi.
"Sejak kapan anak Bunda dekat sama dosennya sendiri?" celetuk Ibu Lia sembari tersenyum.
"Bunda, Jesica hanya kebetulan saja ketemu dia ditoko buku." jawab Jesica sembari berlalu pergi meninggalkan Ibu Lia.
"Terus anak Bunda naksir yah?" seru Ibu Lia.
"Bunda apaan sih? Oh iya, Bunda. Nanti malam Jesica boleh pergi sebentar gak?" tanya Jesica manja.
"Memangnya mau kemana?" tanya Ibu Lia penasaran.
"Mau makan sama teman. Boleh kan, Bunda?" tanya Jesica sekali lagi.
"Boleh, tapi ada syaratnya." jawab Ibu Lia.
"Apa syaratnya, Bunda?" tanya Jesica girang.
"Kamu harus bantuin Bunda bikin kue, dan anterin ke pelanggan." jawab Ibu Lia.
"Siap Bunda. Pasti Jesica bantu kok. Makasih ya, Bunda." seru Jesica sembari memeluk erat Ibu Lia.
"Ngobrolin apaan sih, Bunda?" celetuk Gebby yang baru saja pulang.
"Kepo banget sih lo kak!" celetuk Jesica.
"Yee, apaan sih lo Jess. Gue kan nanya sama Bunda, bukan sama lo!" cibir Gebby.
"Sudah, kalian kekamar bersih-bersih dulu sana. Pada bau asam semua!" ucap Ibu Lia pada kedua anak gadisnya.
"Baik, Bunda." jawab Jesica dan Gebby bersamaan.
Jesica masuk kedalam kamarnya, disana sudah ada Natasya yang sedang menunggunya dengan memasang wajah yang menyimpan kemarahan.
"Tumben lo kekamar gur?" tanya Jesica.
"Lo sebenernya suka sama siapa sih, Jess?" tanya Natasya galak.
"Maksud lo?" tanya Jesica tidak mengerti.
"Reza itu suka sama lo! Tapi kenapa lo selalu cuekin dia?" bentak Natasya.
DEGG!! Mendengar pernyataan Natasya jantung Jesica serasa berhenti berdetak, tubuhnya lemas tidak berdaya.
"Ini yang gue takutin." gumam Jesica sembari menjatuhkan tubuhnya kelantai.
"Kenapa lo diam, Jess?" tanya Natasya.
"Gak mungkin! Kita itu sahabatan udah lama, kalau memang dia suka sama gue udah dari dulu dia bilang sama gue." tegas Jesica.
"Lo itu egois Jess! Gue tau, Jesss. Sebenernya lo pura-pura tidak tau kalau Reza itu suka sama lo. Lo cuma manfaatin perasaannya, biar dia selalu peduli sama lo!." ucap Natasya dengan penuh amarah.
"Cukup! Gue gak bakal percaya sebelum Reza mengatakan semuanya sama gue!" bentak Jesica sembari berlalu pergi keluar dari kamarnya, dan menghampiri Ibu Lia untuk membantunya membuat kue.
Setelah selesai membuat kue, Jesica kembali kekamarnya untuk bersiap-siap pergi mengantarkan pesanan kue sekaligus mentraktir Aditya makan malam.
Jesica berangkat menggunakan Taxi, setelah mengantarkan kue kepelanggan Jesica menyuruh sopir taxi untuk mengantarkannya ke restoran tempat dimana ia janjian dengan Aditya, namun ditengah perjalanan taxi yang ditumpanginya mogok dan terpaksa Jesica harus turun mencari tumpangan lain, disaat yang bersamaan Adrian lewat dan menghampirinya.
"Jesica, itu mobilnya kenapa?" tanya Adrian.
"Gak tau, tiba-tiba saja mogok." jawab Jesica.
"Memangnya kamu mau kemana? Biar aku antar, yah." tawar Adrian.
"Tidak perlu, Adrian. Aku bisa pesen taxi lain kok." jawab Jesica.
"Ini kan sudah malam, jadi sebaiknya kamu ikut aku." ucap Adrian kekeh sembari membukakan pintu ubtuk Jesica.
