Chereads / kesalahan atau anugerah / Chapter 22 - Chapter 22 Kembali Ke Asrama

Chapter 22 - Chapter 22 Kembali Ke Asrama

"Pak Agus, saya pamit ya pak. Untuk rumah ini, sementara waktu Likha titipkan pada bapak. Kalau misalnya ada yang mau mengontrak, silahkan bapak kontrakkan. Untuk sementara ini, Likha akan fokus untuk sekolah. Jadi Likha akan tinggal di asrama saja. Kalau pulang, Likha akan kembali teringat ayah dan ibu. "setelah berpamitan, Likha kemudian berangkat ke asrama. Dia berjalan sampai ke jalan besar dan saat dia akan menghentikan angkot, Likha dikejutkan dengan kehadiran Azzam.

"Hai cewek, kok sendirian. Boleh abang temani tidak?" goda Azzam, Likha langsung tersenyum melihatnya.

"Mas Azzam, kok bisa disini? bukannya mas Azzam kuliah ya?" Likha kemudian menghampiri kekasihnya ini.

"Mas baru saja pulang dari menghadiri undangan di cibubur, mau kerumahmu, tetapi malah bertemu disini." Azzam kemudian memberikan helm kepada Likha.

"Iya mas, Likha mau kembali ke asrama saja. Tadi malam adalah pengajian tiga hari meninggalnya ayah dan ibu, sebenarnya aku masuk sekolah masih minggu depan tetapi kalau dirumah aku akan selalu teringat pada ayah dan ibu. Jadi lebih baik aku kembali saja ke asrama, disana ada sahabat-sahabatku jadi aku tidak kesepian." Likha kemudian naik kemotor Azzam, keduanya langsung meninggalkan desa kelahiran Likha ini. Likha memeluk erat tubuh Azzam. Likha juga menyandarkan kepalanya dipunggung kekasihnya itu. Sementara Azzam merasa kasihan kepada gadis yang kini telah mengisi hatinya, gadis sekecil itu sudah harus merasakan kepedihan yang begitu dalam karena kedua orang tuanya pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Sayang, kita akan melewati ini semua bersama-sama. Mulai saat ini, aku akan selalu menemanimu dan juga membantu menyembuhkan luka hatimu." kata Azzam dari dalam hatinya sambil menggenggam erat tangan Likha.

Satu jam kemudian mereka sudah memasuki kota bekasi, tetapi Azzam tidak segera mengantar Likha ke asramanya tetapi dia mengajak Likha kesebuah taman yang sangat sejuk. Banyak sekali pepohonan besar yang berjajar disepanjang jalan, lalu saat mereka tiba dibagian dalam ada sebuah danau yang sangat luas. Meskipun ini adalah danau buatan, tetapi sangat terlihat alami.

"Sayang, kita akan berbicara sebentar disini. Aku tahu, kamu masih sangat bersedih. Makanya aku akan menemanimu sebentar sebelum kembali ke asrama." Azzam menarik tangan Likha, lalu keduanya duduk ditepi danau. Azzam memeluk tubuh Likha, gadis itu menangis,melepaskan sedikit rasa sesak yang menghimpit didadanya.

"Ayah, ibu, do'akan Likha dari sana ya. Semoga Likha kuat menghadapi semua ini. Sebenarnya Likha masih sangat membutuhkan kalian, tetapi kalau akhirnya seperti ini Likha harus bisa hidup sendiri." Likha menangis, dia memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya.

"Sayang, kamu tidak boleh seperti ini. Ada aku yang akan selalu menemanimu. Juga aku ingin kau membagi bebanmu padaku, aku tidak mau melihatmu terpuruk. Bukankah kamu seorang gadis yang kuat? kamu juga sangat pintar, jadi kamu harus bersemangat ya.." Azzam merengkuh tubuh kurus itu kedalam pelukannya. Tangis Likha pun mereda.

"Mas Azzam, terima kasih ya. Kamu selalu membuatku merasa tenang." Likha mengeratkan pelukannya, tetapi Azzam melepaskannya. Kemudian Azzam nenangkupkan kedua tangannya kewajah kecil Likha yang sembab, dia mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Likha yang sudah sangat dirindukannya. Keduanya berciuman dengan sangat dalam, Likha dan Azzam mengakhiri ciuman mereka saat mereka hampir saja kehabisan napas.

"Sayang, kamu kembali ke asrama minggu depan saja ya?" Azzam kemudian menyampaikan apa yang dari tadi dipikirkannya, tetapi dia tidak tahu apakah Likha akan menyetujuinya apa tidak.

