Pagi itu jalanan mulai ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang mengejar jam waktu kerja. Terlihat pula, beberapa siswa mengantri dan menunggu bus sekolah tiba. Namun, aku dan Jianghan masih berdiri di pinggir perempatan menuju sekolah dengan mendorong sepeda. Menanyakan suatu hal yang tak perlu tuk ditanyakan dan membosankan.
"Mengapa kau diam?" tanyaku dengan ketus. Jianghan mulai menelan ludahnya, kurasa pagi ini ia salah menanyakan suatu hal padaku. Aku sangat sensitif dengan berita kemarin.
"Mengapa kau ingin menanyakan hal itu padaku? Apa penjelasanku kurang jelas padamu?!"
"Maaf, bukan maksudku ingin ikut campur dengan urusan hatimu. Tapi, aku hanya ingin menanyakan hubunganmu dengan Zhai Lian. Kau tahu, satu sekolah mengetahui hal ini bahkan beberapa rumor pun telah beredar pasca kau pulang dengannya kemarin. Bahkan beritamu sudah tersebar di media sekolah." jelasnya yang membuatku menatap kaget.
"Rumor? Media? Apa yang kau maksud?" sidikku sekali lagi
"Ah sudah lah, lupakan saja. Bicara denganmu sama saja aku bicara dengan batu. Tak pernah mengerti." ucapnya bernada kesal sembari mengayuh sepeda meninggalkanku.
"Seharusnya aku yang melakukan hal ini padanya, dia yang memancing kekesalanku tetapi dia juga yang pergi. Memang sosok pria yang tidak tahu diri."
Kukayuh sepedaku menuju sekolah sembari kunikmati sepoi-sepoi angin sejuk menerpa wajahku. Sungguh pagi yang ceria, kali ini aku akan menjalankan hariku sesuai arahan pada Bab 4 buku cinta.
Chapter 4 : "Cobalah untuk tetap tersenyum dan jangan terus mengeluh dengan keadaan. Karena senyum akan membuat inner beauty-mu terpancar."
Suasana sekolah mulai ramai, terlihat sepeda Jianghan juga sudah terparkir di halaman, sepertinya dia mengayuh sepedanya dengan sangat cepat hingga sampai di sekolah tepat waktu.
"Itu bukannya kekasih Zhai Lian?"
"Benar, dia siswi terbawah, cantik tapi otaknya tidak. Bagaimana bisa Lian menyukainya?"
"Kurasa dia menggunakan ilmu sihir untuk memikat Zhai Lian. Kau tahu kan, Lian itu pria yang sempurna, bagaimana bisa dia mau dengan wanita seperti dia."
Terdengar lagi desas desus suara yang membuat kedua telingaku semakin panas, lagi-lagi aku menjadi bahan gossip satu sekolah. Aku mulai menghela napasku sembari terus memancarkan energi positif dengan memasang sedikit senyuman. Aku tak ingin terpancing dengan keadaan yang tak kulakukan.
Terlihat beberapa siswa dan siswi mulai berkerumun di depan papan pengumuman, Sepertinya ada sesuatu yang mencuri perhatian mereka. Kulangkahkan kakiku tuk menghampiri sekerumunan itu, namun seseorang menarik tas ranselku dan menahanku untuk mendekati beberapa siswa yang ada di sana. Ia menarik pergelangan tanganku dan membawaku ke suatu tempat yang lebih sepi dari siswa.
"Mau dibawa kemana aku?" tanyaku pada seorang pria yang memalingkan wajahnya dan mendudukanku di sebuah kursi panjang dekat halaman sekolah.
"J-Jianghan? Apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan menatap Jianghan yang tengah berdiri di depanku sembari menoleh ke kanan dan ke kiri memeriksa lingkungan sekitar.
"Pegang tanganku." ucapnya yang mengulurkan tangannya ke arahku. Aku hanya diam dan terperangah menatapnya.
"Cepat, pegang saja tanganku. Jika kau ingin selamat." ucapnya sekali lagi dengan mata yang terus menatapku.
"Apa maksudmu?" tanyaku yang kebingungan dengan sikap Jianghan yang tiba-tiba saja memintaku untuk menggenggam tangannya.
Tanpa banyak kata, Jianghan mulai menggenggam erat jari jemariku dan mengajakku untuk berjalan bersamanya. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku menggenggam tangan Jianghan dan berjalan beriringan dengannya. Bisa kurasakan gesekan tanganku dan tangannya. Apakah ini yang dirasakan setiap gadis ketika berpegangan tangan dengan kekasihnya? Kulihat senyum manis terpancar indah dari wajah Jianghaan. Lagi lagi Aku…aku jatuh cinta padanya.
