Chereads / INDESCRIBABLE FEELING / Chapter 40 - Lies and Liar

Chapter 40 - Lies and Liar

"Ada hati yang terus bertanya, ada cinta yang terus menggelora, apakah kau juga mulai menyukaiku, Jianghan? Letih hati menunggu jawaban yang tak pernah terucap dari sosok insan idaman. Haruskah kumenyerah pasrah dengan cinta yang tak terbalas?"

Hari ini sudah cukup masalah yang kuterima. Jam di dinding menunjuk pukul 10, bell istirahat mulai berdering nyaring. Sorak gembira siswa terdengar di seluruh ruangan menandakan jam makan siang mulai datang. Aku mulai memasukan buku ke dalam tas, kuhela lagi napasku, rasanya kakiku enggan melangkah ke kantin sekolah. Pasti seluruh siswa akan memandang aneh padaku.

Namun, kudengar suara bising dari luar kelas, diikuti dengan teriakan Felly Yang, teman sekelasku yang terus memanggil namaku sepertinya ada seseorang yang tengah mencariku.

"Yuan Lin, kemarilah Jianghan mencarimu!" teriak Felly Yang dari depan pintu kelas.

Aku menelan ludahku sembari memandang kedua sahabatku.

"J-Jianghan?" ucapku yang tak percaya dengan bibir yang bergetar. Fen mulai mendorong tubuhku untuk menghampirinya.

Kulangkahkan kakiku menuju depan pintu kelas yang tengah dikerubungi banyak orang. Ini pertama kalinya Jianghan menginjakan kaki di kelasku. Kulihat sosok pria berambut cepak dengan alis yang tebal, mata hitam lebam indah berdiri melipatkan kedua tangan di dadanya.

"Ada apa? Mengapa kau mencariku?" tanyaku dengan nada lirih sembari mata terus menatap kearah sekitar yang ramai orang. Beberapa orang tak percaya bahwa Jianghan si dewa belajar datang ke kelas terbawah untuk menemuiku.

"Aku takkan membicarakannya di sini, terlalu banyak orang dan aku tak suka." Jianghan mulai menarik pergelangan tanganku dan membawaku menuruni tangga menuju suatu tempat. Kedua sahabatku pun mengikutiku. Beberapa teman sekelas hanya terperangah melihat tingkah Jianghan yang membawaku pergi.

Jianghan menyandarkanku pada sebuah tembok dan ia berdiri dihadapanku. Adegan ini sama seperti drama yang kutonton. Aku menelan ludahku sembari memandangi mata Jianghan yang terus menatapku.

"Jauhi Zhai Lian, jika kau tak ingin menderita." ucapnya yang membuatku semakin was-was. Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Lian yang kukenal selama ini adalah sosok pria yang baik.

"A-apa maksudmu?" tanyaku yang terbata-bata menatap Jianghan yang terus menatapku.

"Jauhi Lian, dia tak pantas untukmu." tambahnya yang membuat pernyataan semakin jelas. Ucapannya membuatku kesal, kudorong tubuhnya dan kulangkahkan kakiku menuju kantin sekolah. Jianghan hanya menatapku dengan heran, aku tau dia tak menyukaiku tapi apakah harus ia mencampuri semua urusanku? Aku benar-benar menyesal mencintainya.

Di sisi lain, Fen masih terus menatap Jianghan yang sedari tadi terus mengikutiku hingga kantin sekolah. Memang tak seperti biasanya Jianghan bersikap demikian, seperti ada sesuatu yang ia jaga dan lindungi. Apakah benar itu Cinta?

"Yuan Lin, aku tak tahu apakah ini perasaanku atau bukan, tetapi sejak tadi kulihat Jianghan terus mengikuti dan memperhatikanmu." bisik Fen yang membuatku melirik Jianghan yang tengah duduk di kursi belakang.

"Ah, tidak. Itu perasaanmu saja." jawabku dengan santainya sembari memakan hidangan yang ada di piringku.

"Tidak, kurasa ada sesuatu yang ingin disampaikan tetapi dia enggan menyampaikannya padamu." tambah Fen yang membuatku berhenti mengunyah.

