Suasana sekolah hari ini sedikit bising karena insiden pagi tadi. Bahkan dari kelas 1 hingga kelas 3 pun berani membicarakan berita sampah tentang diriku dan Zhai Lian. Aku tak tahu mengapa ada seseorang yang berani menyebarkan berita senonoh tanpa adanya bukti kebenaran seperti itu. Siapapun dia, aku mengutuk setiap langkahnya, sungguh tak sopan.
"Yuan Lin, aku tahu aku bukan tipe idealmu. Tapi, mengapa kau memilih Zhai Lian sebagai labuhan hatimu? Jika itu Jianghan aku masih bisa menerimanya, tapi jika kau mengidolakan Zhai Lian. Aku bagaikan langit dan bumi dengannya." rengek Liao Jin yang berdiri di hadapanku, aku bisa merasakan kepedihan hatinya tentang berita itu. Sorot matanya sendu seakan mengharapkan sesuatu dariku.
Aku tahu, Liao Jin adalah salah satu pria yang tulus padaku bahkan perasaannya sudah ada sejak kami duduk dibangku kelas satu, tapi entah mengapa aku tak bisa menerima perasaannya begitu saja. Jahat, memang kurasa aku terlalu jahat padanya.
"Yuan Lin, jawab aku apa berita itu benar? Kau telah menjadi rumah bagi hati Zhai Lian?" tanyanya yang kali ini mencoba tuk menahan sesak dalam dadanya. Aku masih terdiam seakan tak mampu tuk berkata, melihat wajahnya yang lesu aku semakin tidak tega.
"Jawablah, Lin apapun jawabanmu, aku dan hatiku siap mendengarnya." timpalnya dengan menyodorkan sedikit senyuman dalam bibirnya.
Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak, semua berita itu bohong. Aku tidak pernah berpacaran dengan Zhai Lian. Ini penipuan."
"S-serius? Kau tidak berbohong padaku, kan?"
"Tidak. Apa aku pernah membohongimu, Jin? Aku bicara apa adanya bahkan aku ingin segera tahu siapa dalang dibalik semua keonaran ini." jawabku dengan mengepalkan jari jemariku di atas meja. Kulirik senyuman riang milik Liao Jin kembali hadir, kurasa hatinya mulai tenang sekarang. Melihatnya tersenyum sumringah, membuatku ikut tersenyum. Ternyata membuat orang lain bahagia itu mudah.
"Kurasa ada suatu hal yang aneh dibalik semua peristiwa ini." sahut Fen yang menompang dagunya seakan ada sesuatu di kepalanya.
"Aneh? Apa yang aneh?" tanya Shu In
"Aku merasa bahwa peristiwa ini sudah direncanakan. Pertama, kau bilang bahwa Zhai Lian merasa kehilanganmu jika kau tak memberikan pesan padanya bahkan ia juga mengatakan bahwa ia merindukanmu benar kan, Lin?" sidik Fen yang mulai membuatku mengingat sesuatu.
"Iya, benar. Dia pernah bilang demikian padaku dan mengajakku untuk pulang bersama bahkan ia juga menggenggam tanganku di depan umum hingga membuat satu sekolah gempar begitu juga dengan Min Lilly and the genk yang datang memarahiku." jawabku yang mulai ingat dengan beberapa peristiwa awal penyebab semua kejanggalan ini.
Fen memetikan jarinya, "Sudah kuduga. Ini sudah direncanakan. Ia juga mengajakmu pulang, bukan? Setelah kau pulang bersamanya, berita aneh inipun muncul dan memperkeruh suasana. Tapi, di sisi lain, Jianghan datang menyelamatkanmu. Ia juga melindungimu dari cacian seluruh siswi tentang dirimu bahkan Jianghan juga membantumu melawan berita hoax ini dan aku sangat curiga dengan gerak-gerik Jianghan yang tiba-tiba saja sikapnya berubah drastis padamu."
Semua orang terdiam, Fen kembali melirik lagi, "Kurasa ada suatu hal yang disembunyikan oleh Jianghan."
Fen terus menyidik dan mengusut semua kejadian dengan sangat rinci, nampaknya ia sangat cocok menjadi seorang detektif. Ada satu hal aneh dalam pikirku, apa mungkin Jianghan cemburu dengan semua berita hoax ini? Apa Xiao Jianghan, siswa yang dikenal pandai dan cuek itu jatuh cinta padaku? Aku mulai menghapus khayalanku. Aku tak mau terjebak dalam ekspetasi yang tak seharusnya terjadi.
"Jadi, semua ini karena Jianghan? Dasar pria kurang ajar, akan kuberi pelajaran dia!" ujar Liao Jin yang mulai tersulut emosinya dan mulai berdiri dengan mengepalkan jarinya, namun Shu In dan aku menahannya. Jika Liao Jin sampai memukulnya, ini akan menjadi hal yang berbahaya. Apa yang akan satu sekolah katakan tentang diriku.
