Chereads / Kisah Cinta Settingan / Chapter 6 - Skandal lain (3)

Chapter 6 - Skandal lain (3)

"Wow, mereka sedang apa?".

"Coba sedikit di zoom, please..".

"Tunggu sebentar, itu kan artis,".

"Ya benar, itu penyanyi Jovan Alexander".

"Ah, Jovan Alexander???".

"Astaga, mata gue enggak salah, itu beneran Jovan".

"100% yakin kalau itu Jovan".

"Jovan Alexander!".

"Heol!!! (ยน) Jovan penyanyi idola gue!".

"Bukannya beberapa minggu yang lalu dia baru saja tertangkap pacaran sama laki ya?".

"Minggu lalu laki, sekarang sama cewek, apa dia biseksual?".

"Hmmm, mencium gosip baru..".

"Tidak perlu di zoom, itu pasti Jovan,".

"Apa dia sedang tidak ada kerjaan, pacaran disana sini".

"Screenshot.. Save.. Sebentar lagi pasti rame di lambe-lambe nihh".

"Alhamdulillah, Jovan cowo straight ternyata!".

"Apa cuman gue disini yang enggak ngerti ada apaan?".

"Wow, apa Jovan udah insaf enggak demen laki lagi?".

"Siapa perempuan itu, apa dia pacarnya?".

"Hmmm, another gimmick or another scandal??".

"Apa ini live?".

Berpuluh-puluh chat langsung masuk di siaran live di sosial media lelaki muda itu. Lelaki itu pun mendekatkan ponselnya sehingga wajah Jovan terlihat jelas, sementara gadis yang masih berbaring di atas tubuh Jovan menundukkan wajahnya, dia panik bukan main. Tanda sadar gadis itu langsung menarik jaket Jovan, menutup wajahnya dengan jaket itu dan menenggelamkan wajahnya di dada Jovan. Mereka berdua sangat panik. Siaran itu live, entah berapa pasang mata yang sudah menjadi saksi video live itu. Jovan segera menepis ponsel lelaki muda itu dengan kasar, yang jaraknya hanya tinggal beberapa puluh senti saja dari tempat dia berada. Ponsel itu terlempar cukup jauh, lelaki muda itu terkejut, sedikit marah, dia berbalik mengambil ponselnya. Siaran live nya kali ini begitu sensasional, mana mungkin dia stop begitu saja. Saat lelaki itu berbalik, Jovan segera berdiri, tanpa sadar dia mengangkat tubuh mungil gadis yang masih ketakutan diatas tubuhnya. Jovan bisa merasakan tangan gadis itu terasa dingin dan gemetaran, sepertinya dia ketakutan sekali, batin Jovan. Gadis itu memekik cukup keras karena terkejut badannya terangkat tiba-tiba, dia memegang erat jaket Jovan, mencoba tetap menutupi wajahnya. Gaunnya sudah tersingkap kemana-mana. Gadis itu bahkan tidak sadar kalau sekarang setengah pahanya sudah terlihat. Badannya menempel penuh pada Jovan, dia takut sekali. Kejadian ini sungguh di luar bayangannya.

"Stop rekaman videonya!" teriak Jovan pada lelaki muda itu. Wajahnya marah sekali, mata Jovan berkilat-kilat karena emosi. Lelaki muda itu baru saja mengambil ponselnya yang ternyata terlempar cukup jauh, dia mengecek sebentar ponselnya karena hempasan ponselnya itu cukup keras tadi. Ponsel itu adalah harta yang berharga bagi dirinya.

"Stop rekaman videonya, atau kamu bisa saya tuntut!" teriak Jovan lagi. Di samping Jovan, sang gadis menunduk sedalam-dalamnya sehingga wajahnya sama sekali tidak terlihat, tertutup dengan rambut panjangnya, dia bergeser sedikit demi sedikit sampai akhirnya berada tepat dibelakang tubuh Jovan, seluruh tubuhnya yang kecil tertutup oleh tubuh Jovan, dia masih memegang jaket Jovan, ketakutan, tangannya gemetaran hebat, Jovan masih merasakannya.

Sementara lelaki muda itu masih tetap mengarahkan ponselnya ke arah Jovan, rekan-rekannya juga kini ikut melakukan hal yang sama, ada dua rekannya yang mengurungkan niatnya setelah mendengar kata "tuntut" keluar dari mulut Jovan barusan.

"Apa kamu tidak dengar apa yang saya bilang, stop merekam saya!" teriak Jovan lagi, bertambah marah. Dia langsung mengambil ponselnya, ikut merekam wajah para lelaki muda yang ada dihadapannya. Melihat kelakuan Jovan, para pemuda itu tersentak, sekarang wajah mereka satu persatu ada di rekaman ponsel Jovan, mereka segera menurunkan ponselnya dan menghentikan rekaman videonya.

