Perlahan-lahan Kinar memakai pakainnya kembali di dalam mobil tanpa matanya melihat ke arah Alendra yang terus memandangnya.
"Apa kau akan melakukan hal ini dengan laki-laki lain?" Entah kenapa pertanyaan konyol dari mulut Alendra tiba-tiba saja keluar namun Kinar sangat malas untuk menjawab pertanyaan Alendra, ia hanya fokus memakai semua pakainnya karena merasa sangat malu sekarang.
"Sudah, lupakan saja! Lagian itu urusan mu!" Alendra berpura-pura tidak peduli.
"Cih!" Lalu Kinar pun turun kebawah untuk segera masuk kedalam mobil miliknya sendiri dan bergegas kekampus. Alendra hanya bisa melihat kepergian Kinar dari balik kaca mobilnya dan ia melihat mobil Kinar dengan sangat laju meninggalkan dirinya.
"Dasar bodoh! Apa dia tidak tahu? Itu bisa membuatnya kehilangan nyawa sendiri!" kesal Alendra yang melihat mobil Kinar melaju dengan cepat dan dengan segera ia pun melajukan mobilnya menyusul Kinar. Namun, ternyata mereka berdua telah tiba di kampus dan Kinar langsung keluar dari mobilnya membawa kucingnya untuk segera di kasih makan. Padahal Alendra berulang kali memanggil dirinya supaya ia tidak membocorkan apa yang sedang terjadi kepada mereka berdua hari ini.
Alendra kembali teringat dengan ucapan Erlin bahwa ia harus menemui dosen Dion di ruangannya. Sehingga Alendra pun dengan segera melangkahkan kakinya menuju ke ruangan dosen tersebut.
"Aku akan segera kesana Er—!" ucapan dosen Dion terpotong ketika melihat Alendra berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Sedangkan Alendra tidak terlalu jelas mendengar apa yang di katakan dosennya barusan di telponnya. Entah kenapa Alendra menjadi sangat penasaran apa kata-kata selanjutnya yang dosen Dion katakan.
"Masuklah!" ucap Dion dan Alendra menganguk dengan diam.
"Duduklah!"
"Ada apa, Pak?"
"Jelaskan apa maksud dari video ini?"
Dosen Dion memberikan laptopnya dan terdapat sebuah video Alendra yang berhubungan intim dengan Erlin ketika berada di gudang saat itu. Dion berbohong kepada Kinar untuk menghapus Video tersebut, justru ia malah mengirim video itu ke dalam ponselnya sendiri.
Alendra tercengang melihat video itu, bagaimana bisa ada orang membuat video hal yang tidak pantas untuk di tonton banyak orang.
"Dari mana Bapak mendapatkan video ini?" Alendra bertanya dan ingin tahu siapa yang melakukan hal itu.
"Kinar, kau tahu dia gadis yang baru saja membuat masalah dengan sahabat mu itu?!" Alendra mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, ia tidak menyangka gadis itu sampai melakukan hal itu padanya.
"Saya permisi!" Ketika Alendra ingin menghentikan langkahnya, tiba-tiba saja dosen Dion memanggil dirinya.
"Berbicarlah baik-baik dengannya!" ucap dosen Dion dan Alendra langsung saja pergi meninggalkan dirinya yang sedang tersenyum devil.
"Sebentar lagi permainan akan segera dimulai!" ucap Dion.
Dion memanglah menginginkan kehancuran Alendra serta yang lainnya. Termasuk Maya sendiri yang ia siksa sampai tubuhnya terluka dengan sangat menyedihkan, Dion memang melakukan hal itu guna untuk membalaskan dendamnya entah dendam apa sehingga Dion melakukan rencana besarnya yang membuat banyak orang terlibat selama ini.
Alendra berjalan dengan sangat tergesa-gesa untuk mencari keberadaan Kinar dan ia melihat Kinar sedang memberikan kucing itu makanan di sekitar depan gudang.
"Gadis yang munafik!" kesal Alendra yang langsung saja berjalan ke arah Kinar.
Kinar tanpa sengaja melihat Alendra menghampirinya dengan wajah yang terlihat tidak baik saat ini. "Alendra, ada apa lag—" ucap Kinar terpotong karena Alendra sudah menyeretnya masuk kedalam gudang itu dan menutup pintu tersebut dengan sangat rapat.
