Tatapan mata yang indah hingga membuatku susah lupa, desah basah suara yang membuat hatiku bergema. Jika benar dia sang penyempurna raga, maka izinkan aku untuk tetap bersama mencintai dan menemani hingga akhir hayatnya.
"K-kau?" ucap Jianghan sekali lagi. Aku masih terus menyidiknya, tatapannya kini mulai berbinar-binar.
"Kau terlihat mengerikan dengan penampilan seperti ini. Lihatlah rambutmu itu buruk sekali, apa yang kau lakukan dengan dirimu?" tambahnya yang mulai memperjelas makna di balik kata K-kau.
Aku mulai menatapnya dengan tajam, kali ini aku takkan marah. Aku akan tetap menjadi sosok Yuan Lin yang ramah. Aku mulai menatap wajah Jianghan dengan senyuman yang lebar.
"A-apa yang kau lakukan? Mengapa kau tersenyum padaku, apa ada yang lucu denganku?" tanya Jianghan.
"Tidak, terima kasih karena kau telah mengkritikku. Aku akan mengubahnya dengan baik." balasku dengan senyuman. Terlihat Jianghan mulai menyeringaikan bibirnya dengan aneh.
"Apa yang dia lakukan, menyedihkan sekali." desis Jianghan yang masih sayup-sayup terdengar di gendang telinga.
"Baiklah, aku akan kembali ke kelas, sampai jumpa istirahat nanti, Jianghan." ucapku yang mulai melambaikan tangan dengan manisnya meninggalkan Jianghan yang terdiam dengan mulut yang sedikit terperangah.
Setiap langkah menuju kelas, aku merasa ada suatu hal yang berbeda. Aku merasa perubahan awal diriku memberikan ketenangan daripada menjadi sosok gadis aneh dan menyebalkan seperti sebelumnya.
"Yuan Lin? Kaukah itu?" tanya sosok pria yang berdiri tegak hingga membuatku menengadahkan kepala menatapnya.
"Zhai Lian, hai!" sapaku dengan nada yang lebih menyenangkan dan ramah di hati. Terlihat Lian mulai tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Jadi, sosok gadis yang membuat gempar seluruh pria seisi sekolah pagi ini adalah dirimu?" tanya Lian dengan menaruh tangannya di pinggangnya, "Aku tak habis pikir. Kukira Min Lilly cs yang berbuat demikian."
Aku mulai menyenggol lengannya, "Kau ini, bisa saja. Apa bagimu perubahanku ini terlihat menjijikan?"
"Siapa yang bilang seperti itu, gadis kecil?" ledeknya yang mulai membungkukan kepalanya dan mulai memandangku dengan mata yang teduh.
"Kau malah terlihat luar biasa dari biasanya. Ah, sudahlah aku tak ingin membuatmu besar kepala. Aku pergi dulu, ya!" tambah Lian yang mulai mengacak-acak rambut pendek model ikalku. Aku hanya memandanginya dari jauh, jika Lian, si anak cerdas kelas A menyukai perubahan magic-ku lalu mengapa penampilan baruku tak berpengaruh sama sekali untuk Jianghan? Ia malah mengatakan bahwa aku ini mengerikan. Kurasa matanya telah bermasalah dan harus menggunakan kacamata. Tapi, sungguh aneh diantara seluruh pemuda di sekolah hanya Jianghan yang tak memujiku, memang pria aneh.
"Waaa, apa benar kau Yuan Lin?" tanya Shu In yang mulai menatapku dari atas ke bawah. Aku hanya menganggukan kepalaku, kulihat Fen juga ikut menyidik bahkan memutari tubuhku.
"Kau terlihat beda. Apa kau mengikuti tips dari buku itu?" tanya Fen
"Yap! Kau tahu pagi ini banyak yang mengatakan aku luar biasa dengan penampilan seperti ini."
"Luar biasa. Lalu, bagaimana dengan Jianghan? Apa dia memujimu?"
