Kepergian Dion masih menjadi misteri bagi Tristan, apa lagi ketika mengingat kejadian itu disaat laki-laki itu pergi meninggalkan Maya di dalam sebuah gudang. Dalam keadaan seluruh tubuhnya banyak di temukan sebuah luka yang terlihat, seperti terkena cambukan. Bahkan Tristan berulang kali menanyakan hal itu kepada Maya tentang luka tersebut namun gadis itu terlihat sangat kebingungan menjawab pertanyaanya.
Dari tatapan dan exspresi wajah Maya tentu saja Tristan tahu, bahwa gadis itu tidaklah berbohong sama sekali, sehingga ia pun berulang kali menyuruh pengawalnya untuk menemukan semua informasi tentang Dion. Namun, sayangnya yang mereka temukan hanyalah informasi palsu. Tristan semakin marah besar karena laki-laki itu terlalu misteri untuknya sampai saat ini.
Sehingga Tristan berencana untuk melakukan suatu rencana yang besar untuk mencari tahu identitas Dion.
Sedangkan Alendra pagi ini sudah terlihat siap pergi kekampus dengan memakai pakain yang sangat sederhana itu namun tetap saja tidak menutupi ketampananya. Alendra ingin segera turun kebawah, tapi ia kembali teringat dengan sebuah kamar yang tentu saja ada sesuatu hal yang berada di dalamnya.
"Sepertinya, aku harus melihat keadaan kedua orang tua yang tidak tahu diri itu!" gumam Alendra yang langsung saja membuka pintu tersebut.
Tampak seorang laki-laki berusia lebih tua darinya sedang berusaha ingin berbicara dengannya. Namun, sayangnya ia tidak dapat mengerakan lidah serta bibirnya untuk berbicara, semuanya terasa kaku akibat suntikan obat yang di berikan Alendra selama ini untuk kedua orang tua itu.
Alendra bukanlah laki-laki yang tidak tahu berterima kasih kepada kedua orang tua tirinya yang telah merawatnya selama ini. Namun, ia kembali teringat dengan kisah pilu hidupnya yang terlalu sangat menyakitinya membuat Alendra sangat membenci kedua orang itu.
Tidak masalah bagi Alendra jika ia yang hidupnya tidak bahagia namun asalkan kedua orang tuanya tidak dibunuh tanpa ia melihat bagaimana rupa wajah kedua orang tua kandungnya, ia ingin tahu bagaimana rasanya memeluk orang tuang tua kandungnya, ia ingin tahu bagaimana rasanya di sayangi dengan tulus.
Semuanya membuat Alendra semakin gila ketika mengingat kematian kedua orang tuanya itu. Hati Alendra sudah benar-benar tertutup untuk memberikan harapan maaf kepada kedua orang tua tirinya.
Alendra pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang ingin berbicara sesuatu kepadanya padahal ayah tirinya benar-benar ingin mengatakan sesuatu hal yang penting, entah hal penting seperti apa sampai laki-laki tua itu ingin terjatuh dari kasurnya karena berharap bisa menghentikan Alendra dan mau mendengarkan apa yang ia katakan. Walaupun tidak dapat berbicara, setidaknya ia bisa berusaha untuk menuliskan sesuatu untuk anak tirinya.
Ketika berada di dalam mobil, Alendra menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar, ia sangat berharap bisa melupakan rasa sedihnya walaupun hanya sesaat karena masalahnya saat ini terlalu banyak. Terutama ia sangat kebingungan apa yang harus ia lakukan supaya ia bisa menolong Maya.
"Akh!" Alendra memukul setir mobilnya karena sangat frustasi. "Kenapa pikiranku begitu sangat kacau!" kesal Alendra.
Seandainya Erlin berada di sampingnya setidaknya ia bisa menghilangkan rasa frustasinya itu sementara, tapi kekasihnya pagi-pagi sekali berpamitan dengannya. Alendra berusaha untuk menahan Erlin supaya gadis itu lebih berlama-lama lagi untuk menemaninya tapi Erlin selalu berkata bahwa ia tidak bisa memenuhi keinginannya dan tetap memilih untuk pulang dengan cepat. Alendra hanya bisa pasrah dan ia tidak bisa memaksa kehendak Erlin sehingga ia membiarkan Erlin pulang walaupun hatinya merasa tidak merelakanya semuanya.
"Ini sudah jam 8 pagi, sebaiknya aku berangkat ke kampus saja," gumam Alendra yang langsung menghidupkan mobilnya dan dengan perlahan meninggalkan halaman rumahnya yang terlihat besar itu.
Dalam perjalanan yang sepi, Alendra terus membawa mobilnya dengan sangat laju dan perasaanya merasa terasa sangat senang saat ini.
Alendra pun semakin melajukan mobilnya dan ia melihat sebuah mobil di depannya juga sedang melaju dengan cepat namun tiba-tiba saja mobil yang berada di depannya itu berhenti mendadak, sehingga Alendra sangatlah terkejut dan langsung mengerem mobilnya dengan cepat. Untungnya jarak mobilnya dengan mobil di depan sedikit lebih jauh, sehingga keadaannya baik-baik saja tapi hatinya sangat terasa panas karena marah terhadap mobil tersebut.