"Baiklah, terimakasih sebelumnya." ucap Jesica sembari masuk kedalam mobil.
"Memangnya kamu mau kemana?" tanya Adrian.
"Aku ada janji sama teman di restoran." jawab Jesica.
"Makan malam kah?" tanya Adrian.
"Iya." jawab Jesica singkat.
Keduanya kembali terdiam sampai Adrian menghentikan mobilnya berhenti didepan restoran.
"Kamu mau aku tungguin diluar tidak?" tanya Adrian.
"Tidak perlu. Adrian, makasih yah sudah anterin aku." ucap Jesica sembari keluar dari mobil.
"Jesica." panggil Adrian.
"Ya, ada apa?" tanya Jesica.
"Semoga lancar makan malamnya." ucap Adrian sembari memberi jempol kepada Jesica, dan hanya dibalas seyuman.
Setelah kepergian Adrian, Jesica segera masuk kedalam restoran yang begitu ramai pengunjung, dia mencari sosok Aditya namun tidak menemukannya. Karena merasa kesal Jesica memutuskan untuk pergi dari situ, saat dia melangkahkan kakinya keluar, matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk ditaman sembari memainkan sebuah gitar dan bersenandung.
Seandainya kau tahu
Betapa
Ku sangat inginkan dirimu
Seandainya kau tahu
Apa yang
Ada di dalam isi hatiku
Akankah bisa ku katakan
Rasa cinta dalam hatiku
Dan apakah bisa ku nyatakan
Bahwa kaulah yang terindah
Untukku
Masih disini menantimu
Berharap kau akan memikirkanku
Masih disini menunggumu
Menanti jawaban atas cintaku
Masih disini menantimu
Berharap cinta kita kan bersatu
Masih disini menunggumu
Menanti dirimu kembali
Untuk ku
Alunan lagu Disini untukmu terdengar lembut ditelinga Jesica dan mengalir begitu dahsyat dihatinya membuat ia mengurungkan niatnya untuk pergi dari situ.
"Ternyata lo disini, gue cari kemana-mana gak ketemu." celetuk Jesica mengambil tempat duduk disamping Aditya.
"Gue kira lo gak dateng." jawab Aditya.
"Maaf, gue tadi habis anterin kue kepelanggan dulu." ucap Jesica.
"Lo bikin kue sendiri?" tanya Aditya.
"Sedikit sih, gue cuma bantu Bunda doang." jawab Jesica.
"Boleh dong nyicipin kue lo." seru Aditya sembari tertawa.
"Kapan-kapan yah, kalo ada waktu aku buatin." ucap Jesica.
"Ditunggu secepatnya. Oh iya, kapan lo mau pesan makanan? Gue udah laper nih. Tapi makannya disini aja yah." gerutu Aditya sembari memegangi perutnya.
"Ya udah gue pesen makan dulu." seru Jesica sembari berlalu pergi.
"Ya tuhan, engkau menciptakan makhlukmu begitu sempurna. Apa mungkin aku bisa meluluhkan hatinya?" gumam Aditya dalam hati, Aditya tidak bisa melepaskan pandangannya pada Jesica yang berpenampilan sederhana.
"Woii. Bengong aja lo!" seru Jesica kembali menghampiri Aditya.
"Gak, gu.. gue ga bengong." jawab Aditya gelagapan, melihat Aditya gugup Jesica hanya tersenyum.
Tidak beberapa lama kemudian makanan yang Jesica pesan datang, Aditya ternganga ketika melihat banyaknya makanan yang Jesica pesan.
"Jess, makanan sebanyak ini siapa yang mau habisin?" tanya Aditya.
"Lo lah yang harus habisin." seru Jesica.
"Emang perut gue karet apa?" gerutu Aditya.
"Udah deh, makan aja dulu." seru Jesica.
Tanpa berkata-kata lagi Aditya dan Jesica segera melahap makanannya sampai habis tanpa sisa hingga merasa kekeyangan.
"Ternyata lo makannya banyak juga yah, Jess." celetuk Aditya.
