Likha sudah selesai mandi, setelah sholat subuh tadi dia langsung mandi dan berganti seragammnya. Lalu Likha membangunkan semua teman-temannya, mereka pun sudah siap berangkat sekolah sekarang. "Likha, kamu bangun awal sekali? apa kau tidak mengantuk nanti?" tanya Niken dan Dina bersamaan. Likha menggelengkan kepalanya.
"Semenjak kepergian kedua orang tuaku, aku tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Aku selalu memimpikan keduanya." Air mata Likha mengalir setiap kali dia mengingat kedua orang tuanya, jasad kedua orang tuanya yang terbujur kaku terbaring dikamar jenazah waktu itu masih jelas terlihat dimatanya. Likha sangat menyayangi kedua orang tuanya dan dia adalah putri mereka satu-satunya, jadi wajar kalau Likha merasa sangat sedih meskipun jauh didalam hatinya dia sudah merelakan kepergian keduanya.
"Likha sayang, kamu harus kuat dan semangat ya. Mereka sangat menyayangimu, jadi jangan kecewakan keduanya. Sekarang hapus air matamu, kita akan berangkat sekarang." Iren menasihati sahabatnya ini, lalu mereka berlima segera menuju kekantin, tetapi Likha meminta ijin untuk langsung ke kelasnya. Hari ini, Likha puasa, dan pahala dari puasanya ini akan dia hadiahkan kepada kedua orang tuanya.
"Teman-teman, aku duluan ya." Likha kemudian meninggalkan kantin. Dia langsung kekelasnya dan duduk seorang diri ditempat duduknya, dia memikirkan masa depannya kelak. Tak terasa airmatanya kembali mengalir membasahi kedua pipi tirusnya. Sekarang ini, Likha bertambah kurus. Mungkin karena banyaknya pikiran yang membebaninya.
"Likha, kamu menangis?" Keenand yang baru saja masuk kedalam kelas melihat Likha terisak, dia segera meletakkan tasnya dilaci mejanya dan duduk disamping Likha. Keenand memeluk Likha dengan erat.
"Keen, aku merindukan mereka. Aku sangat merindukannya keen, apakah mereka bahagia disana ya keen?" Likha semakin keras menangis, lalu Keenand membelai rambut panjang Likha yang dibiarkan begitu saja. Biasanya Likha pasti mengikat rambutnya, tetapi kali ini Likha membiarkannya terurai dan itu menambah sepuluh kali lipat kecantikannya. Keenand pun mengeratkan pelukannya, tetapi Likha tiba-tiba pingsan. Keenand pun segera membawanya ke UKS.
"Likha, kamu kenapa? kok tiba-tiba pingsan. Kamu tidak mabuk mencium bau ketiakku kan? aku sudah mandi dan aku juga menggunakan deodorant, aku juga tidak memiliki riwayat memiliki penyakit bau ketiak..." Keenand yang panik sampai melantur saat bicara.
"Dasar idiot, Likha itu pingsan karena dia tidak sarapan. Katanya dia mau puasa, tetapi semalam dia juga tidak memakan apapun. Bahkan dari kemarin Likha hanya makan sekali dan itupun tidak banyak." Alicia memberitahu Keenand tentang keadaan Likha, karena Alicia ada tugas yang belum diselesaikan dia pun kemudian meninggalkan Keenand dan Likha. Nanti saat istirahat dia akan kembali menemaninya disini.
"Ya sudah sana, kembali kekelas dulu. Tolong sampaikan kepada guru yang mengajar jam pertama, aku disini menemani Likha." Alicia mengangguk dan kembali kekelas. Saat Keenand hendak menutup pintu, ponsel Likha berbunyi dan ada nama Azzam disana, Keenand pun mengangkatnya.
"Halo Kak Azzam, ada apa?" Keenand agak cemburu dengan Azzam, dia menembak Likha lebih dulu tetapi malah jadian sama Azzam.
"Lho, Keen, kenapa ponsel Likha kamu yang pegang. Dimana dia, aku baru saja kembali dari bandung dan ingin menanyakan kabarnya." Keenand menghela napasnya.
