Chereads / KALA HUJAN WAKTU ITU..!! / Chapter 2 - Pertemuan

Chapter 2 - Pertemuan

Mike terjerambab, kakinya terpeleset dan kurang keseimbangan. Ia pun terjatuh.. "aaaargh.." di iringi suara keras teriakannya. Austin panik, ia berlari kearah suara tempat Mike terjatuh menelusuri jalan setapak yang gelap, pepohonan liar di lewati tanpa peduli duri-duri liar menyakiti kulitnya.

"Mike.. lu gak apa-apa kaan?!" Panggilnya, senter terus di acungkan ke depan. Dibiarkan jalannya menjadi terang oleh sinar lampu dari senter yang ia pegang.

Ditepian jurang, Austin melongok ke bawah, terlalu curam jurang di hadapannya. Ia menekuk lututnya sambil menerangi area bawah tempat Mike terjatuh. Matanya tidak bisa mendapati sosok Mike dibawah sana. Sinar lampu senter tak mampu menjangkau keberadaan Mike dari atas. "Mike.., jawab gue doong.. lu gak apa-apa kan dibawah sana..?!" Pekik Austin sekali lagi.

Tubuh Mike hampir menindih tubuh Diah yang jatuh terbaring, ia kaget saat Mike terjatuh dari atas bukit.

Mata mereka beradu, saling tatap cukup lama. Tapi tak ada reaksi. Apalagi, tangan Diah yang tertahan tangan besar Mike.

Austin di atas sana, berteriak memanggil nama Mike dari pinggiran jurang bukit. "Mike.., elu gak apa-apa kaaaan..?!".

Mike tetap diam memandang wajah cantik Diah tanpa bintik di wajahnya. "Ya Tuhan.. dia beneran cantik. Bahkan sangat cantik dari cewek mana pun yang gue temui selama jadi traveller." Bisik batinnya.

"Haaah.., kenapa ada cowok jatuh dari atas. Apa dia cowok yang dijodohin Tuhan untuk aku? Tapi.. gak mungkin, aku kan suka Akbar. Tapi..tapi.. ganteng banget." Lain lagi dengan batinnya Diah.

Lalu..

"Aaaargh.." Diah mendorong Mike hingga terjatuh. terlalu cepat ia tersadar dari lamunannya tentang Mike. "Dasar laki-laki mesum." Pekiknya beranjak bangun sambil membersihkan pakaiannya yang terkena tanah.

"What.. what do you say? I don't understand?" Mike ikut berdiri. Sesaat ia meringis, ada luka di bagian lututnya akibat gesekan tanah drngan dengkulnya dan membuat celana jeans-nya robek.

"Apaan sih, udah lah, gak usah sok inggris..?"

"Hi.. im foreigner. I don't understand Indonesian..?!"

"Ja..di..?" Diah menunjuk. "You're foreigner?" Mike mengangguk mantap.

Mike berjalan mendekati Diah. "What's your name?" Tanya Mike mengulurkan tangan, mengajak kenalan.

Diah terdiam sejenak, di tatap tangan Mike yang menunggu jawaban Diah. Senyuman manis Mike tak sengaja tertangkap oleh matanya dan membuat Diah canggung seketika. "Sorry, i must go home."

"Wait..!" Langkah Diah dihentikan tangan Mike yang memegang lengannya. "I just want know your name, may i know your name?"

Diah memandang Mike, lalu mendorongnya hingga keseimbangan kakinya untuk berdiri terganggu. Tubuhnya limbung dan akhirnya terjatuh, kekuatan kakinya terlalu lemah untuk tetap menahan beban berat badannya.

"Aaauh..!" Pekik Mike merintih. Langkah kaki Diah tak jadi pergi meninggalkan Mike, ditatap laki-laki bule bermata biru itu. Terlihat oleh kedua matanya Mike nampak sangat kesakitan.

"Lu gak apa-apa?!" tanya Diah kuatir. Mike menggeleng manja. Tatapan matanya sengaja dibuat seolah sedang butuh perhatian dari Diah.

"Kayaknya kaki gue terkilir." Ucap Mike sambil mengurut pergelangan kaki kanannya.

"Boleh gue cek..?!" Mike bergegas mengangguk. ia sangat setuju bila Diah mau memeriksa kakinya. Diah mencoba membuka sepatu Mike kenakan. Celana Jeans ia naikan sedikit, ada memar berwarna kebiruan diantara pergelangan kaki Mike hingga ke tumitnya.

Diah merdehem. "lu tahan sedikit ya..!" ujar Diah mulai mengurut, memutar pergelangan kaki Mike dan mata laki-laki berambut coklat tua itu tak berhenti memandangi wajah ayu nan cantik milik Diah. Bibirnya menyunggingkan seulas senyuman manis, tetapi..