"Kenapa, heran yah?" sahut Jesica.
"Gak, kok. Gue justru salut sama lo, lo itu bersikap apa adanya gak seperti cewek lain yang selalu jaga sikap didepan seorang cowok." ucap Aditya.
"Hahaaa... bilang aja lo naksir sama gue! Tapi gue gak bakal suka sama lo." seru Jesica.
"Gue suka sama lo? Kaya gak ada cewek lain aja." seru Aditya sembari tertawa.
"Ya udah gue balik dulu ya, gue masih ada urusan." ucap Jesica sembari bangkit dari tempat duduknya, namun Aditya segera menahan tangan Jesica.
"Jesica, tunggu!" seru Aditya.
"Ada apa?" tanya Jesica.
"Biar gue anter pulang." ucap Aditya.
"Tidak perlu. Gue bisa pulang sendiri!" seru Jesica sembari melepaskan tangannya dan berlalu pergi meninggalkan Aditya keluar dari restoran, tidak menyerah sampai disitu Aditya segera mengejar Jesica, namun niatnya terhalang ketika melihat Adrian disana.
"Adrian, kamu masih disini?" tanya Jesica.
"Aku ingin memastikan kamu baik-baik aja. Jadi aku balik lagi kesini." jawab Adrian.
"Kamu berlebihan, aku baik-baik aja." ucap Jesica.
"Ya sudah, biar aku antarkan kamu pulang." ucap Adrian sembari membukakan pintu untuk Jesica.
"Baiklah" jawab Jesica.
Didalam mobil Jesica hanya diam, pikirannya masih kacau ketika mengingat perkataan Aditya dan tanpa sadar dia meneteskan air mata, Adrian yang melihatnya segera mengeluarkan sapu tangan dan memberikannya kepada Jesica.
"Ambil ini, hapus air matanya." ucap Adrian, tanpa berkata Jesica segera mengambil sapu tangan dari tangan Adrian dan langung menyeka air matanya.
"Kamu mau langsung pulang?" tanya Adrian, dan hanya dijawab anggukan oleh Jesica.
"Boleh aku minta nomor hp kamu?" tanya Adrian.
"Buat apa?" tanya Jesica.
"Buat hubungin kamu. Itu sih kalau boleh, kalau tidak juga tidak apa." jawab Adrian.
"Iya boleh, sini hp kamu." ucap Jesica, Adrian pun segera menyerahkan ponsel miliknya. Beberapa detik kemudian Jesica tersenyum ketika melihat video lucu didalam ponsel milik Adrian.
"Nah begitu dong, senyum kan lebih cantik." puji Adrian.
"Terima kasih Adrian, sudah menghibur aku." ucap Jesica.
"Sama-sama, janji yah jangan pernah netesin air mata lagi!" ucap Adrian menyodorkan jari kelingkingnya, Jesica pun tercengang melihat reaksi Adrian.
"Maaf yah aku berlebihan, aku cuma tidak mau salah satu murid aku jadi murid cengeng." ucap Adrian sembari tersenyum.
"Baiklah, aku janji." ucap Jesica sembari menyodorkan jari kelingkingnya dan mengaitkannya di jari Adrian, keduanya pun tersenyum bersamaan.
Sesampainya didepan rumah, Jesica segera turun dari mobil Adrian dan mengucapkan banyak terima kasih karena sudah mengantarkannya pulang.
"Jesica tunggu!!" ucap Adrian.
"Ya, ada apa?" tanya Jesica.
"Selamat malam" sapa Adrian.
"Ya, selamat malam juga." balas Jesica.
Setelah kepergian Adrian, Jesica segera bergegas ke kamarnya dan menghempaskan tubuhnya diatas kasur, ia mencoba melupakan perkataan Aditya yang membuatnya begitu kesal.
Beberapa lama kemudian saat Jesica mau memejamkan mata, ponselnya berdering dan ternyata itu panggilan dari Aditya, namun Jesica tidak menjawab dan memilih untuk mengabaikan demi membalas atas sikapnya yang angkuh.