Maya sangat bersyukur ketika seseorang yang mau menolongnya dari lelaki yang selalu ingin menangkapnya, entah apa yang akan terjadi kepada dirinya jika Dion tidak menolongnya barusan.
Saat ini Maya sedang beristirahat di sofa tamu milik Dion, sedangkan Dion dirinya sangat penasaran kenapa Maya bisa berurusan dengan lelaki yang sangat terkenal kejam di kota Jakarta selama ini, siapa yang tidak kenal dengan lelaki bernama Tristan yang suka bermain dengan ratusan wanita dan bahkan sangat terkenal sombong. Berkat kekayaan yang ia miliki, Tristan menjadi banyak di takuti dan di puji-puji banyak orang.
"Kamu Maya, kan?" tanya Dion yang sedikit tidak yakin melihat penampilan Maya seperti bukan dirinya yang pernah ia kenal selama ini. Selama ini Dion mengenal Maya seorang gadis cantik, seksi dan sangat menjaga penampilannya. Tapi, ketika melihat penampilan Maya sekarang membuat Dion tidak yakin.
"Iya Pak, terima kasih sudah menolong saya," ucap Maya yang masih saja menunduk ke bawah.
"Kenapa kamu berurusan dengannya? Apa jangan-jangan lelaki itu ada hubungannya dengan foto yang tersebar di kampus kita?" ucap Dion menembak.
"Itu tidak ada hubungannya sama sekali, foto tersebut memang benar diriku. Tapi, bukan berarti aku menjual tubuhku sembarangan, itu karena aku mencari uang buat biaya kebutuhan ku sehari-hari," jelas Maya dengan jujur. Ia langsung saja berbicara non formal kepada Dion sekarang
"Lalu, kemana orang tua mu? Bukankah mereka orang yang memiliki uang cukup banyak?" tanya Dion yang masih belum mengetahui apa-apa tentang kehidupan Maya selama ini.
"Maaf Pak, aku tidak bisa menjawab pertanyaan Bapak," ucap Maya, baginya masalah keluarganya tidak perlu banyak orang untuk mengetahuinya.
"Baiklah, kalau memang kamu tidak ingin mengatakkannya," ucap Dion yang juga memahami maskud dari perkataan Maya.
"Lalu, kenapa kamu bisa berhubungan dengan laki-laki itu?" tanya Dion.
Lalu Maya pun menceritakan pertama kali dirinya bertemu dengan Tristan dan Dion cukup prihatin mendengar cerita Maya. Namun, Maya tidak menceritakan secara detail tentang dirinya yang telah di paksa untuk melayani nafsu Tristan karena Maya sangatlah malu mengakui hal itu semua dan baginya itu tidak pantas sama sekali untuk diceritakan kepada orang lain, cukup dirinya saja yang tahu dan sekaligus merasakan penderitaan itu.
"Baiklah, sebaiknya kamu beristirahat saja disini untuk sementara," ucap Dion.
"Terima kasih banyak, Pak Dion," ucap Maya yang merasa sangat senang.
"Sama-sama, kamar mu berada di situ, pakainnya nanti saya menyuruh pengawal saya untuk mengantarkan ke kamar mu," ucap Dion.
"Baik, Pak. Sekali lagi terima kasih banyak," ucap Maya, lalu dengan perlahan Maya melangkahkan kakinya menuju ke arah kamar yang sudah di katakan Dion barusan karena dirinya ingin sekali untuk segera beristirahat malam ini.
Setelah berada di kamar, Maya pun langsung saja membersihkan kaki dan tangannya untuk segera berbaring di kasur.
"Semoga malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak lagi," ucap Maya, lalu ia pun keluar dari kamar mandi dan ia melihat sebuah paper bag berada di atas kasur itu, ia yakin itu pasti Dion yang meletakannya di dalam kamarnya.
Maya pun langsung saja berganti pakain, lalu langsung saja berbaring di kasur. Perlahan-lahan Maya menutup kedua matanya dan ia sambil berkhayal bahwa dirinya bisa hidup bahagia tanpa adanya penderitaan lagi. Namun, saat dirinya sudah terlelap tidur Maya bermimpi tentang dirinya yang sedang di cekik oleh seseorang.