Wajahku berubah menjadi masam ketika Fen mulai menyinggung tentang Jianghan.
"Tidak, dia mengatakan bahwa penampilanku buruk." Aku mulai mengerucutkan bibirku.
Fen mulai menghela napasnya, "Kurasa Jianghan memiliki ketertarikan yang berbeda terhadap lawan jenis."
"Aku jadi penasaran, apa dia pria normal?" Ucapan Shu In membuatku dan Fen menatapnya dengan sinis seakan terkejut dengan apa yang diungkapkannya.
"M-maksudmu jika Jianghan tak menyukai wanita seperti itu?" sahut Fen yang membuat Shu In langsung terbelalak kaget dengan cara penyampaian Fen yang terdengar lebih vulgar.
"B-bukan, bukan seperti itu. Maksudku, apa mungkin dia pernah tersakiti oleh cinta hingga membuatnya tak ingin mengenal cinta atau dia adalah tipe pria yang akan langsung menikahi sosok wanita yang sudah menjadi idamannya tanpa basa-basi, seperti para gentleman di luaran sana." jelas Shu In yang membuat Fen dan aku lega mendengar maknanya.
"Aku juga tidak tahu, aku malah berpikir bahwa Jianghan adalah seorang siluman."
"Siluman? Siluman apa yang kau pikirkan, Lin?" tanya Shu In yang mulai penasaran dengan menatap mataku.
"Siluman babi, kera atau bahkan anjing."
"Astaga, kurasa pikiran burukmu itu keterlaluan, Lin. Bagaimana bisa kau berpikir sejauh itu?" sahut Fen yang mulai mengusap wajahnya.
Aku menggelengkan kepalanya tanpa tahu alasan yang bisa menguatkan jalan pikiranku.
"Tapi, itulah kenyataannya. Dia kadang bersikap baik kadang juga sangat buas tak mau diganggu." tambahku sembari memalingkan pandangan ke luar jendela.
Kurasa cara pertama ini sudah gagal. Jianghan masih tetap tak mau memuji perubahanku. Tak apalah, buku itu masih menyiapkan beragam cara ajaib yang bisa menarik siapapun yang kusuka. Tapi, di sisi lain cara yang disuguhkan dalam buku itu kunilai sangat mujarab, bagaimana tidak? Hanya dengan mengikuti panduan yang tertulis dengan mengubah cara berpenampilan dan memperbaiki dalam bersikap dengan sekejap saja langsung membuat seluruh pria sekolah datang mendekat. Benar-benar luar biasa tak heran jika Shu In mengatakan bahwa buku bersampul mawar itu dengan sebutan buku keramat.
Sebuah keberuntungan masih terus menghampiri perubahanku hingga membuat beberapa siswa datang menungguku di depan ruang kelas F.
"Hai, Lin. Apa kau mau makan bersamaku?" tanya seseorang lelaki dengan pakaian rapi yang mencoba menghampiriku yang tengah berdiri di depan pintu kelas 2F, kelas yang dikenal sebagai kelas terbawah.
"Pergi saja denganku." Sahut seseorang dengan perawakan wajah yang tinggi dan tampan.
"Jangan dengarkan mereka. Pergilah makan siang denganku, akan kubelikan apapun yang kau inginkan." tambah seseorang yang ikut meyakinkanku tuk makan siang bersama. Jika kulihat pria ini berasal dari kelas di mana dikenal sebagai kelas paling pintar, ya kelas A. Dapat kusidik dengan mudah terlihat jelas dari sebuah identitas yang tertempel di seragamnya.
Melihat pemandangan ini membuat kedua sahabatku menelan ludahnya seakan suatu keajaiban telah terjadi menyulapku menjadi sosok princess dalam waktu sehari. Tiba-tiba seorang pria gagah datang menjadi sosok penengah.
"Tidak bisa, Lin akan makan siang denganku. Jadi, pergilah." usir sosok pria itu dengan lantangnya hingga membuat ketiga pria itu pergi dengan hati kecewa.
