"Goodjob, Nay!" seru kak Ridwan tersenyum puas. Aku juga sangat puas dengan hasil setiap jepretan yang diarahkan olehnya. Kami bersiap-siap undur diri karena hampir tiga jam kami memaki ruangan tersebut.
"Kalian makanlah dulu," kata seseorang yang sangat kukenal.
Aku kaku ditempat. Apa ini juga perusahaan om Frediyan? Kenapa rasanya setelah bertemu dengannya beberapa bulan lalu dia seperti hantu yang muncul dimana saja? Kecuali sekolah tentu saja. Bahkan saat bukan jadwalnya ia akan tetap datang meskipun dengan yang lain. Kenapa om Frediyan sangat boros dengan wanita? Apa karena memang kebutuhan?
"Saya Frediyan, penanggung jawab cabang di sini," jelasnya.
Om Frediyan tampak menyalami kak Ridwan dan Jean lalu aku. Kami bersikap seolah-olah tak saling mengenal. Aku bersikap seolah asing bagiku seorang Frediyan. Kami hanya bersalaman sedikit lebih lama. Om Frediyan melepaskan tangannya saat aku menatapnya dengan pandangan memohon.