Chereads / kesalahan atau anugerah / Chapter 21 - Chapter 21 Sengsara Membawa Nikmat

Chapter 21 - Chapter 21 Sengsara Membawa Nikmat

"Sayang, sudah ya! jangan bersedih. Kasihan ayah dan ibumu kalau kamu seperti ini." Azzam membelai rambut Likha dengan lembut. Dia bisa merasakan betapa sedih dan terpuruknya gadis yang dicintainya ini.

"Aku sudah ikhlas kok, Mas. Hanya saja aku tidak bisa membayangkan, bagaimana aku akan menjalani hidup setelah ini. Aku bingung, aku merasa semangatku pergi entah kemana." Likha sangat terpuruk saat ini, tetapi dia harus melanjutkan hidupnya kan? maka dari itu dia akan berusaha sekuat tenaga untuk terus menjalani kehidupan ini seorang diri.

"Kamu tenanglah sayang! Ada aku yang akan menemanimu sampai kapanpun. Mulai sekarang, kamu harus menceritakan apapun padaku ya. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian." Azzam kembali memeluk tubuh kekasihnya.

"Ehemm... ehemm... kalian sedang apa?" pak Agus tiba-tiba datang memisahkan kedua sejoli yang tengah berpelukan itu. Likha dan Azzam langsung melepaskan pelukan mereka dan duduk saling menjauh.

"Maaf pak Agus, ini teman Likha, Mas Azzam. Mas, kenalkan ini pak Agus, ketua Rt disini dan yang telah membantuku mengurus semua sejak dirumah sakit hingga sekarang." Pak Agus dan Azzam kemudian saling berkenalan.

"Jadi mas Azzam ini sebenarnya akan menjemput Likha, karena hari ini Likha harus kembali ke Asrama. Tetapi musibah ini datang tiba-tiba dan Likha tidak memiliki ponsel jadi mas Azzam tidak tahu kalau Likha sedang mengalami kejadian ini, jadi dia kesini sekalian bertakziyah.

"Hmmm, bapak melihat sepertinya Azzam ini sangat baik padamu dan dia juga bukan sekedar teman kan Likha? kamu harus jujur pada bapak, karena mulai sekarang bapak akan menjadi walimu menggantikan kedua orang tuamu." Pak Agus mengatakan yang sebenarnya, dia baru saja mengurus semua tentang perwalian Likha yang kini untuk sementara berada dibawah tanggung jawabnya.

"Jadi begini pak, saya memang pacar Likha. Kami baru saja menjalin hubungan." Azzam adalah tipe orang yang berterus terang, dia akan bicara sesuai kebenaran. Kalau A ya A, kalau B yan B, dia tidak bisa diintimidasi oleh siapapun. Dia juga memiliki watak sangat yang keras dan tidak bisa dibujuk. Meskipun itu orangtuanya sendiri. Pendiriannya sangat kuat, makanya itu dia menjadi seorang aktivis dan juga motivator.

"Baiklah, bapak tidak akan ikut campur. Yang pasti, sebagai pengganti orang tua Likha, bapak hanya berpesan kalian harus saling menjaga diri. Jangan kebablasan. Kalian tahu sendiri kan pergaulan anak jaman sekarang, bapak tidak mau itu terjadi. Kalau sampai hal itu terjadi, kalian akan langsung bapak nikahkan. Maaf nak Azzam, bapak harus berterus terang. Jadi kalian mengerti kan apa yang bapak maksud?Bapak juga kesini akan menyerahkan ini.

"Semua ini bapak yang berinisiatif, kalau ada yang kurang kamu bisa langsung membeli sendiri." pak Agus menyerahkan sebuah buku rekaning dan sebuah atm, juga beberapa barang milik kedua orangtua Likha. Juga motor ayah likha yang digunakan saat kecelakaan ada orang yang membelinya karena sudah sangat parah kerusakannya.

"Apa ini pak?" tanya Likha sambil melihat buku rekening itu. Saat Likha melihat jumlah uang yang ada didalam tabungannya saat ini ada uang sebesar lima belas juta rupiah, jumlah yang sangat besar bagi Likha. Bahkan dia baru sekali ini melihat begitu banyak uang.

"Kenapa banyak sekali pak?" Likha bertanya kepada pak Agus, besok dia sudah harus berangkat ke asrama, jadi dia harus bertanya dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman dilain waktu.