"Memangnya kenapa? lalu kalau tidak kembali ke asrama, aku akan tinggal dimana? rumah sudah aku pasrahkan pada pak Agus. Aku ingin mengontrakkannya." Likha menatap Azzam dengan wajah bingung, tetapi Azzam malah tersenyum melihat kebingungan Likha.

"Aku mau mengajakmu menghadiri undangan di bandung, itu kalau kamu mau sayang. Aku tidak akan memaksamu, aku hanya ingin sedikit menghiburmu. Kalau kamu mau ikut, kita akan berangkat sekarang. Acara akan diadakan besok dan lusa, lalu kita akan pulang. Lalu aku akan mengantarmu ke asrama. Kamu masih memiliki waktu dua hari sebelum masuk sekolah sayang, bagaimana? mau ikut atau tidak?" Azzam sangat berharap Likha mau ikut bersamanya. Semenjak mengenal Likha dan kemudian dia menjadi kekasihnya. Azzam ingin selalu bersamanya, dia tidak ingin berpisah dari gadis itu.

"Bagaimana ya mas, pikiran dan hatiku sangat lelah. Sepertinya aku mau ke asrama saja, aku ingin tidur dan beristirahat. Saat kamu kembali nanti baru kita bertemu. Kalau aku ikut, aku akan mengganggu konsentrasimu nanti. Lagi pula, ada banyak hal yang masih harus aku benahi. Aku harus membersihkan kamar, mencuci baju dan masih banyak hal yang harus aku persiapkan sebelum aku kembali masuk sekolah besok." Likha merasa ini adalah hal yang menurutnya paling baik. Azzam pun mengerti akan keputusan kekasihnya itu, memang lebih baik Likha kembali ke asrama.

"Oke, kalau begitu sekarang kita makan dulu, kamu mau apa? bakso atau gado-gado?" tanya Azzam pada Likha

"Mm... aku mau gado-gado dan bakso, boleh kan mas? aku merasa napsu makan ku agak membaik sekarang, apalagi background nya sangat mendukung. Makan sambil menikmati pemandangan di danau ini membuat aku bersemangat." Azzam membelalakan matanya, gadis kecil ini ternyata memiliki napsu makan yang cukup besar.

"Baiklah sayang, aku pesankan dulu ya.." Azzam kemudian berjalan menghampiri abang tukang bakso dan abang tukang gado-gado. Sementara Azzam sendiri memesan gado-gado, mereka lalu makan bersama. Setelah dirasa cukup beristirahat, mereka berdua meninggalkan taman. Lalu Azzam mengantar Likha ke asramanya.

"Terima kasih ya mas, Likha benar-benar minta maaf. Aku benar-benar nggak ingin ikut sekarang, tetapi nanti kalau ada acara lagi. Likha pasti akan ikut, kamu juga hati-hati ya mas. Jangan ngebut-ngebut." Azzam tersenyum mendengar kata-kata likha, dia merasa sedang di beri nasihat oleh seorang istri.

"Iya sayang, kamu seperti seorang istri yang lagi menasehati suaminya saja.." mendengar kata-kata Azzam, Likha tersipu malu.

"Ah, mas Azzam bisa saja. Apa iya aku terlihat seperti itu? apa aku benar-benar sudah pantas ya menjadi seorang istri? aku kan masih kecil, umurku bahkan belum tujuh belas tahun." Likha kemudian mencium tangan Azzam, lalu keduanya berpisah. Kini Likha sudah memiliki ponsel, jadi komunikasi keduanya sudah lancar sekarang. Likha segera memasuki kamarnya, teman-temannya sedang berada didalam kamar mereka tetapi Iren dan Alicia beum kembali karena setelah melayat di rumah Likha tiga hari yang lalu. Mereka kembali kerumah mereka lagi, karena sekolah baru akan dimulai hari senin, jadi mungkin besok keduanya baru akan kembali ke asrama.

"Selamat siang teman-teman..." mendengar suara yang akrab, Niken dan Dina melihat kearah pintu lalu saat melihat Likha, keduanya langsung menghambur kepelukan Likha. Ketiga sahabat itu saling melepas kerinduan mereka, Likha juga baru bisa menceritakan seluruh keadian yang telah dialaminya beberapa hari ini. Niken dan Dina kembali memeluk sahabatnya yang sedang berduka, mereka juga menghibur dan memberi semangat kepada Likha.

"Aku sangat beruntung dikelilingi orang-orang baik seperti kalian. Ayah, ibu, kalian lihat kan? Likha memiliki keluarga baru disini." Likha meneteskan air matanya, dia merasa sangat beruntung, lalu ketiga gadis cantik itu kembali saling memeluk.