"Saya pastikan, besok wajah kalian ada di media karena saya karena saya juga pastikan kalau kalian saya tuntut karena mengambil dan menyiarkan video tadi!" ancam Jovan dengan marah, dia keluar dari ruangan kamar mandi itu dengan penuh luapan emosi. Gadis disampingnya mengekor langkah Jovan dengan cepat. Dia memegang erat jaket Jovan, seakan takut Jovan akan meninggalkan dirinya. Mereka keluar dari sana, Jovan mendorong beberapa tubuh lelaki muda yang masih terpaku, sepertinya mereka masih bingung dan terkejut setelah mendengar kalimat Jovan sebelumnya. Di ujung satu lagi, lelaki muda yang sebelumnya masih sibuk merekam Jovan, sudah mematikan siaran live nya. Tubuhnya bergetar hebat. Dia menyesal mengapa tadi tidak langsung menghentikan siarannya, bukan tambah bersemangat tadi.

"Apa kita akan masuk penjara?" tanya salah seorang dari mereka.

"Gue enggak mau masuk penjara, kalau ada apa-apa gue enggak ikutan, ini semua salah elu!" hardik lelaki satu lagi, sebelumnya dia tidak jadi merekam, dia hanya berharap wajahnya tidak terekam di dalam video Jovan karena dia berada di barisan paling belakang. Mendengar kalimat temannya, lelaki muda yang sebelumnya merekam Jovan merasa marah, dia melangkah ke arah temannya itu dan mendorongnya dengan keras.

"Sudah tenang dulu, mungkin itu artis cuman ancem kita aja" lerai seorang lagi. Mereka kesini untuk bersenang-senang, mengapa malah jadi seperti ini.

Di tempat lain, Jovan berjalan cepat meninggalkan bar itu, di belakangnya masih ada gadis itu, dia masih tetap memegang jaket Jovan, langkahnya hampir berlari karena kaki pendeknya tidak sanggup mengimbangi langkah Jovan kalau hanya berjalan.

"Aaaw!" teriak gadis itu, dia hampir tersandung sepatunya sendiri. Berlari dengan sepatu bertumit sedang sangat sulit, apalagi gadis itu tidak terbiasa memakai sepatu seperti ini.

Pekikan gadis itu dan tarikan cukup keras pada jaketnya, membuat Jovan sadar ada orang lain bersamanya. Dia bahkan belum mengenal siapa gadis itu. Jovan membalikkan badannya melihat keadaan gadis itu. Karena Jovan membalikkan badannya tiba-tiba gadis itu terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang, sayang langkah terakhirnya tidak stabil sehingga dia hampir saja terjatuh, Jovan menangkap lengan gadis itu dan membantu gadis itu agar tidak terjatuh. Jovan dapat merasakan lengan gadis itu teraba dingin, dia juga masih gemetaran. Pasti gadis ini sangat ketakutan dengan semua kejadian tadi, pikir Jovan dalam hati. Pria itu membuka jaketnya dan memberikan pada gadis itu untuk dipakai.

"Maaf, kamu ketakutan sekali ya?" tanya Jovan, dia memakaikan jaketnya ke tubuh mungil si gadis, karena gadis di hadapannya ini hanya diam dan menundukkan wajahnya.

"Pakai dulu jaketnya, badan kamu dingin" ucap Jovan lagi. Dia mengaitkan retsleting jaketnya agar tidak terlepas, jaket itu menutupi seluruh tubuh si gadis.

"Apa video itu akan tersebar?" tanya gadis itu, suaranya akhirnya terdengar, sangat pelan, sama seperti tubuhnya, suara gadis itu juga bergetar.

"Siapa nama kamu?" tanya Jovan dengan lembut, dia merasa kasihan pada gadis itu. Bila dilihat dari penampilannya, gadis itu sepertinya gadis baik-baik, mungkin dia hanya ikut-ikutan temannya ke bar ini.

"Mi.. Mira" jawab si gadis yang mengaku bernama Mira.

"Tenang aja Mir, aku pastikan video itu enggak bakal kesebar dan orang-orang brengsek tadi pasti dapat hukuman" ucap Jovan berusaha menenangkan Mira.

"Ayo, aku antar kamu pulang" ajak Jovan, dia menyetop taksi yang lewat, gadis itu mengikuti Jovan dengan patuh, dia rasa mengikuti Jovan adalah pilihan terbaik, kalau dia masuk kembali ke dalam bar dan bertemu para lelaki tadi, sudah pasti akan menambah masalahnya.

Di dalam bar, seorang gadis muda berkeliling kesana kemari mencari temannya. Dia mencari ke semua sudut bar, tapi tidak menemukan temannya itu.

"Duh, itu anak kemana sih?" ucap gadis itu. Tanpa dia tahu orang yang dia cari sedang naik taksi bersama Jovan.

____________

Halo, up baru

semoga suka

gimana? makin penasaran ga sama ceritanya??

semoga suka ya

terimakasih atas dukungannya untuk cerita saya ya

tenang.. sebentar lagi bakal up dua chapter lagi, sabar yaa

Happy reading