Chereads / MENEMUKAN CINTA YANG SEBENARNYA / Chapter 25 - Hanya Seorang Gadis Kecil

Chapter 25 - Hanya Seorang Gadis Kecil

Sudah sekian lama Tristan serta pengawalnya yang lainnya mencari keberadaan Maya. Tristan menjadi sangat geram dengan gadis itu yang sudah berani terhadapnnya dan Tristan sangat menyesal ketika membiarkan gadis itu bebas kesana kemari.

"Kemana gadis itu?"

Tristan sampai memijit kepalanya sangat pusing, apa lagi ketika tidak ada sama sekali mendengar kabar tentang keberadaan Maya dari pengawalnya.

Sehingga Tristan kembali masuk kedalam rumahnya untuk mencari cara supaya dapat menemukan keberadaan Maya dan ketika Tristan sampai didepan pintu rumahnya, tiba-tiba saja langkahnya terhenti karena menging cuat sesuatu hal yang dapat membantunya untuk menemukan gadis itu dengan sangat mudah.

"Pengawal!" Tristan memanggil pengawalnya yang sedang berjaga di depan pintu.

"Iya, Tuan," jawab salah satu pengawal Tristan sambil menunduk hormat.

"Apa laki-laki itu sudah kalian pastikan tidak dapat kabur dari kediaman ini?"

Tampaknya pengawal Tristan berpikir sebentar untuk memahami maksud dari apa yang telah tuannya itu katakan padanya.

"Kami sudah memastikannya, Tuan. Bahwa dia tidak akan bisa kabur karena puluhan orang yang terkuat untuk menjaganya supaya tidak dapat kabur dari sini," jelas pengawal tersebut dengan yakin dan seketika senyuman Tristan mengembang seketika, lalu langsung saja pergi ke arah dimana Alendra sendang disekap olehnya.

Tristan melihat kearah pintu yang sedang terbuka dengan sangat lebar dan tanpa berpikir panjang lagi ia langsung masuk kedalam. Ia melihat sosok laki-laki yang sedang diborgol dengan rantai besi yang cukup besar.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Tristan dengan santai.

"Sepertinya rencana kami gagal untuk membuatmu tertidur!" ucap Alendra tersenyum sinis.

"Apa kau kecewa?"

"Tidak sama sekali karena aku tahu, gadis itu memanglah tidak akan bisa melakukan pekerjaan itu dengan sangat baik dan aku tidak terlalu berharap dia berhasil atau tidak yang terpenting aku akan tetap berusaha untuk membebaskannya dari neraka ini!"

"Kau mengatakan tempatku neraka? Sungguh ucapan mu sangatlah benar dan kau memang pantas mendapatkan penghargaan dariku kawan!"

"Kawan? Maaf aku tidak memiliki seorang teman sosok iblis seperti mu!"

Tristan dan Alendra tidak pernah berhenti untuk berdebat, bahkan pengawal-pengawal sedang berjaga itu sangatlah pusing mendengar kedua lelaki yang menurut mereka sangatlah berisik, bahkan melebihi perempuan bergosip saat berkumpul.

"Aku akan mem—" ucap Tristan terpotong ketika mendengar pengawalnya sedang memanggil dirinya dengan berulang kali.

"Ada apa? Kenapa suka sekali menganggu?!" Trisan menjadi sangat kesal kepada pengawalnya saat ini.

"It-itu, Tuan—"

"Berbicaralah dengan benar!"

"Anu, Tuan—" ucap pengawal Tristan terpotong lagi karena sangat kesulitan untuk mengatakan apa yang ia ingin sampaikan kepada Tuan nya

"Ah! Sudahlah! Sebaiknya aku memotong lidah mu saja untuk apa memiliki lidah namun berbicara tidak jelas seperti ini!" Amarah Tristan semakin bertambah menghadapi pengawalnya, sedangkan Alendra hanya tersenyum melihat Tristan yang sedang kesal itu.

"Maafkan saya, Tuan. Saya ingin mengatakan bahwa gadis yang Tuan cari sudah kami temukan." Mendengar ucapan pengawalnya, Tristan langsung melangkah dengan cepat.

"Tuan, apa Tuan tidak jadi memotong lidah saya?!" teriak pengawal tersebut bernama Bagon yang sudah berusia 32 tahun itu.

"Dasar bodoh!" ucap Alendra kepada Bagon.

"Siapa yang bodoh?" tanya Bagon.

"Oh itu ... aku hanya bilang nyamuk itu bodoh karena tiba-tiba mengigitku," ucap Alendra.