"Kak Azzam, Likha pingsan. Sekarang sedang berada di UKS bersamaku. Dari tadi belum siuman. Kalau kakak ada waktu datanglah dan jemput dia. Tolong antarkan ke dokter." Keenand meski kesal tetapi dia cukup gentleman, dia tetap memberitahu Azzam bahkan menyuruhnya membawa Likha ke dokter. Lalu setengah jam kemudian Azzam sudah tiba disekolah dan meminta ijin untuk Likha. Azzam membawa Likha ke klinik dekat sekolahnya, dia juga berterima kasih kepada Keenand sebelum mereka pergi. Saat Azzam sampai tadi Likha sudah siuman, tetapi masih lemas.
"Bagaimana keadaan adik saya dokter?" Azzam mengakui Likha sebagai adiknya, dia merasa tidak enak hati kalau mengatakan bahwa Likha adalah kekasihnya karena meskipun Azzam sudah berumur dua puluh dua tahun, tetapi Likha baru akan berumur tujuh belas tahun. Azzam takut disangka pedofil.
"Adik anda belum makan, jadi dia lemas dan sepertinya dia sedang banyak pikiran. Jadi tolong jaga adikmu, kalau bisa biarkan dia beristirahat beberapa hari. Ini saya kasih surat dokter, jadi dia jangan sekolah dulu dan juga tolong diperhatikan nutrisinya ya mas." Dokter itu memberikan surat dokter dan resep obat yang harus ditebus Azzam. Setelah selesai, Azzam dan Likha meninggalkan Klinik tersebut tetapi kini Azzam bingung, dia mau mengajak Likha kemana. Kalau diasrama, pasti dia tidak akan dapat merawat Likha karena laki-laki tidak boleh masuk. Sementara kalau ke mesnya, jelas juga tidak mungkin karena perempuan juga dilarang masuk.
"Likha sayang, Kita akan mencari kost sementara ya! soalnya aku ingin merawatmu, kalau di asrama kamu kan tidak ada yang mengurus." Likha yang masih lemas dan pusing menganggukkan kepalanya. Untung saja didekat sini banyak sekali kost karena disini adalah lingungan industri juga lingkungan sekolah dan kampus. Dalam sekejab, mereka memperoleh rumah kost. Likha pun kemudian berbaring di kamar barunya.
"Sayang, aku mau mengantar surat ijinmu dulu ya. Terus aku juga akan memberi tahu temanmu kalau sementrara kamu akan pulang ke rumah dulu sampai kamu pulih." Likha kembali mengangguk, dia kemudian tertidur. Azzam menguncinya dari luar dan segera pergi menuju sekolah Likha yang tidak begitu jauh. Sebelumnya, Azzam sudah menelepon Keenand kalau dia ingin bertemu, juga dengan para sahabat likha.
Azzam sudah sampai di warung yang berada didepan sekolah Likha, tadi Azzam memang sengaja janjian disini. Dia tidak mau masuk karena menghindari para siswi yang mengejar-ngejarnya. Saat Azzam tiba, Iren, Alicia dan Dina sangat terkejut. Sedangkan Niken tidak ikut karena harus mengikuti rapat anggota paskibra. "Kak Azzam, kok bisa Likha bersama kak Azzam. Dimana dia sekarang?" tanya ketiga teman Likha itu. Sementara Keenand sedang menyerahkan ijin Likha yang dibawa Azzam tadi.
"Iya, sebenarnya kami sudah jadian sejak pertandingan persahabatan itu. Sekarang ini, kondisinya sangat lemah. Jadi kakak membawanya pulang dulu, nanti kalau dia sudah kembali sehat baru kakak akan mengantarkannya ke asrama. Kalian bertiga kakak minta tolong untuk memberikan suat ijin ini kepada penanggung jawab asrama ya dan sampaikan pada Keenand kalau kakak harus menjemput Likha sekarang. Kasihan diamenunggu terlalu lama, lagi pula nanti kami kesorean sampai dirumahnya." Ketiga sahabat Likha itupun mengangguk, mereka sebenarnya ingin bertanya tentang banyak hal. Terutama tentang bagaimana keduanya bisa saling jatuh cinta, tetapi mereka mengurungkan niatnya. Mereka takut terhadap Azzam.
Azzam tidak mengatakan kalau mereka nge kost, takut menimbulkan prasangka yang tidak-tidak. Setelah berpamitan, Azzam segera kembali ke kostnya, tetapi sebelumnya azzam membeli beraneka makanan yang mengandung banyak gizi, juga buah-buahan dan susu juga biskuit. Tak lupa, Azzam juga membeli nasi untuk mereka berdua. Banyak sekali makanan yang dibeli Azzam, dia tidak ingin Likha semakin kurus dan sakit.