Di tempat lain.
Diah masih terduduk. Diam, sepiring nasi dan lauk pauk sama sekali tak di sentuhnya. Ia Tak ada gairah di dirinya untuk menyantap makanan itu. Saat ini, di pikiran Diah hanya ada satu, yaitu tentang kabar yang Ayahnya berikan subuh tadi jam 3.00.
Susi, akan datang menolongnya dengan bukti rekaman diponselnya. Pikirannya hanya terfokus pada kesaksian Susi dan kebebasannya. "Apa Ayah akan dateng membawa Kak Susi?!" Bisik batinnya gelisah. Matanya terus melihat kearah luar.
"Adik Diah.., sudah waktunya..!" Seru Pak Sujito. Diah mendongak. Mata celongnya menatap laki-laki berkepala plontos itu. Lalu tersenyum.