Chereads / Sayang Sampai Di Hati / Chapter 2 - Unexpected Meeting

Chapter 2 - Unexpected Meeting

lupa aku, bahwa kita terlalu kecil

terlalu kecil untuk mengerti

lupa aku, bahwa kita terlalu muda

terlalu muda untuk memahami

bahwa dalam waktu yang tak terlalu lambat

aku telah menemukanmu

bahwa dalam waktu yang tak terlalu cepat

aku telah merengkuhmu

..........

Seberapa sering sih kalian bertemu dengan orang-orang yang tak pernah diduga? atau dari tempat-tempat yang biasa kalian kunjungi dimanakah kalian sering bertemu dengan orang yang tidak diduga itu?

Atau pernah tidak? kalian berusaha tampil cantik jika hendak keluar rumah, dengan pikiran mungkin saja kalian bertemu dengan orang yang tidak diduga itu. jadi berlandaskan pikiran itu kalian all out sekali memilih outfit kalian hari itu.

Namun menyebalkannya kalian malah tidak bertemu dengan siapapun yang spesial atau tidak diduga itu, dan lebih mampusnya kalian malah bertemu dengan orang yang tidak diduga itu saat penampilanmu tidak lebih baik dari gelandangan yang nyasar di tempat yang tidak tepat.

Emi melihat keseluruhan penampilannya, dari atas hingga kebawah. piyama berupa setelan baju dan celana pendek, lalu ada alas kaki berupa sendal jepit yang sebelah kiri dan kanannya mempunyai warna yang berbeda.

Ya, Emi adalah gelandangan itu!

Emi menarik nafas panjang, lalu berdiri kikuk di hadapan laki-laki yang ingin sekali membuatnya menghilang saja saat ini jika bisa. tentu saja karena hari ini bukanlah performa terbaiknya.

laki-laki ini dari tadi hanya tersenyum melihat Emi yang tampak gelisah ditempatya. Emi sekali lagi melihat penampilannya yang menyedihkan, dan mata lancang laki-laki ini mengikuti arah pendangan Emi.

"Ck! " hanya itu yang mampu diucapkan Emi. dia pasrah saja. walaupun ingin, dia sadar tak mungkin menghilang seperti jin dalam sekali kedipan mata.

Mendengar decakan Emi, Gara hanya tertawa kecil. dasar, Gara ini tidak mau berlelah dengan menyembunyikan "maksud jahatnya".

" Duh kenapa ya, aku merasa interaksi kami yang belum seberapa ini dapat berpotensi menurunkan kepercayaan diriku sih? walaupun ketika sedang berinteraksi dengan Gara, aku merasa.. entahlah apa namanya? nyaman? perasaan seperti kalian sudah saling mengenal hampir seumur hidupmu?" begitu kira-kira yang dipikirkan Emi.

"jangan khawatirkan penampilanmu, kelak sendal jepit beda warna ini akan jadi trend fashion dan kamu bakalan jadi trendsetternya"

"kok aku merasa ngk lebih baik ya mendengar kata-katamu? "

Gara tertawa dan mendapatkan hadiah pelototan dari suster yang kebetulan lewat disitu.

"Ngapain disini? " mata Gara lalu turun menatap kaki Emi "dengan penampilan mu yang seperti ini, aku harap kamu sedang melakukan hal besar ya? "

Gara menambahkan seringainya yang menyebalkan.

"Anterin teman yang sakit, nyawanya lebih berharga dari sendal jepit kan? "

"jangan disamakan dong dengan sendal jepit" Gara menyentil dahi Emi. masa nyawa manusia disamakan dengan sendal jepit? perbandingan yang tidak sebanding" Gara menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Apa kita sudah sedekat itu ya? sampai kamu perlu melibatkan skinship? "

"Kamu anggap sentilan didahi itu termasuk kategori skinship? " tanya Gara geli.

"sure, bahkan kita belum berada pada tahap saling berkenalan, dan kamu sudah berani menyentil dahiku? "

"For your information, aku tau nama kamu, aku kira kamu ngk suka basa-basi"

"Ya memang, tapi kamu baru saja melanggar rambu-rambu dalam membangun hubungan baru dengan manusia lain. jelas kamu sudah melanggar tata cara bersosialisasi"

Emi merasa seperti sedang menampar dirinya sendiri, mengingat kemampuan berkomunikasinya dengan orang lain yang lebih parah.

"Oke, jelaskan tata cara yang baik itu menurutmu, apa kita harus mulai dari saling memperkenalkan nama masing-masing? "

Belum sempat Emi membalas, Gara sudah lebih dahulu bersuara. "kamu tau, aku ngerasa kaya anak sekolah pindahan yang dipersilahkan gurunya untuk memperkenalkan nama didepan kelas"

Diluar kemauannya Emi tersenyum kecil, lalu buru-buru mengubah ekspresinya.

"Jadi bagaimana? " tanya Gara lalu memandang kebelakang Emi yang refleks membuat Emi memutar badannya mengikuti arah pandangan Gara.