"Kurang ajar!" maki Alendra yang langsung saja keluar dari mobil dan menghampiri mobil merah tersebut karena ia ingin memberikan, sebuah pelajaran kepada orang tersebut.
Alendra seketika menghentikan langkahnya, ketika melihat seorang gadis turun dari dalam mobil tersebut, lalu berjalan ke arah depan mobil. Ia melihat gadis itu sedang duduk berjongkok, entah apa yang sedang gadis itu lakukan saat ini. Ia semakin penasaran sehingga dengan pelan melangkahkan kakinya mendekati gadis itu. "Kucing?" Alendra tampak sangat bingung.
"Kau tidak apa, Pusi? Maafkan aku, hampir saja aku menabrak mu. Kalau sampai itu terjadi, aku tidak akan memaafkan diriku!" ucap seorang gadis cantik itu.
Diam-diam Alendra tersenyum tipis mendengar ucapan gadis itu. Hanya karena kucing gadis itu sampai berbicara seperti itu, sungguh Alendra merasa gadis itu sangatlah lugu.
"Baiklah Pus, aku akan merawatmu dengan baik. Tapi, kamu jangan nakal, ya, saat aku tiba di kampus nanti, kalau tidak aku akan menghukum mu!" Gadis itu sangatlah asik berbicara sendiri dengan kucing itu layaknya berbicara dengan kucing. Namun, Alendra tersenyum-senyum sampai mengelengkan kepalanya.
"Dasar gadis bodoh!" ucap Alendra dan dengan cepat gadis itu berbalik melihat dari mana suara itu bersal.
Alendra dan gadis itu terdiam kaku, saat mereka berdua saling bertatapan.
"Kamu?" Terlihat 2 orang itu saling kompak berbicara sambil melotot tajam karena saling tidak menyukai satu sama lain.
"Cih! Kenapa aku bisa bertemu dengan laki-laki ini disini segala, sih!" kesal Kinar.
"Kau kira aku senang bertemu dengan mu disini, gadis bodoh! Asal kau tahu, kau hampir membuatku mati terbunuh karena mengerem mobil dengan sangat mendadak!"
Kinar seketika merasa takut dan bersalah namun itu juga bukan keinginannya untuk membuat orang terluka. Hanya saja ia juga sangatlah terkejut ketika melihat kucing berada di depan mobilnya menyebrang sangat tiba-tiba, sehingga ia pun dengan cepat menghentikan mobilnya dan tidak ingin membuat kucing itu mati ataupun terluka karena nya.
"Maaf." Hanya itu yang mampu Kinara ucapkan karen dirinya tidak ingin membuat masalah sekarang, apa lagi kucing yang berada di tangannya saat ini terlihat sangat kelaparan. Ia ingi pergi cepat-cepat untuk memberikan kucing itu makanan.
"Mau kemana kamu?" Alendra langsung menghentikan Kinar ketika gadis itu ingin masuk kedalam mobil meninggalkanya.
"Aku ingin pergi, ada apa lagi? Bukankah aku sudah meminta maaf terhadapmu?" tanya Kinar.
"Maaf mu itu tidak berati apa-apa untukku, setelah kamu membuat ku hampir mati karena jantungan!" jelas Alendra yang berusaha terus menyalahkan Kinar.
Kinar mengambil sesuatu dari dalam mobilnya dan memberikan beberapa lembar uang 100 ribu untuk Alendra.
"Ini! Aku harap uang ini cukup untuk kamu berobat!" Kinar pun memegang tangan Alendra supaya laki-laki itu mengambil uangnya dan Alendra sedang menatap bingung ke arah gadis itu.
"Apa yang ingin kamu lakukan dengan uang sebanyak ini? Apa kau kira ini cukup?" Alendra kembali mengambalikan uang Kinara dengan tidak suka.
"Lalu, aku harus bagaimana lagi? Aku tidak memiliki banyak uang!"
"Cih! Lalu kenapa kamu pamer memiliki harta kekayaan yang berlimpah kalau kamu tidak memiliki banyak uang? Hem!" Pertanyaan Alendra sungguh membuat Kinar terdiam membisu.
"Bagaimana jika kau harus melayani ku?" lanjut Alendra yang sengaja memancing gadis itu supaya gadis itu bisa ia jebak dengan mudah dan memberikan sedikit pelajaran karena ia benar-benar tidak suka dengan Kinara yang hampir membuat persahabatannya dengan Maya hancur.
"Melayani mu?"
"Hem, apa kau mau?"
"Melayani mu seperti apa?"
"Mungkin melayani ku di atas kasur." Seketika Kinar menampar wajah Alendra, ia kira laki-laki itu menyuruhnya untuk melayani seperti melayani dia makan ataupun hal yang lainnya.
"Itu pantas untuk mu!" kesal Kinar.
"Kau! Sangat berani terhadapku!" Alendra menatap tajam ke arah Kinar sambil jari telunjuknya menunjuk wajah gadis itu tanpa adanya rasa sopan sama sekali.
"Tentu saja! Apa yang perlu ku takutkan dari mu laki-laki bodoh!"
Mendengar ucapan Kinar seperti itu, membuat Alendra sangat murka hingga ia pun menyeret gadis itu untuk masuk kedalam mobilnya, ia ingin memberikan pelajaran kepada gadis itu supaya gadis itu tidak semena-mena lagi terhadapnya.