Surie membuka kedua matanya. Bisa ia rasakan kalau ada sebuah lengan yang memeluk pinggangnya. Surie melirik ke arah samping dan melihat Alex masih tertidur. Semalam… mereka hanya tidur.
Pagi ini suasana terasa begitu hangat. Surie menyibakkan gorden kamarnya berjalan menuju balkoni kamarnya untuk merasakan suasan pagi yang segar dimana masih bisa di rasakan adanya tetesan embun pada rumput dan pepohonan.
Surie melirik kembali pada sosok Alex yang masih memejamkan kedua matanya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman tipis. Tak bisa di punkiri kalau Surie bahagia ketika ada Alex ada di sampingnya. Hubungannya dan Alex sudah sangat jauh berbeda ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.
Surie bisa melihat kalau Alex lebih mengutamakan dirinya dan hubungan yang terjadi di antara mereka berdua daripada yang lainnya, termasuk hubungan Alex dan Fey.
Fey….
Wanita yang juga mengisi hidup Alex sejak dulu. Wanita yang hidup dan memiliki tempat khusus di relung hati Alex sebelum Surie hadir. Wanita yang akhirnya kini menjadi tunangan dari mantan suaminya.
Setelah puas berada di balkoni kamarnya, Surie kemudian menutup pintu balkoni ketika masuk kembali ke kamarnya. Surie duduk di tepi ranjang tempat tidur. Perlahan tangan kanannya meraba dan menyentuh pipi Alex yang masih tertidur. Hal itu membuat Surie merasakan perasaan yang entah bagaimana sulit untuk ia ucapkan.
"Aku gak tahu apa yang akan terjadi di antara kita dan hubungan kita berdua, Al. Tapi… Aku berharap hingga waktu berakhir untuk hidup kita berdua, perasaan kita berdua masih sama satu sama lain. Aku mencintaimu, Alexandre Hilman." Batin Surie.
Surie merasakan kalau Alex mulai menggerakan tubuhnya. Dengan mata yang masih terpejam Alex menyentuh tangan Surie yang menyentuh pipinya. Sepertinya Alex merasakan kenyamanan ketika Surie menyentuhnya seperti itu.
"I love you, Surie Givanny." Gumam Alex dalam tidurnya.
Perasaan hangat kini mulai merasuki tubuh Surie. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Sangat jarang Alex mengatakan kata cinta seperti tadi bahkan ketika ia masih tidur. Ketika mereka masih menjadi suami istri dulu, bahkan Surie tak berani bermimpi bahkan berharap jika Alex akan mengucapkan kalau ia mencintai Surie seperti halnya Surie yang mencintai Alex hingga detik ini.
*******
Fey mengaduk-aduk sereal yang ada di mangkuk. Tatapannya masih kosong dengan kedua mata yang sembab. Ia melihat ke layar ponselnya yang entah kesekian kalinya, namun tak ada satu panggilan dan pesan dari Alex yang masuk ke ke ponselnya.
Ia kembali merutuki dirinya sendiri. Seakan menyalahkan dirinya kenapa ia harus terlambat menyadarinya. Fey mulai sadar kalau tak seharusnya ia bermain dengan perasaan seorang lelaki. Inilah yang ia dapatkan sekarang, di saat ia memutuskan untuk memberikan hati dan tubuhnya pada Alex seorang, ia harus menerima kenyataan kalau tunangannya juga mencintai wanita lain. Wanita yang kini menjadi mantan istrinya. Wanita yang dulu tak pernah Alex pedulikan seakan ia tak pernah ada dan hidup di dunia ini.
Tapi sekarang semuanya berbeda. Fey mulai menyadari kalau Alex tak lagi sama. Perasaan Alex tak lagi sama seperti dulu. Hingga ingin rasanya Fey berteriak dan menangis di waktu yang bersamaan. Sebuah penyesalan dimana ia kembali tak bisa bersama lelaki yang ia inginkan dan dambakan untuk kedua kalinya. Dulu.. Jerym, dan sekarang Alex.
"Kenapa harus terjadi lagi?" Fey mengepalkan kedua tangannya.
Fey memang belum sepenuhnya kehilangan Alex. Tidak…!
Ia tak ingin dan tak akan kehilangan Alex. Setidaknya itulah yang selalu ia yakinkan pada dirinya sendiri. Walaupun terkadang hatinya goyah, namun Fey berusaha untuk tegar. Ia memang tak bisa menghentikan air mata yang akan jatuh membasahi pipinya, karena jujur saja di dalam hatinya ia menangis menahan sakit dan luka atas perlakuan Alex yang kini seakan tak peduli lagi pada dirinya.
Sejak pertama bertunangan dulu, hubungan pertunangan ini memang hanya status. Tapi… semakin kesini status tersebut terlihat semakin jelas.
*****
Surie mengoleskan selai nanas ke roti tawar panggang lalu letakkan di piring dan di berikan pada Alex.