"Aaaargh.." lolongan panjang rasa sakit Mike terdengar keseantero hutan. Tak berapa lama..

"Udah..!" Kata Diah seolah tidak terjadi apa-apa pada Mike yang kesakitan setengah mati. "coba lu gerakin." kata Diah lagi agar Mike percaya.

"Wow.. Amazing..!!" kata Mike takjub. pergelangan kakinya tak terasa lagi sakitnya.

Mike dan Diah sedang membahas kaki Mike yang terkilir. Tapi diatas sana, suara lantang Austin sungguh menyakiti telinga. Berteriak memanggil Mike tanpa jeda. Kuatir, cemas, was-was, itu yang saat ini Austin rasakan pada keselamatan Mike. Ia menyenter seluruh bagian bawah tempat Mike terjatuh. Itu Austin, tapi tidak dengan Mike..

"Kalau kaki lu udah gak apa-apa.., gue pergi..!" kata Diah membuat Mike gelagapan. Diah pergi dan Mike mengikutinya. Ia tetap berusaha untuk mendapatkan nama dari Diah yang baru saja ditemuinya.

"Tunggu..! Kita kan belum kenalan..!!" Kata Mike bersikukuh untuk mendapatkan nama dari Diah. Entahlah, mendadak Mike begitu menyukai Diah. Wajah yang menurut dirinya cantik, menggugah batinnya saat ini.

"Mikeee.. hei.. jawab gue. Lu gak apa-apa kan dibawaaah..?!" Teriak Austin.

"Ya.., gue gak apa-apa." Balas Mike berteriak. "Ternyata adik gue nyebelin banget sih..! Ganggu gue lagi kenalan sama cewek aja." Gumamnya kesal. Diah menggelengkan kepalanya dan pergi meninggalkan Mike yang masih komunikasi dengan adiknya diatas sana.

"Hei.. tunggu..!" Teriak Mike mengejar Diah yang sudah menjauh darinya. "Oke, kalau elu gak mau kasih tau nama lu.. gue tanya ini dimana?"

"Desa Melati." Jawab Diah singkat. Kakinya terus melangkah dengan mata lurus kedepan.

"Ok..! Terus, lu tau cara keluar dari desa ini?" Tanya Mike tak pedulikan Austin yang setengah mati cemasnya.

Adik laki-laki Mike memutar, mencari jalan lain menuju jurang tempat Mike terjatuh. "Elu jangan kemana-mana, gue segera turun ketempat elu." Menelusuri jalan setapak. Senter selalu menjadi teman setia dari awal perjalanan. Langkahnya mulai melambat saat jalan setapak tak lagi datar. Sedikit menurun dan berbatu. Bibirnya terus memanggil nama Mike yang sedang berusaha berkenalan dengan Diah.

Diah berhenti melangkah. Rasanya ia pengen marah sama laki-laki asing yang baru beberapa menit bertemu. Matanya menatap, ketampanan Mike membuat ia teringat dengan pangeran-pangeran dari buku dongeng yang ia baca semasa kecil dulu. Seperti Flynn di Film Rapunzel. Laki-laki tampan beralis coklat yang tebal. Rambut coklat tua dengan mata biru terang. Bulu-bulu halus dagu dan rahang menghiasi wajah tampan Mike kian terlihat.

Dada Diah mendadak berdegup kencang. Wajah Mike terlalu dekat dengan dirinya. Dengan wajahnya, deru nafas Mike mampu ia rasakan. Kadang memburu, kadang begitu kencang saat hembusannya mengenai pipinya.

Lalu dihati Mike, ia begitu terpesona dan mengagumi Diah. Wanita berkulit coklat, berambut hitam panjang tergerai. Angin mengembak-kan rambutnya, dan itu membuat Mike merasa Diah jodoh untuknya.

Wajah Diah memerah memikirkan laki-laki asing yang selalu ia harapkan bertemu. Begitu juga dengan Mike jantungnya berdegup kian tak menentu. Darah mengalir cepat hingga membuat pipinya kian memerah.

"Ada apa ini? Kenapa dada gue berdegup kacau kayak gini?" Pikir Mike dan Diah berbarengan.

"Elu.." kata Diah kemudian diam lagi. Mengatur nafas, mengatur degup jantungnya yang terasa susah untuk ditenangkan. "Tinggal lurus aja dari sini, terus, ambil kiri. Ambil jalan menanjak dan dari situ lu akan liat dimana kota berada." Tunjuk Diah mengarahkan jalannya.

Mike memperhatikan. Namun, hanya wajah Diah menjadi tujuan matanya.

"Elu dengerin gue kan?"

"Aaah.. iya.. iya gue dengerin elu, kok..!" Katanya tergagap, menegakkan tubuhnya yang sesaat tadi mencium aroma tubuh Diah yang wangi.

"Yakin?" Tanya Diah sedikit ketus. Mike mengangguk cepat.

