3 Hari kemudian….
Fey mengajak Surie untuk bertemu. Mereka memutuskan untuk afternoon tea bersama. Surie merasa ia tak perlu menghindari siapapun saat ini. Keberadaan Alex disisinya, menjadikan dukungan untuknya.
Surie menyesap tehnya ketika Fey mulai berbicara. Kedua wanita yang sudah tahu sejak awal kemana arah pembicaraan mereka. Topik yang tak akan pernah berbuah ataupun berganti. Hingga salah satu dari mereka menyerah.
"Alex bilang kalau dia gak yakin pernah cinta sama aku atau enggak."
Kening Surie mengeryit. Perkataan Fey membuat Surie berfikir. Namun ia masih belum bicara hingga Fey melanjutkan ucapannya.
"Kamu harusnya merasa senang."
"Apa aku bisa di anggap pemenang?" Tanya Surie.
Ada senyuman tipis terukir di bibir cantiknya. Ruby melanjutkan ucapannya. "Aku tidak pernah merebut Alex dari kamu, Fey. Kamu tahu benar akan hal itu."
Surie menghela nafas. "Semua ini hanya tentang perasaan Alex ke kita berdua."
Fey mendengus, "Dia memang lelaki egois. Selalu bertindak dan seenaknya merubah perasaanya."
"Tapi kamu juga mempermainkan perasaan Alex kan?"
Kening Fey mengernyit, "I never play with his feelings?"
"Yes, you did Fey."
Tatapan Surie menjadi lebih serius. "Bahkan ketika aku masih menjadi istrinya."
Deg!!
"Kamu sadar kan efeknya sekarang gimana? Kamu bisa rasakan?"
"Bukan aku yang merubah perasaan Alex, Fey. Dan perasaan Alex sekarang, semuanya adalah hasil dari perlakuan kamu juga."
Fey meremas kedua tangannya. Apa benar seperti itu?? Apa dia telah menjadi sosok yang benar-benar egois?
"Surie…"
"Ya," Ucap Surie.
"I feel sorry for you too."
"About what."
Fey tersenyum tipis, "Karena selalu jadi orang ketiga di antara aku dan Alex. Bahkan itu di mulai saat kamu masih jadi istrinya dulu."
*********
Fey meletakkan buket bunga di makam Jerym. Entah mengapa dia merindukan lelaki ini hari ini.
"Jer, apa kabar?"
"Maaf ya, aku ganggu kamu. Aku mau cerita ke kamu, Jer. Aku mau ngadu."
Kedua mata Fey mulai berkaca-kaca. Ia merasakan kalau dadanya begitu sesak saat ini hingga ia harus berusaha keras untuk bisa bernafas secara normal.
Fey mengusap nisan Jerym. "Gak ada yang cinta sama aku se tulus kamu, Jer. Kenapa kamu harus pergi ninggalin aku, Jer?"
Hiks, dan air mata itu pun turun. Ingin rasa Fey memeluk Jerym saat ini. Ingin rasanya Fey menumpahkan apa yang ia rasakan saat ini.
Untuk kedua kalinya Fey melabuhkan cintanya, namun berakhir memiliki akhir yang tak indah.
"Alex gak cinta sama aku, Jer. Alex gak pernah cinta sama aku. Dan sekarang cuma Surie yang dia cintai. Mereka udah cerai, tapi mereka seakan masih bersama layaknya suami istri."
"Alex gak peduli sama perasaan aku, Jer. Alex hanya peduli pada Surie. Alex hanya.. Hiks.."
Tangisannya membuat nafas Fey memburu. Jika Jerym masih hidup, ia akan menenangkan Fey secara langsung. Memberinya pelukan hangat dan mengusap rambutnya. Memberinya kenyaman yang sangat ia butuhkan saat ini.
Dan Alex… tunangannya itu tak bisa memberikannya.
Fey mengusap air matanya. Kata-kata Surie kembali terlintas di fikirannya. Keegoisan Fey yang Surie katakan membuatnya tak nyaman.
Sebelum Fey berdiri, ia mencium nisan Jerym. Berpamitan dan berbalik untuk melangkahkan kakinya.
"Aku mungkin egois. But you worst than that, Surie." Bathinnya.
Rahang Fey mengeras. Sekali lagi ia menguatkan hati dan perasaannya. Kalau ia lemah, maka ia akan kalah dalam kesepiannya untuk kali yang kedua.
**************
Apartemen Surie, 19:00pm.
Surie dan Alex makan malam bersama. Namun kali ini, Alex memutuskan untuk memasak. Makan malam bersama untuk kesekian kalinya bagi kedua kalinya. Namun semenjak mereka mengakui rasa cinta masing-masing, makan malam terasa. Menjadi hangat dan nyaman.
