Birmingham.
Tepatnya masih di area kampus University of Birmingham, Inggris-London.
Abigail dan Austin masih duduk di bawah pohon rindang. Setelah beberapa jam Abigail melepaskan rasa kesal yang telah membebani dirinya ia pun menyandarkan kepalanya di bahu Austin.
Laki-laki yang telah lama mencintainya itu hanya bisa pasrah dan menjadi pendengar yang baik buat Abigail. Semuanya tentang Mike, Mike dan Mike. Hampir setiap nama yang ia sebut dalam curhatnya cuma Mike, tidak ada sama sekali namanya yang di sebut dari bibir sexy wanita disampingnya.
Austin mendesah, langit berwarna jingga di tatapnya. Ia bisa berbuat apa? Tidak ada yang bisa dia lakukan sama sekali, ia hanya pelampiasan Abigail saat bertengkar, senang maupun lagi tidak mood bertemu Mike. Aneh memang, padahal ia tau bahwa Austin juga menyukainya. Tapi selalu saja Abigail bercerita tentang Mike, lagi dan lagi.