"Ikuti alur mainku. Kau tak ingin menjadi bahan pembicaraan satu sekolah, bukan?" ucapnya yang membuatku mengangguk pasrah karena aku tak mampu lagi tuk berkata. Mataku terus menatap gandingan tangan yang membuat jantungku semakin bergejolak. Mungkinkah ini yang dinamakan gejolak asmara?
Jianghan mulai mengajakku berjalan menghampiri sekerumunan itu, aku terus mencengkram erat tangannya seakan aku tak mau ia lepas dari genggamanku.
Tiba-tiba ia menoleh ke arahku, "Percayalah, kau tidak akan apa-apa."
Terlihat beberapa siswa mulai menatap aneh ke arahku dan Jianghan.
"Mengapa dia bersama Jianghan? Bukankah dia kekasih Zhai Lian?" beberapa orang mulai bergumam heran. Betapa terkejutnya aku melihat sebuah informasi yang tertempel di papan pengumuman. Itu beritaku pulang bersama Zhai Lian, kira-kira siapa yang berani memotretku dan membuat berita palsu seperti ini?
Dalam berita itu tertulis, "Zhai Lian berhasil mengencani gadis kelas F, Yuan Lin." Dan "Benarkah Zhai Lian Memacari Yuan Lin?"
Kurobek kertas yang tertempel di sana, dengan wajah yang memerah dengan penuh emosi kuremas robekan kertas itu dan menjatuhkannya ke lantai. Terlihat Jianghan pun ikut menarik beberapa informasi yang masih tertempel. Kepalaku kembali tertunduk. Kali ini tak boleh ada air mata yang jatuh menetes dan merusak hariku.
"Mengapa kalian mudah terpengaruh dengan berita murahan seperti ini? Apa kalian sudah menanyakan kebenarannya kepada dua belah pihak?" ucap tegas Jianghan yang membuat beberapa siswa terdiam membeku.
"Apa kalian tahu, dengan adanya berita palsu ini kalian akan dilaporan ke polisi atas pencemaran nama baik?" tambahnya yang membuat sekerumunan siswa semakin terdiam.
Kepalaku kembali terangkat, "Jianghan melindungiku?" gumamku dalam hati sembari menatap punggungnya yang berdiri menutupiku.
"Pergilah, tanya saja pada Zhai Lian. Yuan Lin ada bersamaku." ujar Jianghan yang membuat beberapa orang terkejut. Ia kembali menggenggam erat tanganku hingga membuatku terperangah begitu juga beberapa gadis yang ikut terkejut dengan pernyataan Xiao Jianghan. Terlihat dua sahabatku berdiri kokoh tanpa bergeming menatapku yang bergandengan tangan dengan Jianghan. Tanpa basa-basi Shu In pun memotret kami ketika kami saling berhadapan. Siswa-siswi pun mulai membubarkan barisan karena ucapan Jianghan.
Jianghan mulai melepaskan genggaman tangannya, "Maaf, tak sepantasnya aku seperti ini."
"T-tidak. Aku yang minta maaf, karena diriku kau selalu ikut dalam masalahku. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu, Jianghan." balasku yang mencoba menyodorkan sedikit senyuman
Terlihat Jianghan mulai menghela napasnya, "Kau memang selalu merepotkanku. Jadi, tak usah heran, itulah hidupmu."
Jianghan bergerak pergi meninggalkanku ketika ia mengetahui Shu In dan Fen sudah menungguku.
"Apa yang dia katakan barusan itu sungguh luar biasa." ucap Shu In dengan nada takjub,
"Maaf Lin, aku juga sudah memotretmu dengan Jianghan ketika kau bergandengan tangan. Kurasa rasa cintamu akan segera tersampaikan." tambahnya sekali lagi yang membuatku tersenyum kecil dan tersipu malu sembari kupandangi tangan kananku yang baru saja digenggamnya.
Namun, Fen hanya diam tanpa sepatah kata sembari terus memandangi Jianghan yang berjalan pergi, seakan ada suatu hal yang sedang ia curigai dari gerak-gerik Jianghan.
"Fen, apa kau baik-baik saja?" senggolku yang mencoba membangunkan lamunannya.
"Ya, aku baik-baik saja." jawabnya dengan sedikit senyuman, namun matanya masih menyidik sesuatu hal yang janggal diantara poster berita itu dan sikap Jianghan padaku.
Dalam pikiran Fen ia mulai menduga-duga, "Kurasa ada suatu hal yang aneh dibalik tragedi ini, Aku harus menyelidiki siapa dalang dibalik semua berita palsu ini. Mungkinkah ini ulah Girls Out (Min Lilly CS), Xiao Jianghan atau mungkin Zhai Lian sendiri?"