Lalu sementara itu..

Austin sampai di bawah bukit. Tapi, matanya tidak menangkap sosok Mike dimana pun. "Mike.. Mike elu dimana?" Ia gusar, cemas dan sangat was-was. Pikirannya terfokus pada cerita temannya tentang harimau ganas di Indonesia.

"Jangan-jangan.. dia.. dia dimakan harimau?!" Austin semakin panik. Segala macem pikiran buruk menghantui otaknya. Berjalan mondar-mandir ditempat yang sama.

Menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatel sama sekali. "Aduuh, kalau Daddy dan mom tau, bisa-bisa gue di bejek-bejek." Bingung, gusar, cemas bahkan ia sangat ketakutan. Takut kedua orang tuanya akan menyalahkan dia.

"Gimana nih..? Apa gue cari aja ya? Tapi kemana? Gue kan gak tau daerah sini. Dan gue juga gak tau Mike pergi kearah mana..?!" Austin mengundi jalan mana yang harus ia tempuh untuk mencari Mike.

Namun ditempat lain..

Semua sudah dateng, tak ada yang tidak dateng ke acara rutin desa Melati tiap tahunnya. Begitu juga dengan Ayahnya Diah. Tak lama anaknya pergi meninggalkan acara ritual sebelum dimulai, dari kejauhan ayahnya Diah datang dengan setelah kemeja dan celana jeans. Kacamata selalu jadi aksesoris utamanya.

"Lho, pak Andrian udah dateng?" Tanya Susi, lalu matanya mencari sosok Diah. "Diahnya kemana, Pak?!"

"Diah..? Bukannya anak saya udah disini ya, mba Susi?" Adrian kebingungan. Ia mencari sosok Diah disekitar penduduk desa lainnya.

"Tadi Diah mau nyusul bapak, saya pikir bapak bareng Diah."

Adrian menggeleng. "Gak, saya tadi ada urusan sebentar terus kesini setelah urusan selesai."

"Jadi..?!"

"Mungkin ke sisipan dijalan. Diah pasti balik, kok, mba Susi." Jelas Adrian, walaupun ia bersikap tenang didepan Susi, tapi hatinya terlalu cemas pada anak semata wayangnya itu.

Dikejauhan, Akbar mendengarkan percakapan Susi dengan Adrian. "Jadi Diah gak ada..?!" Gumamnya cemas, berusaha tersenyum kala salah satu warga menegurnya. Ia meletakan gelas berisi es doger dimeja. Ia memisahkan diri dari kerumunan orang.

Akan tetapi, tiba-tiba saja hujan turun ditengah keramaian penduduk dan bintang yang hampir memenuhi langit yang hitam kebiruan. Dan disaat itu juga, tangannya ditarik seseorang.

"I..ibu..!"

Wanita berusia 48 tahun itu menatap tegas. Tak ada senyum yang mengembang di bibirnya.

"Kamu mau kemana sih, hujan-hujan begini? Bukannya berteduh."

"I..ya bu, tadi Akbar mau ada urusan sebentar."

"Ngapain?" Tanya ibunya lagi, lebih serius. Jawaban anaknya terlalu minim deskripsi.

"Mau cek warga yang belum kumpul."

"Untuk apa?" Kali ini lebih singkat. Akbar sangat hafal ibunya, bila sudah bertanya satu penjelasan pun masih kurang buat ibunya.

"Ya.. gak apa-apa. Cuma kan Akbar panitia, jadi harus aktif ngecek warga yang belum dateng."

"Masih ada panitia yang lain kan?" Akbar mengangguk. "Ya udah, suruh aja yang lain. Kamu disini dan ngurusin keadaan disini." Tegas ibunya hanya dijawab dengan anggukkan kepalanya. Dengus nafas terdengar sangat pelan. Akbar tampak kecewa tidak bisa bertemu Diah.

****

Hujan semakin membesar, Mike dan Diah berlari berlawanan arah dengan Austin. Adik laki-laki Mike berlari ke arah pesta ritual desa. Sedangkan Mike dan Diah berlari mencari tempat teduh dengan jaket Mike sebagai penutup kepala mereka berdua.

Degh..

Degh..

Degh.. tabuhan suara jantung Diah sepanjang jalan. Baru kali ini dia sedekat dengan laki-laki. Bahkan laki-laki yang saat ini dekat dengannya adalah laki-laki asing yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu.

"Kita mau berteduh dimana?!" Tanya Mike, suaranya nyaris tak terdengar ditelinga Diah. Mata Diah melihat sekeliling, ada sebuah gubuk yang lumayan bagus untuk di jadikan tempat berteduh sementara oleh dia dan Mike.

"Disana saja..!" tunjuk Diah gubuk berdiri tak jauh dari dia dan Mike.