"Al, "
"Iya Sayang.."
"Tadi sore aku ketemu Fey lagi. Tepatnya.. kita afternoon tea bareng."
Kening Alex mengernyit.
"Oh ya? Bicara apa Fey sama kamu? Dia gak macam-macam kan?"
"Al, Fey itu tunangan kamu lho. Jangan terlalu negatif ke dia."
Alex mengerti maksud Surie. Namun ia tak bermaksud menilai buruk pada tunangannya. Ia tahu betul bagaimana hubungan yang terjadi antara Surie dan Fey. Terlihat tenang di luar namun ada badai di dalamnya.
"Sayang.. Hey, Aku gak bermaksud kayak gitu. Kamu tahu gimana Fey kan? Aku cuma gak mau dia nyakitin kamu lagi."
"Karena kamu udah nyakitin dia?"
Alex terdiam akan kata-kata Surie.
Siapa yang tersakiti disini, siapa yang paling tersakiti disini, mereka memiliki pembelaan masing-masing.
Fey tidak pernah mendapatkan cinta yang ia dambakan. Baik dari Jerym mau pun dari tunangannya sendiri, Alex.
Surie dan Alex menikah karena di jodohkan. Namun keduanya menemukan dan merasakan arti cinta setelah mereka bercerai.
Jadi siapa yang malang? Siapa yang paling tersakiti? Hanya mereka bertiga yang tahu. Dan tentunya akan membela diri masing-masing.
Fey dan Surie menginginkan Alex untuk berada di sisi mereka bukan karena rasa cinta yang mereka miliki. Tapi juga rasa takut dan kesepian. Fey tak ingin kehilangan lagi. Fey tidak ingin kesepian lagi. Begitu juga dengan Surie, di saat cinta bertepuk sebelah tangannya kini bersambut, ia ingin menggengamnya dengan erat.
Sama-sama egois, namun mereka hanya ingin mempertahankan yang menurut keduanya adalah hak mereka.
Alex kini berbicara, "Sayang.. Aku sadar siapa yang aku cinta sekarang."
"Hanya sekarang?" Tanya Surie.
"Sekarang dan kalau bisa selamanya."
"Kenapa kamu kedengarannya gak yakin, Al? Apa kamu mulai ragu lagi dengan hubungan kita?"
"No, Sayang. Aku gak udah gak ragu lagi. Aku udha tetapin semua perasaan aku di kamu. I only love you, Surie."
"Meski kenyataan berkata lain kan? Well.. sampai detik ini kamu masih tunangannya Fey."
"Aku bakal cari jalan keluarnya. I will marry you again."
Kata-kata Alex yang membuat perasaan Surie tersentuh. Sungguh meski mereka pacaran, namun status sebagai mantan suami-istri tak bisa di hapuskan lagi.
Kata pernikahan bagaikan janji yang Alex lontarkan untuk Surie. Sebuah kata yang kalau bisa segera menjadi kenyataan.
Alex berdiri dan memeluk Surie. Sang wanita memeluk pinggang kekasihnya di saat lelaki itu memberikan kecupan lembut di kepalanya.
"Al.."
"Hmm.."
"Jangan pernah tinggalin Fey. Aku gak papa kalau harus berbagi, asalkan kamu gak ninggalin salah satu dari kita."
Alex mengernyitkan dahinya.
"Kenapa ngomongnya gitu,hm?"
Alex berlutut dan menyandarkan kedua lengan tangannya di atas kedua lutut kekasihnya. Surie mengusap lembut pipi Alex, merasakan lesung pipi yang menghiasi kedua pipi mantan suaminya itu.
Menatao lekat wajah tampan yang selalu menghiasi mimpi indahnya. Mencium bibir bagian bawah Alex yang tebal namun candu untuk kembali di rasakan.
Hingga Surie pun berucap, "Karena.. Kamu adalah tempat aku dan Fey untuk selalu pulang, Al. You are our home."
Senyuman lembut Surie yang membuat perasaan Alex seketika berkecamuk dengan berbagai pertanyaan yang kini bermunculan.
Kenapa Surie tiba-tiba berkata seperti ini? Karena Fey tidak akan seperti ini. Apa Surie mulai melemah atau ia mulai merasakan apa yang sebenarnya Fey rasakan?
Apakah ini yang di namakan pengertian di antara dua wanita??
Alex mencium bibir Surie, ada lumatan di dalamnya. Menyalurkan perasaannya yang sebenarnya. Kalau ia benar-benar menginginkan Surie untuk selamanya.
Karena bagi Alex melepaskan Surie sebelumnya membuatnya kehilangan tempat ternyamannya. Benar..! Surie adalah rumah yang Alex inginkan untuk selalu pulang dan di sambut dengan pelukan hangan dan ciuman lembut.
Bersambung…