Tidak terasa hari pun sudah semakin malam terlihat Alendra baru saja keluar dari kamar mandi, namun ketika dirinya mengeringkan rambutnya tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintunya dan tentu saja Alendra tahu siapa yang mengetuk pintu kamarnya saat ini, senyuman Alendra seketika terukir di bibirnya karena melihat seseorang yang berdiri di depan pintunya itu adalah gadis yang ia tunggu-tunggu, yaitu Erlin.
"Masuklah," ucap Alendra.
"Kamu baru saja selesai mandi?" tanya Erlin yang hanya ingin berbasa-basi saja.
"Hem, duduklah. Kamu ingin meminum apa?" tanya Alendra.
"Jus jeruk saja," jawab Erlin sambil duduk di kasur Alendra dengan sangat angun dan tanpa sengaja, mata Alendra beralih menatap paha Erlin yang sangat terbuka saat ini karena Erlin memang sengaja memakai pakain seksi dan bertujuan untuk mengoda Alendra.
"Kau sangat seksi sekali," bisik Alendra dengan suara seksinya sehingga Erlin sangat merinding mendengarnya.
"Benarkah?" ucap Erlin tersenyum lebar.
"Hem, aku jadi tidak sabar untuk menikmati malam yang panjang malam ini bersama mu," ucap Alendra sambil membelai paha Erlin yang putih mulus itu.
"Alendra, tangan mu sangat nakal juga!" ucap Erlin yang sebenarnya sudah sangat terbuai dengan sentuhan tangan Alendra di pahanya saat ini.
"Tapi kamu menyukainya, kan?" ucap Alendra.
"Hem," jawab Erlin dengan singkat.
Kedua orang itu pun akhirnya saling memadu kasih malam ini dengan sangat bergairah, bahkan di dalam kamar Alendra hanya terdengar suara desahan kedua orang itu saja, untungnya kamar Alendra memiliki kedap suara, sehingga tidak dapat orang mendengarnya dari luar.
Sedangkan disisi lain, Maya baru saja selesai menyelesaikan makan malamnya, ia tidak tahu bahwa ada Erlin yang sedang berada di kamar Alendra saat ini.
"Akhirnya bisa kenyang juga," gumam Kinara dengan senang, lalu langsung saja membawa piring makannya untuk ke cucian piring dan membersihkannya dengan sangat pelan-pelan karena pergelangan tangannya masih saja terasa sakit dan perih, bahkan luka di pergelangan tangannya belum sepenuhnya kering.
Setelah mencuci piring, Maya pun langsung saja kembali ke kamarnya. Namun, saat dirinya melewati sebuah jendela ia tidak sengaja melihat sebuah bayangan yang sangat mengerikan menurutnya, sehingga Maya menjadi sangat penasaran dengan bayangan tersebut.
"Siapa disana?" ucap Maya dengan sedikit nyaring, lalu melanjutkan langkahnya dengan sedikit ragu tapi rasa penasaran itu membuatnya terus melangkahkan kakinya untuk mencari sosok tersebut.
"Kenapa dindingnya di coret?" gumam Maya bertanya, lalu dengan pelan-pelan Maya membanca tulisan yang berwarna merah di dinding tersebut dan bertulisan ' Maya gadis ku aku mendapatkan mu kembali' membaca tulisan itu membuat Maya mengernyitkan keningnya bingungnya.
"Maksudnya apa?" gumam Maya dalam hatinya sambil berpikir maksud dari tulisan itu.
"Ma-na mungkingkin!" ucap Maya langsung melotot tajam ketika teringat dengan kejadian beberapa hati yan lalu, langkahnya Maya langsung saja menjauhi dinding yang bertulisan namanya itu. Ia sangat takut jika seseorang yang menulis itu adalah orang yang telah menculiknya dan menyiksanya.
"Aku harus memanggil Alendra saja!" ucap Maya yang sudah mulai ketakutan dan segera berbalik untuk menemui Alendra, namun langkahnya terhenti ketika ada seseorang berdiri dihadapannya saat ini dan orang tersebut tentu saja orang yang sangat Maya takutkan.
"K-a-u!" ucap Maya terbata-bata.
"Apa kabar gadis manis ku? Bagaimana keadaan mu? Apa baik-baik saja?" tanya Tristan dengan devil. Maya tidak dapat berkata-kata lagi saat ini, namun langkahnya perlahan-lahan melangkah mundur untuk menjauhi Tristan.