"Kau ini, jangan gegabah. Kita belum tahu kebenarannya. Jika kau langsung memukul Jianghan, kau bisa mendapatkan hukuman juga." kata Shu In yang menahan tangan Jin dengan sangat kuat.
"Tapi, ini semua sudah jelas kalau dialah biang dari semua masalah ini. Aku sudah tak tahan lagi jika gadis yang kucintai dilukai seperti ini." tambah Liao Jin dengan nada yang kesal, aku mulai menahan dan menyentuh bahunya. Mendengar ucapannya hatiku mebali terguncang.
"Tenanglah, Jin tolong tahan emosimu dan duduklah." pintaku pada Liao Jin. Pria itupun menuruti semua perintahku dan duduk di sampingku dengan terus menghela napasnya.
"Lalu, siapa yang kau curigai?" tanya Liao Jin
"Aku curiga bukan hanya dengan Jianghan saja tetapi juga dengan Zhai Lian dan juga Min Lilly beserta antek-anteknya itu."
"Mengapa begitu? Zhai Lian dia pria yang baik, selama aku dengannya aku sangat nyaman." tanyaku
"Jangan melihat seseorang dari tampilannya saja, Lin. Entah mengapa ketiga orang ini yang sedari tadi ada di kepalaku. Aku ingin menyelidikinya."
"Tapi, Jianghan tak mungkin melakukan hal kejam seperti ini padaku, dia bukan tipe pria yang seperti itu." elakku dengan tertawa kecil menanggapi ucapan Fen.
"Who knows, Lin who knows. Kita tak pernah tahu apa yang ada di dalam pikiran dan hati seseorang, mungkin menurutmu dia baik tapi hatinya siapa yang tahu."
"Tapi, aku sungguh tak mempercayainya kalau Jianghan dalang dibalik semua permasalahanku selama ini. Dia pria yang sudah kukenal sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama dan aku tahu bagaimana sikapnya sebenarnya. Jadi, kurasa tak mungkin jika itu Jianghan." belaku atas semua pengetahuanku tentang Jianghan.
"Aku juga keberatan, walaupun Jianghan sering memperlakukan Yuan Lin dengan buruk tapi kurasa ia masih memiliki hati nurani dan tak mungkin melakukan hal serendah ini, apalagi menyebarkan berita hoax." tambah Shu In yang membuat argumenku semakin menguat.
"Aku tahu. Tapi kurasa iya, kemarin pasca kau pulang bersama Zhai Lian. Kau melihat Jianghan, kan Lin?" sidik Fen lagi yang menatapku dengan mata sipitnya.
"Iya, aku melihatnya sore itu tapi aku langsung pulang bersama Lian, sehingga aku tak memperhatikannya dengan jelas." jawabku. Terlihat Fen mulai menyeringaikan bibirnya dengan sinis seakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
Kembali pada kejadian sore itu, ketika Fen melihat Jianghan berdiri menatap Yuan Lin dan Zhai Lian yang pulang bersama. Di bawah langit yang menjingga dengan suasana sekolah yang hampir sepi. Terlihat Jianghan masih berdiri kokoh mengepalkan tangannya sembari terus menatap kearah Lian dan Lin yang mengayuh sepeda bercanda ria.
"Apa kau cemburu melihat Lin bersama Zhai Lian?" tanya Fen dengan melipat kedua lengan di dadanya sembari berjalan menghampiri pria pintar, Xiao Jianghan.
Jianghan mulai membalikan badannya dan mencoba tuk mengabaikan ucapan Fen, "Tahu apa kau."
"Aku bisa melihatnya, Jianghan. Kau tak perlu mengelak, kau tahu Yuan Lin juga menyukaimu. Jadi, jika kau cemburu mengapa kau tak mengajak Lin pulang bersama saja sejak awal? Dengan begitu, kau takkan merasakan patah hati yang sangat dalam."
Mendengar ucapan Fen, Jianghan hanya terdiam dan menganggap tak ada hal yang terjadi
"Bagaimana aku bisa lupa, kau itu seperti batu. Jadi, mana mungkin kau bisa merasakan apa itu cinta." tambah Fen dan meninggalkannya.
Sejak kejadian itulah Fen mulai mencurigai gerak gerik Jianghan.
"Itulah yang sebenarnya terjadi."
Mendengar cerita Fen membuatku terperangah kaget begitupun dengan Shu In dan Liao Jin.
"Jianghan cemburu?" ucap kami dengan bersamaan.
Fen mencoba mengangguk mengiyakan sembari menggerakan kedua alisnya ke atas dan ke bawah. Shu In pun menggelengkan kepalanya seakan tak percaya dengan semua keajaiban yang terjadi. Bagaimana bisa sang batu yang terkenal dingin dan cuek merasakan cemburu? Tak bisa dibayangkan.
"B-benarkah dia cemburu denganku?" gumamku dalam hati.