Tristan terus mendengar semua ocehan yang Maya katakan dari tadi, bahkan Tristan membiarkan Maya meminum sangat banyak karena ia ingin sekaligus gadis itu tidak sadarkan dirinya nantinya.
"Dasar gadis nakal! Bisa-bisa kamu menikmati minuman disini, sedangkan aku kalang kabut mencari keberadaan mu gadis bodoh!"
Melihat Maya yang merasa kepanasan dan mulai melepaskan bajunya, membuat Tristan tersenyum devil dan tentu saja gairah laki-laki itu sekarang sudah mulai terpancing hanya karena gadis kecil itu.
"Kenapa sangat panas, aku ingin mandi."
Rasa panas di dalam tubuh Maya membuat gadis itu tidak tahan untuk memakai pakain lagi. Dia tidak tahu bahwa yang ia minum terakhir kalinya telah diberikan obat perasang oleh Tristan karena ingin memberikan sedikit pelajaran kepada gadis itu.
"Panas?"
Tristan berbisik di telinga Maya, gadis itu merasakan sentuhan di telingganya membuat tubuhnya merasa merinding dan terasa bagaikan tersengat listrik.
"Hem."
Maya langsung saja memeluk tubuh Tristan dengan sangat erat, bahkan sudah mulai mencium bibir laki-laki itu dengan sangat liar dan penuh gairah. Tristan hanya menikmati apa yang gadis itu lakukan padanya dan membiarkan gadis itu melakukan semuanya.
"Inilah akibatnya jika berani melakukan hal yang licik di belakang ku gadis bodoh!"
Seluruh pakain Maya sudah ia lepaskan dari tubuhnya dan Tristan tampak sangat puas melihat gadis itu tersiksa karena obat yang ia berikan. Lalu laki-laki itu membawa Maya untuk duduk sofa karena dalam keadaan berdiri membuat gadis itu sangat kesusahan untuk menyentuh tubuhnya.
Maya semakin liar melakukan aksinya, bahkan dirinya sudah melepaskan baju Tristan dengan sangat kasar karena tubuhnya benar-benar terasa panas dan ingin segera di lampiaskan dengan hasrat yang sudah sangat mengebu-ngebu. Beberapa kancing baju Tristan terlepas dari jahitannya karena gadis itu menariknya dengan sangat kuat, melihat itu gairah Tristan juga ikut terpancing dan menjadi tidak sabar untuk menyatukan miliknya dengan milik gadis itu.
Dengan segera Tristan mengambil alih untuk melakukan permainan panas itu, lumatan demi lumatan yang Tristan lakukan hingga bibir gadis itu terluka dan sedikit mengeluarkan darah karena Tristan melakukannya dengan sangat kasar.
Kedua tangan Tristan semakin kasar meremas kedua belahan milik gadis itu, sedangkan Maya yang dikuasai oleh obat itu tidak merasakan rasa sakit lagi justru rasa nikmat dan kepuasan yang ia rasakan saat ini. Malahan suara desahan terus keluar dari mulutnya dengan sangat nyaring, untungnya ruang tersebut kedap suara dan hanya Tristan yang dapat masuk kedalam ruangan yang ia angap sebagai ruang rahasia yang penuh berbagai senjata tajam, bahkan senjata tersebut memiliki racun yang sangat mematikan ketika orang itu terluka oleh senjata itu.
"Kenapa gadis ini bisa masuk kemari?"
Tristan sangat penasaran cara gadis itu masuk kedalam ruangan tersebut, padahal ruangan itu dijaga dengan sangat ketat oleh pengawalnya. Tapi, Tristan menjadi sedikit curiga kepada gadis itu, bahwa gadis itu telah menemukan sebuah rahasia dari ruangan tersebut.
"Sepertinya dia tahu jalan masuk kemari selain lewat pintu ini."
Ruangan rahasia yang dimiliki Tristan memanglah memiliki salah satu pintu darurat ketika pintu utama sedang dimasuki oleh musuhnya, sehingga dirinya bisa keluar dengan mudah dari ruangan tersebut. Pintu ruang rahasia tersebut terdapat sebuah pot bungga yang dekat dengan pohon mangga, jika digeser maka akan muncul sebuah tangga di baliknya yang menuju kedalam ruang rahasianya.
"Tubuh mu inilah yang membuatku tidak ingin kau pergi dari sini gadis manis." Sambil menyatukan miliknya dengan milik Maya.
