Chereads / Sayang Sampai Di Hati / Chapter 1 - First Love

Sayang Sampai Di Hati

🇮🇩Elsa_Maeyo
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - First Love

Dari timur ku datang

Dari barat ku dengar rindumu

Dalam cinta yang pertama

Sampai asa kita berujung

Sampai nanti, sampai mati

...….

Masa iya sih ? selama dua puluh tahun hidupku, aku akhirnya jatuh cinta pada laki-laki yang gampang sekali menebarkan benih-benih keganjengan disana sini ? tuh liat tingkahnya yang membagi senyum tumpah-tumpahnya pada kaum hawa.

Kenapa harus Gara?

Gara yang tampan, yang baik hati pada siapapun, mau laki atau perempuan, orang tua atau anak kecil, Gara yang tajir melintir, yang setiap ke kampus selalu mengganti-ganti kendaraannya bagaikan mengganti baju. Gara yang pada pertemuan pertamanya saja mampu mematahkan presepsi seorang Yemima yang katanya anti sosial.

Ya, Gara yang itu, Gara Leonidas Wijaya, si anak teknik yang gantengnya ngk masuk diakal si Yemima Betrix Van Delsen.

Jangan pikir wajah Emi akan se-wah namanya. tidak, Emi biasa dia disapa adalah gadis paling sederhana, paling biasa, paling cuek di seanteru fakultas hukum yang katanya elit itu. Yang tidak biasa adalah kebiasaannya yang selalu mennganti warna rambutnya seaneh yang dipandang manusia pada umumnya. setidaknya itu yang dipikirkan Emi tentang dirinya.

Mereka bertemu pada acara student day yang diadakan setiap hari jumat di fakultasnya. Jadi student day adalah hari dimana seharian mahasiswa bebas dari kegiatan perkuliahan, dan hanya diisi dengan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat menghibur atau rekreasi. ya, semacam kegiatan ekstrakurikuler waktu disekolah dulu.

"Dengan Emi ya?" Emi mengerutkan keningnya menatap seraut wajah tampan didepannya dengan bertanya-tanya apakah orang yang bertanya padanya ini adalah kembaran Chris Evans?

Pasalnya laki-laki paling tampan di dunia ini, pertama adalah papanya, kedua dan terakhir adalah pria pemeran tokoh captain Amerika itu.

"Yes, need some help?" jawab Emi setelah menemukan suaranya yang beberapa saat yang lalu hilang entah kemana.

"katanya kamu yang nanti mainin gitar?" tanya Gara lembut

"Gitarnya sudah ada? Kamu yang mau nyanyi?"

Gara menggelengkan kepalanya. Wanita ini bukan tipe berbasa basi-basi. sudah dari beberapa menit yang lalu dia memperhatikan wanita yang tampak nyentrik dengan rambut purple rose-nya ini. dengan boy friend jins dan atasan kemeja tipis kedodoran yang salah satu ujungnya dibiarkan keluar, dan satu ujungnya tenggelam dalam jeansnya ini tampak berbeda dengan kebanyakan mahasiswi hukum lainnya yang bergaya lebih rapi. tapi bukan berarti gadis ini urakan juga. paduannya sangat hidup dan bebas.

Menyadari ini pertama kalinya dia membuat penilaian yang cukup mendetail pada orang yang pertama kali baru dijumpainya, membuat dia yakin gadis ini akan terus terkait dengannya dalam jangka waktu yang panjang.

"Bukan aku, temanku, dia sudah stay di lokasi. tiga puluh menit lagi kayanya acaranya mau dimulai"

"Ok"

Dan begitu saja, gadis itu melenggang pergi tanpa menghiraukan Gara yang mengikuti gadis itu dibelakangnya.

"Kamu butuh diajari sopan santun rupanya" gumamnya pelan

Sehabis mengisi acara student day dengan mengiringi beberapa orang untuk bernyanyi menggunakan gitar, Emi yang tidak terlalu suka keramaian itu memilih untuk pulang, dibandingkan dengan teman-temannya yang lebih suka tinggal dikampus hari ini untuk memperhatikan beberapa anak laki-laki teknik yang memang harus diakui Emi sangat unggul dengan penampilan fisik mereka. ditambah gaya mereka yang memang sok kenal sok dekat, tapi kata teman-temannya sih itu "humble" namanya.

Jadi dari hari kamis kemarin, Emi langsung diminta seniornya untuk mengiiringi beberapa orang untuk menyanyi diacara student day, nah seniornya ini memang dikenal Emi dekat, yang bantuin Emi juga waktu pertama kali mau kuliah.

Bisa dibilang Emi mah orang kampung. dulu, waktu awal-awal Emi akan memulai proses kuliahnya, ka Beni ini menawarkan bantuan untuk mengurus urusan administrasinya. Emi bersyukur tak putus-putusnya, apalagi mengingat kemampuan sosialisasinya yang payah.

Jadi ka Beni sepertinya akan selalu diingat oleh Emi.

Mengingat nasihat papanya waktu lagi makan dimeja makan, "orang kalau baik sama kita, kita harus ingat orang itu dalam hati. kalau orang yang jahat sama kita, ingat selalu orang itu di dalam otak kita". artinya kebaikan orang lain harus slalu diingat. Emi tidak mau mengutarakan hipotesanya saat papa sedang menasihatinya. yang Emi mau tanya kapan hati juga punya fungsi untuk mengingat? bukannya otak ya, yang seharusnya memiliki fungsi merekam segala macam hal yang terjadi disekitar kita?