"Lepaskan! Kenapa kamu melakukan ini padaku dengan sangat kasar, Alendra?!" Kinar pun tentu saja sangat marah kepada Alendra yang selalu berlaku kasar terhadapnya.
"Kau tentu saja mengingatnya kan kejadian apa yang ada di gudang ini di beberapa hari yang lalu?" tanya Alendra dengan devil sambil memegang dagu Kinar dengan sangat erat.
"Ma-maksud kamu apa?" kinar masih bingung dengan ucapan Alendra.
"Jangan berpura-pura tidak ingat!" bentak Alendra dan Kinar berusaha untuk berpikir apa yang di katakan Alendra barusan, hingga akhirnya ia paham sekarang.
"Ak-aku hanya penasaran saja apa yang Erlin lakukan di dalam gudang dan ternyata—" ucap Kinar terpotong.
"Dan kamu membuat video nya, kan? Lalu memberikannya kepada dosen kita! Gadis tidak tahu diri! Apa yang sebenarnya kamu inginkan, hah?!" bentak Alendra.
Sedangkan Kinar tercengang mendengar ucapan Alendra, ia merasa tidak percaya bahwa yang diucapkan Alendra barusan itu tidaklah semuanya benar.
"Alendra, aku sudah menghapus video tersebut. Aku tidak pernah mem—" ucap Kinar terpotong lagi karena Alendra mendorongnya di kursi dengan cukup kasar, lalu dengan segera ia melumat bibir Kinar sedangkan Kinar berusaha untuk memberontak karena yang ia rasakan bukanlah seperti di dalam mobil itu, melaikan rasa sakit.
"Emh!" Kinar terus memberontak namun Alendra terus melanjutkan aksinya dan bahkan ia membuka baju Kinar dengan secara paksa hingga kancing baju Kinar banyak yang terlepas. Alendra meremas kedua buah dada Kinar dengan sangat kasar sehingga kinar benar-benar merasakan sakit di kedua buah dadanya.
"Alendra! Sakit! Jangan melakukannya lagi, aku tidak bersalah. Aku mohon percayalah padaku!" jelas Kinar dengan jujur.
Alendra berhenti sebentar menatap wajah Kinar yang ingin menangis itu. Ia mengira Kinar akan melakukan sandiwaranya di depannya, sehingga ia memilih untuk tidak mempercayainya sama sekali.
"Jangan harap!" Alendra kembali melajutkan aksinya, lalu ia mengigit puting buah dada Kinar sehingga terluka, Kinar menangis merasakan sakit dan perih di putingnya.
"Alendra, sakit!" Kinar hanya bisa menangis dan belum selesai menerima rasa sakit di bagian putingnya kini Alendra membuka rok Kinar dan melepaskan dalaman gadis itu, begitu juga dengan celananya sendiri. Dengan segera Alendra melepaskanya hingga benda pusakanya terpampang jelas di mata Kinar ia melihat milik Alendra sudah berdiri tegak dan besar, Kinar ingin kabur namun Alendra berulang kali menariknya untuk tetap duduk.
"Akh! Emh!" Kinar memberontak sambil menahan sakit ketika Alendra memaksa masuk miliknya yang besar untuk masuk
kedalam lubang yang masih sempit itu.
Hentakan keras membuat Kinar benar-benar tidak tahan menahannya, ia terus mencakar tubuh Alendra dengan kukunya yang panjang itu. Namun, Alendra tidak perduli ia terus menghentakkan miliknya semakin kuat hingga gadis yang berada di bawahnya itu pasrah tidak berdaya.
Keringat sudah membasahi kening Alendra, ia terus bermain dengan tubuh Kinar yang sudah lemah itu. Bahkan ia berulang kali melakukan gaya yang berbeda dan kali ini Alendra membawa Erlin ke atas meja, hingga gadis itu membungkuk membelakanginya.
Alendra mengakui bahwa saat marah seperti ini, ia masih mendapatkan kepuasan saat menikmati tubuh Kinar. Lubang yang sempit itu membuat miliknya terasa dipijit dengan sangat nikmat..
"Inilah hukumannya jika kamu berani melakukan hal yang keji terhadapku!" ucap Alendra yang sedikit terengah-engah. Ia terus memaju mundurkan pingulnya hingga pada akhirnya ia merasakan miliknya sudah hampir keluar sehingga ia pun segera mengakhirnya dengan hentakan yang sangat kuat dan mengeluarkan cairan yang hangat membasahi rahim milik Kinar.