(Beberapa jam sebelumnya)
Cinta, gadis berusia 22 tahun yang saat ini masih menjadi mahasiswa arsitek itu, baru saja menyelesaikan tugas kuliahnya ketika teman seangkatannya, Filda menyapa dirinya. Cinta memang lebih suka menyelesaikan tugas saat masih di kampus, biasanya setiap malam dia ada pekerjaan paruh waktu, tapi malam ini Kasih memutuskan untuk istirahat. Badannya sudah terlalu lelah, dia tidak bisa lagi memaksakan tubuhnya untuk terus-menerus bekerja.
"Cinta, entar malam ke pesta ultahnya Revita yuk?" ajak Filda. Gadis manis itu sedang mencari teman untuk pesta nanti malam. Filda bukan gadis yang percaya diri, dia selalu merasa ada yang salah dengan dirinya. Kampus mereka adalah kampus di universitas yang cukup bergengsi, banyak orang terkenal atau anak pejabat yang berkuliah disana. Filda selalu merasa dirinya hanya masuk ke grup mahasiswa biasa, padahal Ayahnya punya jabatan yang cukup penting di pemerintahan. Berkali-kali Filda selalu mencari cara untuk ikut dalam pergaulan para mahasiswa populer di kampusnya. Pesta Revita ini salah satu caranya. Siapa tahu nanti disana dia bisa
"Ah, gue kayanya enggak diundang." balas Cinta, rasanya Revita, mahasiswa paling populer sekampus itu tidak mengundang dirinya, pikir Cinta.
"Yaelah, diundang semua kali" balas Filda lagi.
"Ada di chat group, lu pasti enggak baca ya?" lanjut Filda lagi. Dia buru-buru membuka ponselnya, memperlihatkan chat berisi undangan dari empunya hajat, Revita. Kasih hanya membaca sekilas dengan wajah datar, Cinta tidak sedikitpun tertarik.
"Alah, itu mah buat geng dia aja kali, mana mungkin macem gue gini diundang" balas Cinta, sambil membereskan barang-barang bawaannya, di kepalanya sudah terbayang tidur di atas kasur di kamar kosnya yang tidak empuk memang, tapi setidaknya malam ini dia bisa tidur lebih awal. Lagipula pestanya di bar, bukankah itu tempat dimana orang banyak yang mabuk, mungkin saja ada yang menggunakan narkoba juga di tempat seperti itu, pikir gadis itu. Cinta teringat pesan ibunya untuk selalu menjaga diri dan sebisa mungkin tidak pergi ke tempat yang bisa membuat dirinya terlibat hal-hal jahat.
"Ih, sini gue baca deh, semua teman diundang di acara ulang tahun gue ya" ucap Filda lagi sambil menunjukkan tulisan di ponselnya, memaksa Cinta untuk membacanya.
"Neng, please, itu acara buat geng nya, dia tulis begitu, tapi di ujungnya sebenernya dia pengen ngasih tau kalau mahasiswa remahan rengginang macem gue kalau bisa enggak perlu datang, lagian acara begituan gue ga punya baju yang cocok, baju gue baju kampus semua, so.., bye!" balas Cinta lagi, dia beranjak pergi sambil melambaikan tangan pada Filda.
"Yah, Cintaaa...!!," teriak Filda, ikut beranjak dan melangkah pergi mengikuti langkah kaki Cinta. Melihat Filda mengikuti dirinya, Cinta mempercepat langkahnya. Tapi percuma, langkah kaki Filda dengan cepat menyusul langkah kaki Cinta.
"Cin!! Pleaseeee?" pinta Filda lagi.
"Fil, hari ini gue cuman pikir satu hal di otak gue, tidur, itu aja. So, pleaseee sekali jangan ikutin gue lagi karena gue mau cepet pulang dan tidur di kasur kos gue, sampai besok!" jawab Cinta, kembali melambaikan tangannya.
"Kalau gue bayar elu?" ucap Filda tiba-tiba. Langkah Cinta berhenti. Dibayar, ulang Cinta dalam hati. Dibelakang, Filda tersenyum miring, Cinta paling tidak bisa mendengar kata dibayar atau uang, maklum saja Cinta termasuk dalam mahasiswa penerima beasiswa, uang adalah masalah terbesar dalam hidup Cinta. Ayahnya sudah tidak ada, hanya tersisa Ibu, satu-satunya sumber mata pencaharian di keluarga mereka. Walaupun sudah mendapat beasiswa untuk kuliah, Cinta tetap harus bersusah payah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan melakukan pekerjaan paruh waktu. Saat ini Cinta bahkan punya dua pekerjaan paruh waktu yang dia kerjakan selang-seling setiap harinya.
"Bayar?" tanya Cinta, matanya berbinar-binar, dia yakin Filda bisa membayar dia dengan jumlah yang cukup besar. Cinta tahu Filda salah seorang gadis dari keluarga berada di kampusnya. Mungkin uang bulanan Filda setara dengan uang beasiswa yang dia terima setiap semesternya.
"Iya, gue sewa elu buat temenin gue hari ini" jelas Filda lagi.
"Oke, bayar berapa?" tanya Cinta, penasaran. Dia melipat tangannya didepan dada.
"Gue traktir makan siang selama 1 minggu full, gimana?" ucap Filda, memberi penawaran pada Cinta, tapi Cinta menggelengkan kepalanya. Hanya makan siang tidak bisa menggantikan waktu istirahat siangnya hari ini yang sangat berharga.
"No, thank you, gue skip" balas Cinta, menggeleng dengan tegas.
"Ok, fine. Gue bayarin kos elu sebulan plus traktir makan siang selama satu minggu, gimana?" ucap Filda, akhirnya. Kos satu bulan rasanya tidak terlalu mahal, apalagi Cinta tidak tinggal di tempat kos mewah, hanya rumah kos-kosan sangat sederhana yang letaknya juga sedikit jauh dari kampus.
"Ok, tapi makan siang dua minggu, kalau enggak gue enggak mau" balas Cinta lagi. Berharap dalam hati Filda menolak permintaannya dan dia bisa tidur siang hari ini.
"Ok, deal!" balas Filda, dia langsung menarik tangan Cinta untuk pergi.
"Mau kemana?" tanya Cinta kebingungan. Dia berjalan lebih cepat menyusul langkah kaki Filda.
"Rumah gue, kita dandan yang cantik, lu enggak mau kan datang dengan penampilan kaya gini?" tanya Filda. Cinta mengiyakan saja, yang penting sebulan kedepan keuangannya aman karena dia tidak perlu membayar uang kos, batinnya.