"Oh, begitu," ucap Bagon dengan lugu ia tidak tahu sebenarnya Alendra sedang mengatai dirinya.

"Tuan dan pengawal memang sama bodoh dan dungu!" gumam Alendra dalam hatinya.

Sedangkan Tristan sudah tidak sabar lagi melihat dan menemui Maya, apa lagi Tristan sangat penasaran kemana sebenarnya gadis itu pergi sampai pengawalnya menangkap kembali dirinya dengan sangat mudah.

"Kemana dia sekarang?" tanya Tristan kepada pengawalnya.

"Gadis itu sedang berada di ruang bar milik, Tuan Muda."

Tristan mengernyitkan dahinya bingung mendengar penjelasan pengawalnya. Namun, tanpa bertanya apa-apa lagi Tristan pun pergi ke bar milik pribadinya yang berada di ruang bawah tanah.

"Hei, gadis nakal! Kenapa kamu berada disini?" tanya Tristan sambil menghampiri Maya yang sedang duduk di kursi dengan botol minuman berada ditangannya.

"Aku? Kenapa berada disini?"

Tristan merasa sangat curiga bahwa gadis dihadapannya itu sedang tidak dalam kondisi normal yang artinya gadis itu sudah mabuk berat sekarang. Melihat disekitar sekeliling Maya terdapat banyak botol minuman yang pecah dan berserakan dilantai.

"Berhentilah meminumnya jika tidak kuat!" peringat Tristan.

"Jangan mencoba untuk melarangku! Aku sangat menyukai minuman ini karena minuman ini membuatku terasa sangat senang tapi— ucap Maya terpotong karena ingin meminum anggur itu kembali namun dengan sekejap Tristan merebutnya dari tangan Maya, lalu melemparkannya hingga pecah.

"Kenapa membuangnya? Dia satu-satunya membuat hidupku bahagia, walaupun aku tidak tahu kenapa air mataku terus menetes, padahal sekarang aku sedang tertawa kamu melihatnya sendiri, kan?"

Merasa hidupnya yang tidak berguna lagi, Maya, menjadi sangat frustasi dan akhirnya memutuskan untuk meminum minuman dengan sangat banyak karena ketika dirinya tidak sengaja membuka ruangan itu disaat dirinya ingin mencari tempat persembunyian.

Selama meminum minuman itu Maya merasakan dirinya terasa sangat tenang, sehingga Maya memutuskan untuk menjadikan minuman itu sebagai penghilang semua masalah dan semua beban dalam hidupnya.

Maya mencoba untuk bangkit berdiri dengan sempoyongan dan Tristan terlihat tidak perduli bahwa gadis itu terjatuh nantinya.

"Aku ingin meminumnya lagi," ucap Maya berjalan kearah tempat menyimpan botol minuman yang bersejajar dengan sangat rapi ditempatnya.

"Berhentilah!" peringat Tristan sudah mulai muak melihat gadis dihadapannya itu saat ini.

"Jangan menghalangi ku laki-laki iblis!"

"Kau tahu, ini pertama kalinya bagiku merasakan bagaimana hidup tenang tanpa adanya rasa takut dan rasa kegelisahan dalam hidupku, ini semua karena minuman ini. Jadi, aku harap kamu jangan menghalangiku untuk melakukan apa yang membuatku senang!" ucap Maya kembali mengatakan kata-kata yang berulang kali dan membuat Tristan bosan mendengarnya.

"Hei! Tuan iblis! Kau dengar!"

"Berhentilah! Atau kau ingin aku menghukum mu lagi, hem?!"

"Hukum saja aku sesuka mu Tuan iblis karena sekarang hidupku memang tidak berguna lagi dan untuk apa aku hidup didunia yang kejam ini, aku akan sangat berterima kasih jika kamu membunuhku ataupun menyiksa ku dengan perlahan-lahan hingga aku menghembuskan nafas terakhirku."

Entah kenapa Tristan diam membisu mendengar gadis itu berbicara seperti sekarang ini. Bahkan Tristan sangat penasaran apa yang ingin gadis itu ucapkan lagi selanjutnya.

"Aku hanya seorang gadis yang kecil namun kenapa semua orang terlihat sangat membenciku, bahkan keluarga ku sendiri sampai mengusirku. Mungkin aku tidak akan seperti ini jika mereka membiarkan aku tetap tinggal bersama mereka, walaupun aku tahu mereka akan tetap memperlakukan aku dengan sangat buruk dirumah itu. Sungguh konyol! Kenapa aku berkata seperti ini? Cih! Seharusnya itu, aku bersyukur tidak diangap oleh mereka. Ya, aku harus bersyukur."