"Apa mau mu?!" ucap Maya dengan suara yang terdengar bergetar, bahkan seluruh tubuhnya terasa sangat lemas sekarang.
"Aku menginginkan tubuh mu!" ucap Tristan demgan santai.
"Jangan bermimpi untuk bisa menyentuhku lagi!" ucap Maya dengan sangat lantang, padahal di dalam hatinya sangatlah takut.
"Sebaiknya kamu menurut saja atau—" ucap Tristan terpotong, lalu menyodorkan pistonya ke arah Maya dan Maya tentu saja semakin gemetar ketakutan karena ia tahu bahwa laki-laki di hadapannya itu adalah pria yang sangat kejam.
"Mendekatlah gadis manis!" ucap Tristan, namun Maya malah melangkahkan kakinya mundur dengan sangat pelan-pelan, bahkan sampai tersungkut karena tidak sengaja tertabrak sebuah meja di sofa hingga dirinya terduduk, Maya pun langsung saja meraba-raba di sekitarnya berharap ada sebuah benda untuk menghajar Tristan, namun tidak ada satu pun benda yang bisa ia gunakan sama sekali.
"Ya Tuhan selamatkan aku dari pria iblis ini!" gumam Maya dalam hatinya. Berharap Tristan tidak membawanya kembali ketempat neraka yang sangat membuatnya menderita itu.
"Tolo—" ucap Maya terpotong karena sudah terlebih dahulu Tristan membekap mulutnya dengan cukup keras sehingga Maya tidak dapat berteriak dengan bebas lagi sekarang.
"Diamlah! Atau aku akan membunuhmu!" ancam Tristan dengan sangat dingin.
"Hem!" ucap Maya berusaha memberontak.
"Diam!" ucap Tristan dengan dingin. Namun, Maya tetap saja tidak ingin diam. Malahan Maya memberontak dengan sangat kuat tenaganya karena Tristan tidak ingin dirinya ketahuanh akhirnya ia membawa paksa Maya untuk keluar dari rumah itu, untungnya satpam di yang berjaga sudah Tristan bekap semuanya sehingga pingsan di dalam rumah penjaga.
"Masuk!" bentak Tristan ketika berhasil sampai di mobilnya dan terpaksa Maya pun juga masuk kemudian di susul oleh Tristan, namun ketika merasakan pintu mobil di sebelahanya tidak terkunci. Maya pun langsung saja diam-diam membukanya dan kabur lewat pintu mobil di sebelahnya saat ia melihat Tristan sedang asik bertelponan entah dengan siapa yang pastinya Maya mengunakan kesempatan itu secara diam-diam.
"Kurang ajar!" ucap Tristan dengan penuh amarah, ia melihat Maya berlari kabur darinya dengan sedikit cepat.
"Berhentilah!" teriak Tristan, namun gadis itu tetap berlari sekuat mungkin untuk menghindar dari Tristan.
"Aku peringatkan kamu sekali lagi! Berhenti atau aku tembak!" ancam Tristan.
"Aku harus bisa kabur darinya! Aku tidak perdulia apa yang iblis itu katakan!" gumam Maya yang sudah sangat ngos-ngosan.
"Tapi aku sangat kelelahan!" ucap Maya, bahkan dirinya sudah sangat berkeringatan setelah berlari cukup jauh.
"Aku harus kuat!" ucap Maya kembali bersemangat demi bisa kabur dari Tristan karena dirinya benar-benar tidak ingin lagi menjadi pemuas nafsu Tristan beberapa hari yang lalu.
"Hem!" Tiba-tiba saja Maya merasakan mulutnya di bekap dengan sangat kuat oleh seseorang, bahkan menyeretnya di sebuah tumpukkan kardus.
"Hem!" Maya berusaha memberontak agar orang yang membekap mulutnya melepaskannya.
"Sttt!" ucap orang tersebut yang tidak lain adalah Dion mantan dosennya dulu.
"Pak!" ucap Maya dengan pelan.
"Diamlah!" bisik Dion.
"Sial! Kemana dia berlari?" tanya Tristan yang sedikit ngos-ngosan juga, ia melihat simpang tiga saat ini dan membuatnya sangat bingung harus pergi kemana dirinya supaya bisa menemukan Maya gadis pemuas nafsunya itu.