Kenikmatan dari tubuh Maya membuat laki-laki itu semakin candu ingin selalu mengajak untuk melakukan permainan panas dan memuaskan hasratnya tiap hari.
"Emh." Suara desahan Maya terdengar sangat nyaring ketika milik Tristan sudah masuk kedalam miliknya.
Maya yang berada di bawah tidak dapat melakukan apa-apa selain meremas rambut laki-laki itu, sedangkan Tristan mencium tubuh Maya dari leher sampai kedua belahan dada gadis itu dan sekaligus membuat tanda merah keungguan di tubuh Maya dengan sangat banyak.
Sudah 5 menit lamanya melakukan permainan panas, kini seluruh tubuh mereka berdua mulai berkeringatan dan terasa sangat lengket saat kedua tubuh mereka berdua bersentuhan. Tristan yang tidak perdulikan akan hal itu semua, tetap melakukan aksinya dan membuat posisi secara bergantian supaya rasa gairahnya terpuaskan.
Merasa hasrat yang sudah terpuaskan, sekarang Tristan mengakhiri permainan yang membuat dirinya merasa sangat puas. Lalu ia pun mulai bersandar di sofa untuk beristirahat karena merasa sangat lelah sambil melihat gadis yang terbaring di sampingnya tanpa mengunakan pakain terlihat sangat kelelahan.
Tristan mengambil sebuah selimut kecil yang berada di atas meja, lalu menyelimuti tubuh gadis itu yang hanya menutupi sebagian tubuhnya.
"Sepertinya dia pingsan setelah mendapatkan hukuman dari ku."
Mabuk berat dan sekaligus meminum obat perangsang tentu saja membuat gadis itu terlihat sangat menyedihkan saat ini, belum lagi seluruh tubuhnya semuanya terasa sakit setelah Tristan melakukan hubungan intim terhadapnya dengan sangat kasar, sehingga Maya menjadi pingsan karena tidak sangup menahan lelah dan rasa sakit yang terima hari ini.
Tristan pergi begitu saja meninggalkan Maya, lalu menghampiri kedua anak buahnya yang sedang berjaga di depan pintu bar nya. Dia ingin kedua pengawalnya itu menjaga ketat ruangan itu karena dia tidak ingin Maya kabur lagi dari rumahnya.
Setelah mengatakan itu kepada kedua pengawalnya, Tristan langsung pergi menemui salah satu pengawal kepercayaannya untuk membahas sesuatu yang masih belum ia selesaikan sebelumnya dan tentu saja menyangkut gadis yang baru saja ia tidur di ruangan rahasianya.
"Bagon!" Tristan memanggil laki-laki yang sedang duduk bersandar di pinggir kolam renang dengan sangat santai.
"Iya, Tuan. Ada apa?" Lalu Bagon pun berdiri menghormati Tristan.
"Cih! Jangan berpura-pura sangat menghormatiku!" kesal Tristan kepada Bagon.
"Baik, Tuan. Kalau begitu saya tidak segan lagi untuk bersantai di hadapan, Tuan."
"Kau ingin aku menembak kepala mu? Hem?!"
"Tidak, Tuan!"
"Sudahlah, sebaiknya kamu laksanakan tugas mu untuk mencari informasi tentang laki-laki ini." Tristan memberikan ponselnya kepada Bagon.
"Bukankah laki-laki ini tinggal bersama gadis Tuan waktu itu?"
"Hem, kau benar! Saya ingin kamu menangkapnya!"
"Tapi, untuk apa? Sedangkan gadis Tuan sudah bersama dengan Tuan saat ini?"
"Saya ingin tahu, kenapa seluruh tubuh gadis itu sampai semuanya terluka!"
"Baiklah, saya akan segera menangkap orang itu, Tuan. Hem, Tuan saya ingin menyampaikan bahwa laki-laki tua itu sedang berusaha untuk membunuh Tuan serta ingin merebut semua kekuasaan yang Tuan miliki selama ini," jelas Bagon.
"Biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka inginkan dan jangan lupa layani mereka dengan baik karena saya juga ingin memberikan sebuah kejutan untuk orang yang sudah berani melawan Tristan Gunawan!" ucap Tristan dengan santai karena merasa tidak pernah takut sama sekali kepada pamannya.
Selama terlepas dari kurungan itu, Tristan memanglah tidak ingin tergesa-gesa untuk membalaskan dendamnya kepada keluarga itu, ia ingin sekaligus memberikan tekanan yang cukup membuat mereka merasa frustasi hingga perlahan-lahan mati nantinya.