"Sebenarnya tadi apa yang ia bicarakan padamu hingga membuatmu pergi meninggalkannya?" tanya Fen lagi, pertanyaannya kali ini membuat kedua mata terbelalak kaget.

"Benar, sejak tadi kau hanya diam, tak bicara apapun pada kami." sahut Shu In yang ikut menatapku.

"Dia bilang aku harus menjauhi Zhai Lian jika aku tak ingin menderita dan dia juga berkata jika Zhai Lian tak pantas untukku." jawabku dengan menyanggah kepalaku.

"D-dia bicara seperti itu?" tanya Shu In yang ikut terbelalak kaget

"Pria macam apa dia, mengapa dia bicara kasar seperti itu. Kau harus sabar dalam mencintainya Lin, jika tidak kau akan semakin kurus karena ucapan pria batu itu." tambah Shu In yang mencoba menenangkanku dengan mengelus pundakku.

Terlihat Fen mulai menyidik sesuatu, "Kurasa ada sesuatu dibalik perkataannya. Apakah Zhai Lian pernah bersikap kasar padamu, Lin? Misal dia memarahimu, meninggalkanmu atau lainnya?"

Aku menggeleng, "Tidak pernah."

"Aneh sekali, mengapa Jianghan bisa berkata demikian?" Fen masih terus berpikir.

Di sisi lain, Jianghan mulai berdiri dari kursinya dan pergi setelah ia berbicara pada seorang pria. Ia melintas di hadapanku, bahkan kulihat seorang pria yang baru saja berbicara dengannya mencoba mendekatiku namun Jianghan hentikan dan terdengar desisan dari bibirnya "Sudahlah."

Fen masih menyidik satu sama lain, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku mengangkat bahuku sembari menatap Fen yang masih kebingungan. Kurasa hari ini sikap Jianghan memang agak aneh, apa benar ada sesuatu yang ia sembunyikan?

"Sudahlah, Fen. Tak usah kau hiraukan dia." ucapku padanya sembari menahan kesal yang kurasa.

Beberapa menit berselang setelah makan siang, Fen dan Shu In mengajakku untuk bersantai di bangku taman sekolah sembari berteduh di bawah pohon besar yang menjadi ikon go green sekolah. Hendak duduk bersama, tiba-tiba terdengar suara gaduh dan seorang wanita datang menghampiriku dengan napas yang terengah-engah.

"Yuan Lin, gawat!!" ucapnya yang agak terengah-engah karena berlarian mencariku.

"Apa? Apa yang gawat?" tanyaku yang ikut sedikit panik, begitupun dengan kedua sahabatku yang ikut terdiam dan kaget.

"Jianghan berkelahi dengan Zhai Lian di halaman." jawabnya yang membuatku beserta kedua sahabatku terperangah kaget.

"Antarkan aku kesana!"

Kami bergegas pergi dimana Jianghan dan Lian bertengkar. Tak habis pikir, sebenarnya apa yang terjadi. Jianghan memang pria pembuat kerusuhan, bisa-bisanya ia bersikap kasar seperti ini. Dengan tangan yang kosong kulihat Jianghan mulai menghantam wajah Lian hingga jatuh tersungkur, begitupun juga Lian yang menarik kerah baju Jianghan tuk melakukan perlawanan. Jianghan, sosok pria yang dikenal sebagai siswa teladan dengan penampilan yang rapi, kini berubah menjadi tak beraturan. Rambutnya kusut, pakaian hingga dasinya terlepas pun kini ia tak peduli.

"Jika kau menjadikan Yuan Lin sebagai bahan taruhanmu lagi, kau akan benar-benar berhadapan denganku. Kau dengar itu!" teriak Jianghan dengan keras sehingga membuat beberapa guru mendengar dan membawa Jianghan dan Zhai Lian ke dalam ruangan.

Aku masih terkejut mendengar ucapan Jianghan, "Bahan taruhan? Aku menjadi bahan taruhan Zhai Lian?" hatiku masih terus bergumam dan membuatku duduk di kursi depan halaman. Rasanya kakiku lemas tuk menyangga tubuhku.

"Aku sudah menduganya pasti ada satu hal yang tidak beres diantara mereka. Aku harus menanyakan ini pada pria yang ditemui Jianghan di kantin." Sahut Fen yang membuatku mengangguk perlahan.