"Makasih sayang." Ucap Alex dengan manisnya yang membuat Surie tersentuh.
Hubungan mereka terasa hangat. Bahkan berjalan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.
"Kamu mau kopi?" Tanya Surie.
Alex mengangguk. "Ya.. Cappuccino."
Surie bangun dan membuat 2 cangkir cappuccino
instant di kopi mesin yang ada di dapur kemudian menyajikannya untuk dirinya dan Alex.
"Kamu mau kemana hari ini?"
Surie mengedikkan bahunya, "Entahlah.. mungkin di apart aja, kalau gak ya ketemu Sandra."
Terkadang Alex merasa cemburu pada Sandra. Setidaknya… ia bisa dengan mudahnya bertemu dan berbicara ketika mereka bersama. Tanpa ada orang yang berusaha memisahkan. Tanpa adanya pertengkaran. Walaupun ia yakin kalau Sandra dan Surie pasti pernah bertengkar. Yang jelas.. tidak akan sampai sebesar pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Surie.
"Kalau kamu bawa'in makan siang ke kantor, mau gak?" Pinta Alex.
"Kamu yakin?" Tanya Surie.
"Ya kalau gak gitu, kita lunch bareng siang ini."
Surie menghela nafas dan menatap Alex lembut. Ia juga meraba tangan Alex ketika mereka bicara.
"Al.. aku rasa, kamu dan Fey harus berbicara secara baik-baik." Kata Surie.
"Kenapa aku dan Surie harus bicara baik-baik?" We're fine, we're good. Gak ada masalah apapun yang terjadi antara aku dan Fey. Kita juga masih tunangan seperti seharusnya. Nothing change."
"Tapi sikap kamu belakangan ini berubah sama dia. Apa kamu gak nyadar? Perlahan kamu mulai menjaga jarak sama tunangan kamu. Bukannya dulu kamu ke Fey…"
"Itu dulu Rie. Sekarang semuanya berbeda. Sekarang aku sadar, siapa yang benar-benar aku cintai dan sadari. I love you and you love me, we're in love. Am I right?"
Surie diam dan hanya tersenyum lembut.
Alex menghela nafas. "Semuanya terasa melelahkan di saat hanya aku yang berjuang dan memiliki cinta terhadap Fey."
Kemudian Alex tersenyum, ada kelegaan yang terpancar di wajah tampannya. "Tapi sekarang.. Semuanya terasa menyenangkan di saat kita bersama. I know it's late. Seandainya saja kita seperti ini sejak dulu, maka sekarang semuanya akan semakin lengkap."
Alex meletakkan tangannya di atas tangan Surie. Mereka berdua menatap lekat satu sama lain dengan senyuman dari bibir Alex yang kian mengembang.
"Al.. Apa kamu gak sadar sedikitpun kalau Fey juga mencintai kamu? Fey akan mencintai kamu seperti aku mencintai kamu. Fey juga menginginkan kamu seperti aku yang selalu ingin kita bersama. Fey… Dia akan akan melakukan segalanya, untuk membuatmu berada disisinya." Batin Surie.
******
Fey kembali masuk ke kamarnya. Ia mendudukan kasar tubuhnya di sofa single yang ada di dalam kamarnya. Sembari mendengus kesal karena Alex tak menghubunginya atau bahkan membalas chat yang Fey kirimkan ketika ia selesai sarapan.
Dengan ponsel yang berada dalam genggaman tangannya. Fey mendial nomer seseorang. Fey menelpon seseorang yang setidaknya akan memberitahu dimana Alex sebenarnya.
"Halo." Suara Surie terdengar di ujung telfon.
"Dimana Alex?" Tanya Surie langsung.
"Dia ke kantor."
Fey mengernyitkan keningnya. Surie benar-benar tahu di mana Alex dari nada bicaranya.
"Alex with me lastnight, Fey. Dia nginap di apartemen aku semalam." Ucap Surie.
Deg!!!
Kedua mata Fey melebar, diiringi gemuruh detak
Jantungnya yang melaju dengan cepat. Ketakutan Fey menjadi nyata. Alex dan Surie, semalam mereka bersama. Dan entah mengapa berbagai fikiran negatif mulai merasuki otaknya.
"Lalu…."
Surie terdengar menyunggingkan senyumannya. Dan itu membuat Fey mendengus.
"Kamu tenang aja, we just sleep lastnight."
"Berhenti untuk memanas-manasiku Surie. Kamu tahu kalau itu akan sia-sia." Ujar Fey menaikkan nada suaranya.
"Kamu yakin?" Surie memastikan dan itu semakin membuat Fey kesal.
Tanpa berlama-lama lagi Fey memutuskan sambungan telfonnya dengan Surie. Meletakkan secara sembarang ponselnya di atas meja. Menekuk kedua lututnya ke sofa. Dan mengukung wajahnya.
"I hate it. I hate that you happy without me, Alex!"
Bersambung…