"Begini Likha, uang sebesar lima belas juta itu adalah pemberian dari pemilik truck yang menabrak kedua orang tuamu. Saat ini sopir itu juga masih ditahan di kantor polisi, jadi bapak berinisiatif membukakan rekening atas nama kamu, juga atm. Jadi kamu bisa membawa sendiri uangmu. Bapak tidak mau terbebani dengan harta yang bukan milik bapak. Lalu ini, adalah uang hasil penjualan motor bapakmu. Mereka hanya membelinya seharga lima juta rupiah, karena kondisinya rusak parah. Lalu ini, uang sebanyak dua juta adalah donasi yang dikumpulkan dari warga. Kedua orang tuamu sangat baik dimata mereka, jadi ini adalah wujud cinta kami untuk mereka. Jangan kau lihat dari berapa banyaknya, ini hanya tanda cinta kami." Likha meneteskan air matanya, dia kehilangan orang yang dicintainya, tetapi Allah memberi rejeki dari tangan tetangga-tetangganya.

"Likha, jangan menangis. Kamu harus bersyukur, dibalik setiap musibah pasti ada hikmah." Azzam ikut menenangkan kekasihnya, lalu pak Agus berpamitan untuk pulang karena masih ada urusan yang harus dibereskannya. Sebelum pergi, Pak Agus memberitahu Likha sesuatu, tetapi dia hanya berbicara kepada Likha tanpa Azzam. Sepertinya pak Agus belum begitu percaya pada Azzam, tetapi Azzam memakluminya.

"Nak Azzam, sebentar ya! bapak pinjam Likha dulu lima menit.." pak Agus berkedip kepada Azzam yang tersenyum dan mengangguk mempersilahkan pak Agus dan Likha masuk kedalam untuk berbicara.

"Ada apa pak?" Likha sebenarnya tidak enak dengan Azzam, semenjak pertama kali bertemu Likha sudah percaya sepenuhnya terhadap Azzam. Hanya saja, Mungkin pak Agus memiliki pandangan yang berbeda.

"Likha, apakah kamu sudah yakin dengan Azzam nak? bukankah kalian baru saja saling mengenal?" Pak Agus agak khawatir.

"Bapak tenang saja, Likha bisa merasakan kalau mas Azzam adalah orang yang baik." Likha hendak bertanya apakah sudah selesai, pak agus menyampaikan sesuatu yang mengejutkan Likha.

"Likha, uang jasa raharja kedua orang tuamu akan cair dua minggu lagi dan akan langsung di transfer ke rekeningmu. Semuanya sebesar seratus juta rupiah dan bapak harap kamu bisa menggunakannya dengan sebaik-baiknya, bapak berharap kamu bisa menggunakannya untuk biaya kuliahmu, tetapi sebelum kamu berusia tujuh belas tahun uang itu masih berbentuk deposito. Saat usiamu sudah genap tujuh belas tahun, secara otomatis akan langsung masuk kedalam rekeningmu." Likha mengangguk dan mengucapkan terima kasih banyak, lalu pak Agus pamit pulang.

"Mas Azzam aku lapar, tetapi dirumah tidak ada apapun. Kamu juga pasti lapar kan? bagaimana kalau kita mencari makan dulu?" Azzam mengangguk, kemudian Azzam menitipkan tasnya ke dalam rumah Likha. Kemudian Likha menutup pintu rumahnya. Lalu keduanya mencari makan dengan menaiki motor Azzam. Mereka pergi ke warung bakso. Setelah keduanya merasa kenyang, Azzam dan Likha meninggalkan warung itu. Azzam kemudian mengajak Likha ke geray ponsel yang ada didekat tempat mereka berada saat ini. Azzam membelikan Likha sebuah ponsel, Azzam menggunakan uangnya sendiri. Saat Likha ingin menggantinya, Azzam menolaknya tetapi dia berbisik ke telinga Likha dan seketika wajah gadis itu langsung memerah.

"Sayang, kamu tidak perlu mengganti uang ini, karena aku menggunakannya sebagai uang muka untuk mahar saat aku akan menikahimu kelak." Tentu saja Likha langsung terbang ke awang-awang, didepannya, seorang lelaki yang sangat tampan, pintar, sudah berpenghasilan dan dia adalah kekasihnya. Sungguh, ini adalah anugerah yang terindah.