"Apa yang dimaksudkan dengan bahan taruhan?" tambah Shu In yang membuatku menggeleng tak paham.

Tiba-tiba sosok pria keluar dari ruangan kepala sekolah, dengan wajah yang lebam ia berjalan sedikit tertatih-tatih sembari menyentuh bawah bibirnya.

"Jianghan, aku akan mengantarkanmu ke UKS." ucapku sembari menggenggam lengannya sembari membantunya berjalan.

Jianghan melepaskan genggamanku, "Tak perlu, bukankah kau bilang aku tak boleh mencampuri urusanmu? Jadi, untuk apa kau mencampuri urusanku?"

"Apa maksudmu? Kau berjalan tertatih seperti ini, apa aku harus diam saja?"

"Tolong, menyingkirlah." ucapnya yang terus berjalan menuju ruang perawatan sekolah. Aku masih mengikutinya dari belakang. Sepertinya aku telah salah memperlakukan Jianghan hari ini. Aku tak tahu, apa pokok permasalahan hingga membuatnya babak belur berkelahi dengan Zhai Lian hingga menyebutku sebagai bahan taruhan.

Terlihat sesekali Jianghan menyandarkan tubuhnya pada dinding dan merintih kesakitan sembari sesekali menyentuh perutnya, kurasa pukulan Zhai Lian benar-benar menyakitinya. Aku berlari dan berusaha membopongnya.

"Tidak, bagaimanapun reaksimu aku harus membawamu ke UKS." tegasku sembari meraih lengan Jianghan dan mencoba membawanya menuju ruang perawatan walau harus berjalan setapak demi setapak. Jianghan hanya menatapku yang kini berdiri di sampingnya.

"Aku tak tahu, apa masalahmu dengan Zhai Lian, tapi kau benar-benar bodoh melakukan hal ini dengan kekerasan." kataku lagi sembari mengerucutkan bibirnya. Jianghan masih terdiam, kucoba untuk menoleh ke arahnya.

"Kurasa pria ini benar-benar tuli. Percuma saja aku bicara."

Jianghan hanya menyeringaikan bibirnya. Sesampainya di ruang perawatan, Jianghan mulai membaringkan dirinya di atas kasur.

"Aku akan membantu untuk mengobati lukamu, lihat sikumu berdarah." ujarku sembari mengeluarkan kotak P3K.

"Bukankah kau tak peduli lagi denganku? Lalu, mengapa kau membantuku?" tanyanya yang kali ini membuatku membalikkan tubuhku menatapnya.

"Apa aku tega membiarkanmu berjalan dengan lemas menuju UKS sendirian? Hatiku ini sangat lembut padamu, aku juga bermoral dan berjiwa sosial yang tinggi. Kau saja yang egois dan tak pernah sedikitpun mengerti diriku." jawabku dengan spontan sembari mencoba mengobati siku Jianghan.

Jianghan hanya terdiam.

"Sebenarnya apa masalahmu dengan Zhai Lian hingga kau bertindak bodoh seperti ini?" tanyaku sekali lagi sembari menatap bola mata Jianghan.

Jianghan memalingkan wajahnya, "Bukan urusanmu."

Aku mulai berdiri dari kursiku, "Mengapa kau tak pernah mau cerita denganku dan kenapa kau selalu bersikap dingin padaku? Sebenarnya apa salahku? Aku hanya ingin memastikan keadaanmu, itu saja."

Jianghan masih memalingkan wajahnya dan mengabaikan ucapanku.

"Baiklah, memang aku bukan orang yang spesial untukmu, kalau begitu maaf telah mengganggu waktumu dan jangan bertengkar lagi. Aku tak suka melihatmu sakit." Kulangkahkan kakiku menuju pintu keluar dan meninggalkan Jianghan.

"Maaf, itu semua kulakukan untukmu." jawab Jianghan dengan lirih yang membuat langkah kakiku terhenti. Namun, aku tak menoleh ke arahnya kulanjutkan niatku untuk pergi meninggalkannya. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ketika ia menyebutkan "Itu semua kulakukan untukmu." Jantung ini berdegup sangat kencang.