Ya sudahlah, Emi tidak mau mendebat papanya, toh Emi tau makna dari nasihat papanya itu. baginya papa adalah segalanya, papa yang sabar, pekerja keras, penyayang.

Tuh kan ! air matanya saja tau, papanya sepantas itu untuk dihargai, diberikan segala-galanya yang terbaik dari Emi.

Emi menangis ingat papanya !

Jadinya tau kan? Kenapa Emi harus selalu ingat ka Beni?

Ka Beni ini lebih dulu merantau ke ibu kota untuk kuliah. tapi memang ada keluarga besarnya disini. Beda dengan Emi, yang bisa dikatakan sebatang kara di kota metropolitan ini.

Tapi ya namanya diberi kesempatan secara gratis untuk menimbah ilmu, Emi dengan keberanian maksimal meninggalkan kampung halamannya di Maluku sana demi melanjutkan pendidikannya.

Walaupun tak pintar pada taraf yang jenius kebangetan, Emi bisa dibilang anak yang rajin dan pekerja keras. Jadi waktu ada tes untuk beasiswa S1 dikotanya, Emi langsung mengambil kesempatan itu.

Lalu disinilah Emi. merantau ke negeri orang dan menjadi orang "asing".

"Mau pulang?"

"Duh kapan si manusia satu ini ada disini? bukannya tadi lagi sibuk tebar pesona sama cewek-cewek?" batin Emi.

'Iya"

"Ke daerah mana?, mungkin kita searah"

"Emi !"

Belum sempat dijawab, Ka beni sudah muncul saja dengan senyum lebarnya yang membuat mata yang pada dasarnya sudah sipit itu hampir tidak terlihat.

"Eh, ada Gara, mau pulang Gar?"

"Iya, ini gue lagi berharap saja si nona gitar ini searah sama gue, jadi bisa sama-sama pulangnya, modus juga sih biar tau alamatnya"

"nah ! jujur banget, tanya saja nih sama orangnya. nah nona manis dimanakah alamatmu?"

Ka beni ini mentang-mentang badanku kecil seenaknya saja aku ditarik-tarik, seperti saat ini aku sudah ditariknya berhadapan dengan si Gara-Gara ini. tapi mendengar panggilan "nona" yang sejak sampai di Jakarta tidak didengarnya lagi membuatnya tersenyum seketika.

"alamatnya disekitar sini, delapan menit jalan kaki sudah sampai kok"

"ngekos?" tanya Gara lagi sambil menatap Emi yang sedang tersenyum dan semakin terpukau ketika senyuman gadis itu menghasilkan dua lubang di kedua pipinya. duh manisnya !

"iya, diajak tinggal bareng gue, tapi nona gitar ini ngk mau" itu suara ka Beni

"Dasar ka Beni, malah ikut-ikutan si Gara-Gara ini memanggil ku nona gitar" Emi menggumam dalam hati.

"di Alinda kost ya?"

Emi terdiam sebentar, kok bisa Gara ini tau tempat kostnya? Asal tebak ya?

"Good guess"

Gara tersenyum, dipandangnya gadis didepannya yang sedang memandangnya dengan tatapan bertanya. lalu dibukakan pintu mobilnya mempersilahkan gadis manis ini untuk masuk.

Namun beberapa saat, gadis itu belum masuk juga. dia belum mengerti rupanya.

"Ben masuk yuk gue antar, kamu juga nona manis"

"gue di depan atau Emi nih?"

"Terserah kalian berdua, hompimpam dulu"

Gelak tawa Beni terdengar renyah ditelinga. untuk ukuran orang Ambon yang katanya batuk saja kedengeran enak ditelinga, suara Beni benar-benar hancur jika dipakai untuk menyanyi, jadi biarkan saja dia tertawa renyah.

Gara menatap sekilas gadis manis yang memilih duduk di jok belakang ini, dengan kulit tan-nya yang sedang berkeringat membuat gadis ini terlihat hot? oh otak brengsek !

"jadi Emi dari Ambon juga?" tanyanya setelah menjalankan mobil

"lo ngk liat kulitnya yang seksi ini?"

"Ka Beni stop membawa-bawa warna kulitku deh"

"Kenapa? Kamu ngk tau ya agnez Mo saja setengah mati membuat kulitnya sama kaya kamu"

Gara tersenyum

"bukannya aku dekil?"

"siapa yang berani bilang begitu? belum tau ya mereka kalau orang Ambon ngk bisa diganggu? Gara Emi dekil ngk?"

Gara tersenyum lalu melirik Emi dari kaca spionnys, menelisik sedikit tampilan fisik gadis itu.

"Eksotis"

"nah kan !" Beni menepuk pahanya lega bahwa Gara sepaham dengannya.

Mata Emi bersitatap dengan mata Gara yang tengah memandangnya juga. respek Emi menganggkat sebelah alisnya seakan-akan bertanya apa yang diinginkan laki-laki ini.

Seperti mengerti maksud Emi, Gara tersenyum lalu menngelengkan kepalanya pelan.

"ah si nona manis ini " katanya dalam hati

Emi mengalihkan pandangannya dari Gara, dan menatap keluar jendela, lantas senyumnya terbit.

"first love ya? Astaga !" gumamya pelan