Seharian, Akbar harus merasakan hidup tak tenang. Semenjak ia masuk ke penjara sebagai tahanan atas tuduhan pasal berlapis, ia menjadi sangat tertekan atas napi lain yang menyiksanya.
Wajah bengap Akbar terlihat membiru, badannya sakit semua setelah menerima beberapa pukulan dari Firman dan teman-temannya. Sialnya Akbar, ia harus di satukan sama kedua preman kampung itu.
Matanya menyisir kesetiap sudut tempat makan para napi. Ia berjalan santai dengan mata mengawasi sekitarnya. Ia tidak mau makan paginya di ganggu lagi oleh rekan-rekan sesama napi satu sel dengannya.
"Woiii, anak baru..!! Kesini lu sebentar." Panggil suara yang sangat asing buat telinganya. Namun, diantara gerombolan yang duduk di tengah ada dua preman yang ia sewa menculik Susi dan napi lainnya satu sel dengannya.
Akbar menoleh kaget. Ia sangat lapar untuk berjalan kearah segerombolan napi-napi itu. "Woii!! anak baru, elu denger gue kan??" Teriak napi itu kesal. Mengundang banyak mata melirik kearah Akbar.