"Mungkin lain kali kita bisa makan bersama!" teriakku yang membuat mereka tersenyum sumringah tanpa beban.
"Benarkah?" Aku mengangguk menjawabnya.
"Lin, apa yang kau lakukan mengapa memberi harapan kepada mereka? Kau tahu, aku sangat cemburu melihat mereka menggandrungimu."
Aku mulai menepuk bahu sosok pria itu, "Jin, sudahlah aku ingin makan siang, perutku sudah lapar."
Aku mulai melangkah menjauhi Liao Jin yang masih terperangah melihat perubahan style-ku.
"Apa yang dia lakukan padaku? Walaupun kau bersikap cuek padaku, aku tetap mengagumimu, Lin." gumam Jin yang membuat Shu In menepuk pundaknya.
"Sudahlah, Jin. Yuan Lin sudah lapar, lagipula cintamu tak bisa membuatnya kenyang." sindir pedas Fen sebelum meninggalkan Jin.
Liao Jin hanya menatap tajam Fen, "Awas saja kau, Fen!"
Fen mulai meledeknya dari kejauhan.
"Gadis itu bicara selalu sembarangan, tak dipikirkan matang-matang. Heran, mengapa Lin mau berkawan dengan sosok wanita kasar seperti Fen." desis Liao Jin sembari menggelengkan kepalanya.
Riuh-riuh ramai suara kantin menjadi senyap seketika aku datang, beberapa mulai ikut memandang.
"Ada apa dengan mereka? Mengapa seketika diam menatap kita?" bisik Shu In.
Aku hanya mengangkat bahuku, "Abaikan saja."
Namun, seketika mataku kembali tertuju pada sosok pria yang masih berdiri di tengah antrian makan siang.
"Lagi-lagi bertemu denganmu, dunia ini sempit sekali." resah Jianghan.
"Hai, Xiao Jianghan. Sudah kubilang kita akan bertemu lagi, bukan?" Sapaku lagi yang membuat Jianghan menghela napas panjang.
"Ibu, berikan makan siangku." ucap Jianghan kepada sosok Ibu penjaga kantin.
Aku masih bersikap layaknya wanita idaman. Aku takkan bicara atau bersikap agresif pada Jianghan. Kali ini aku yang akan menarik ulur dirimu, aku takkan terlihat bodoh apalagi konyol di hadapannya.
"Kau tak mau duduk bersama Jianghan? Lihatlah, kursinya kosong."
Lagi-lagi aku menolak permintaan Fen, "Aku akan menarik ulurnya, akan kuperhatikan apakah ia akan merasa kehilangan jika aku tak bersikap agresif padanya. Kuputuskan kali ini, perlahan-lahan aku akan berhenti mengejar berlebihan pada Jianghan."
Fen dan Shu In mulai mengangguk paham.
"Yuan Lin, kenalkan aku Xu Wang, siswa kelas 2B." ucap seorang pria yang tiba-tiba menghampiriku sembari menyodorkan tangan mengajak salaman.
"Hai, Yuan Lin siswi kelas F." balasku dengan meraih tangannya.
"Aku tak peduli, kau berasal dari kelas apa. Terpenting, maukah sore ini pulang bersamaku?" pinta pria bernama asli Xu Wang dengan senyum yang ramah.
"Em, baiklah."
"Baiklah, kalau begitu sore nanti ketika jam pulang berdering aku akan menunggumu di depan gerbang sekolah. Sampai jumpa."
Aku membalasnya dengan lambaian tangan.
"Apa kau yakin, kau akan pulang bersama sosok pria yang baru saja kau kenal?" bisik halus Fen.
"Tenanglah, ini salah satu rencanaku." Aku mulai melirik ke arah sosok pria cuek yang kali ini tengah memakan makanannya sembari membaca sebuah buku di genggamnya, "Aku akan membuktikan padanya bahwa aku ini berharga untuknya."
Fen dan Shu In sama-sama melirik ke arah Jianghan.