"oke.., kita kesana..!" Mike menyetujui usul Diah.

Semua pakaian mereka menjadi basah. Rambut Diah terlihat lepek dan begitu juga Mike. Jaket Mike tidak bisa melindungi tubuh keduanya dari guyuran hujan yang cukup lebat.

Diah sedikit menggigil, bibirnya membiru akibat kedinginan. Baju tipisnya tidak bisa menghangatkan tubuh Diah. Bahkan, baju itu terlaku tipis hingga membuat lekuk tubuh Diah terlihat menarik oleh mata Mike. Indah dan sempurna. Buah dada yang besar, juga bokong yang termasuk seksi dan menggairahkan. Pikir Mike mulai tak konsen dengan akal sehat. Namun Mike membuang semua pikiran kotornya.

ia menghampiri Diah, terdiam sejenak. Matanya kembali menatap tubuh Diah yang membelakangi dirinya. Bokong itu sangat menggiurkan, membangkitkan nafsu birahinya. "Gak, gue gak boleh begini..!" tekadnya. Mendekati Diah kembali.

"Pakai ini, elu pasti kedinginan." Usul Mike mengenakan jaketnya ketubuh Diah yang semakin membiru. Diah menatap Mike, disaat itu juga pandangan mereka beradu. Saling tatap, cukup lama.

Sayangnya, Diah mengalah dari tatapan itu. ia tidak berani menatap laki-laki yang sangat mirip dengan Flyn di film Rampuzel. Namun..

Aksi Mike diluar dugaan Diah. Ia berani menyentuh dan kemudian di balikan kembali tatapan mata Diah kearahnya. "Lu tau gak, kalau elu sangat cantik..!" puji Mike, namun Diah tidak bisa menyembunyikan perasaan malunya dari Mike. Laki-laki itu tetap menahannya agar tetap pada posisinya, menatap Mike.

Lagi, aksi Mike membuat Diah sedikit kaget. Bahkan dua kali lebih kaget dari yang tadi. Bibir keduanya saling beradu. Mike melumatnya lama, bahkan dia tidak membiarkan Diah melepaskan bibirnya dari adegan itu.

Plaaaak..

tamparan keras membekas dipipi Mike, kemerahan. Mike mengelus pipinya yang perih itu. "Jaga ya, sikap elu itu.. ini bukan negara eli, jadi jangan pikir elu bisa seenaknya cium-cium gue. NGERTI..!!" Kata Diah emosi. Ia membuang muka dan pergi begitu saja ninggalin Mike dan duduk berjauhan sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Di luar, hujan masih sangat deras. Entah mengapa, hari ini Mike begitu sangat ingin memiliki wanita di hadapannya. Jaket yang sesaat tadi Mike kenakan ke tubuh mungil Diah di lempar kelantai.

Ini memang salahnya, namun, ia tak bisa lepas dari pandangan tubuh Diah yang begitu menggoda. Batinnya sedang melawan nafsunya, Ia berusaha menjaga imagenya, membuang segala pikiran kotornya. Di palingkan wajah dari buah dada ranum ke wajah Diah yang sedikit kebiruan, Mike tidak tega melihat. Ia berjalan dan mendekati kembali Diah..

"Lu benaran bisa sakit kalau elu paksain gak pake jaket gue ini..?!" Ujar Mike memberikan jaketnya. Diah melirik sebentar lalu membuang kembali pandangannya.

"Gak butuh.."

Mike menarik tangan Diah dan..

Degh..

Degh..

Tubuh Diah jatuh, jatuh tepat dipelukan laki-laki bertubuh tinggi dan besar itu. Saling bertatapan sebentar, lalu Diah lagi-lagi berdiri dan cepat-cepat menyadarkan lamunannya. Ia hanya tak ingin larut dalam hayalannya tentang Mike. Namun Mike, kali ini ia tidak bisa menahan diri untuk kesekian kalinya..

"Jangan lagi elu menolak gue..!" Bisik Mike, suaranya sangat menggoda.

Ciuman itu kian memanas. "Lepasin..!" pekik Diah. "Jangan macem-macem..!" Peringat Diah sambil menunjuk, wajahnya semakin kesal dengan sikap Mike.

Berjalan kearah pintu, ia ingin pergi dari gubuk itu. Tapi hujan terlalu besar, ditambah lagi keadaan jalan sangat gelap untuk di lalui.

Rupanya, Laki-laki tampan itu tidak menyerah pada penolakan Diah, ia yakin Diah juga menginginkan kehangatan tubuhnya. Mike menghampiri kembali Diah yang membelakanginya. Ia berhenti sejenak, lalu diciumnya aroma tubuh Diah yang begitu menggairahkan. Tanpa sadar, Mike mulai memeluk Diah. Erat. Seakan tak ingin melepaskan Diah untuk kesekian kalinya.

****

Bersambung..