Ada beberapa perawat yang mendorong brankar pasien yang sepertinya baru masuk ke dalam ruangan yang sama dengan Kalista, anak kost yang Emi bawa ke rumah sakit bersama dengan beberapa anak kost yang lain.

Emi kembali memusatkan pandangannya kepada Gara. "wel, aku pikir ini bukan tempat yang tepat untuk kita mempraktekan cara bersosialisasi dengan benar. dengan kondisiku yang seperti ini, sepertinya lain kali saja, itupun kalau memang kita ketemu lagi"

"Aku punya firasat kita bakalan sering banget ketemu dimasa depan nanti"

"Semoga kamu ngk kecewa" balas Emi dengan senyum mengejek.

"Emi! "

Emi menoleh dan mendaptkan Heru yang baru keluar dari ruangan rawat Kalista.

"Aku harus pergi"

"Ya, semoga temanmu cepat sehat kembali"

Emi mengangguk lalu meninggalkan Gara, menyusul Heru yang sudah kembali ke dalam ruangan rawat Kalista.

Gara masih setia menatap gadis itu yang tampak menggelikan dengan piyama dan sendal jepit yang berbeda sebelah kiri dan kanannya.

Ketika melihat gadis itu berdiri di depan ruangan perawatan, Gara yang ingin menjenguk salah satu temannya yang sedang dirawat disini juga, tak bisa menahan dirinya untuk tak berhenti tersenyum.

sepertinya dia tidak nyaman dengan penampilannya ketika berhadapan dengan Gara.

Gara tertarik pada gadis itu. gadis yang pada saat pertama pertemuan mereka saja sudah menunjukan keengganannya untuk bersosialisasi. gadis yang memukau semua yang hadir dengan petikan gitarnya pada saat acara student day yang diadakan difakultas gadis itu.

Gadis itu cantik. namun Gara lebih memilih memanggilnya dengan sebutan "manis". kulitnya yang kecokelatan menunjukan dari mana gadis itu berasal.

Mengingat ketika gadis itu menyebut dirinya sendiri dekil, ketika sedang mengantarnya pulang. Gara merutuk dari mana asal pikiran gadis itu. melihatnya sekilas saja, orang tidak akan berpaling.

Wajahnya jelas menunjukan adanya perpaduan unik pada gen yang mengalir dalam dirinya. dari Ben-lah Gara mengetahui gadis itu mempunyai garis keturunan Belanda yang menjelaskan nama keluarga gadis tersebut.

Gara masih ingat komentar Rian, sahabatnya.

"Gila banget kan itu cewe? gue kira dia bakalan jreng-jreng doang main gitarnya, taunya kaliber dia"

"Anak mana sih? cantik, kulitnya seksi banget udah kaya model-model luar negeri"

"Ngk tau, tanya sama Benjamin" jawab Gara malas.

"Ceweknya Ben? "

Gara mulai kesal dengan Rian. entah karena bawelnya, atau karena menyadari mereka tengah memikirkan gadis yang sama. menyadari ada laki-laki lain yang menaruh perhatiannya pada gadis itu, membuatnya tidak suka. walaupun Gara tau dia tidak punya hak untuk itu.

"Memangnga kenapa? mau kenalan? "

"Kan lumayan bisa jadi gandengan gue Gar, plus bisa jadi tempat gue les gitar gratis"

"lo kalau mau gandengan, sama truk gandeng sana! anak orang mau dimanfaatin seenaknya"

Rian tersenyum cengengesan "kita simbiosis mutualisme dong, gue bisa jadi tempat dia mau disayang-sayang, dan dia bisa jadi tempat gue les main gitar, semuanya gratis tanpa biyaia"

Gara memilih tak menanggapi perkataan Rian, daripada berakhir dengan Gara yang akan menonjok sahabat baiknya sendiri.

Dari Ben juga Gara mengetahui sedikit informasi tentang gadis itu, selepas mengantarkannya pulang. gadis yang ketika mau diantar pulang ogah-ogahannya minta ampun.

Gara tak menyangka akan setertarik ini pada gadis yang baru pertama kali ditemuinya.

Penampilan gadis itu agak nyentrik dengan rambut yang berwarna antara ungu dan merah, kulit kecokelatan, hidung mancung kecil yang sangat pas diwajahnya yang berahang tegas, membuat penampilannya mewakili dari mana gadis itu berasal. belakangan dua lesung pipinya yang muncul ketika dia tersenyum meninggalkan kesan ramah pada wajahnya yang cenderung "keras", membuat Gara selalu menyematkan kata " manis" ketika menyapa gadis itu.

Gadis yang memperluas cakrawala berpikirnya, ketika mendefenisikan kecantikan seorang wanita.

ya, setiap wanita cantik dengan caranya sendiri. setiap pribadi unik. namun gadis itu merupakan jenis yang langkah menurut pandangan Gara, entahlah! Gara merasa setiap tipe dan seleranya tentang wanita yang akan menjadi pertimbangannya sebelum membawa mereka kedalam hidupnya malah terbang entah kemana, ketika dia merasa memandang Emi dengan pandangan yang berbeda.

Gadis itu, gadis bernama lengkapkan Yemima Betrix Van Delsen.