Maya terlihat sangat gelisah dan berusaha untuk bangun dari mimpinya, tapi kedua bola matanya sangat susah untuk dibuka. Mimpi terasa sangat nyata bagi Maya saat ini, sehingga ia terus saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan tangan orang yang sangat kuat mencekik lehernya.
"Akh!" Suara Maya pun keluar mulutnya dalam keadaan mata tertutup, bahkan dahinya sudah sangat basah karena keringatnya yang keluar.
"Si-siapa? Tolong lepaskan aku!" ucap Maya terbata-bata, di dalam mimpinya Maya berusaha untuk melihat siapa yang sedang mencekiknya. Tapi, sayangnya orang itu telah memakai masker sehingga dirinya sangat kesulitan untuk melihat wajah orang itu. Maya tidak ingin menyerah begitu saja, ia terus berusaha mengapai masker tersebut berharap dirinya bisa mengetahui semuanya.
"Uhuk! Uhuk!" Akhirnya Maya terbangun dari mimpinya yang terasa sangat nyata saat ini.
"Ternyata itu hanyalah mimpi ku saja," ucap Maya yang merasa sangat lega sekarang.
"Tapi kenapa terasa sangat nyata? Bahkan leherku terasa sangat sakit," ucap Maya, lalu ia pun bergegas ke arah cermin dan melihat lehernya.
"Kalau mimpi, kenapa leherku memerah seperti ini?" gumam Maya bertanya-tanya, rasa hatinya mulai gelisah. Namun, tanpa sengaja matanya melihat seseorang yang sedang mengintipnya dari balik jendela, Maya seperti mengenal mata orang yang sedang mengintai saat ini, tapi ia tidak ingin berburuk sangka.
Maya berusaha untuk tenang dan berpura-pura tidak tahu ada seseorang, lalu dirinya pun keluar dari kamar berharap bisa bertemu dengan Dion dan kebetulan Dion sedang duduk di sofa sambil bermain dengan laptop nya.
"Maya, kamu belum tidur juga?" tanya Dion.
"Tadi sudah tertidur, Pak. Tapi, tiba-tiba saja aku bermimpi buruk," jelas Maya yang tidak ingin terlalu menceritakan apa yang sedang terjadi padanya malam ini.
"Lain kali, berdoalah sebelum tidur," tegur Dion.
"Baik, Pak. Bapak kenapa belum tidur juga?" tanya Maya.
"Aku sedang ada kerjaan dari kampus," jelas Dion sambil mengetik sesuatu di laptopnya.
"Oh," ucap Maya singkat.
"Kamu sudah meminum air putih?" tanya Dion.
"Belum, Pak," ucap Maya.
"Ini ambilah air putih milik ku di atas meja itu, kamu tenang saja belum aku minum juga karena hanya persiapan saat aku malas untuk ke dapur mengambilnya," ucap Dion.
"Oh, baiklah. Terima kasih banyak, Pak," ucap Maya yang langsung saja meminum air putih tersebut hingga habis.
"Maya, leher kamu kenapa?" tanya Dion yang terlihat heran melihat leher Maya sangat memerah.
"Aku juga tidak tahu, Pak," jawab Maya yang berusaha untuk menutupi lehernya dengan bajunya.
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Dion.
"Aku baik-baik saja kok, Pak," jawab Maya berusaha untuk tersenyum.
Sedangkan di sisi lain, terlihat kedua orang sedang memadu kasih di dalam kamar, orang itu siapa lagi kalau bukan Erlin dan Alendra.
"Alendra, milik mu benar-benar mwmbuat ku candu untuk melakukannya terus menerus," ucap Erlin saat dirinya sedang duduk di atas dimana milik Alendra sedang masuk kedalam miliknya.
"Baiklah dan percepatlah gerakkannya!" ucap Alendra yang sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan sesuatu yang terasa nikmat dari miliknya dan Erlin pun langsung saja menuruti apa yang telah di katakan Alendra barusan, sedangkan Alendra memejamkan matanya untuk menikmati rasa yang sangat membuatnya bergairah saat ini.
Setelah melakukkannya selama 30 menit lamanya, kini sekarang Alendra dan Erlin sedang mengistirahatkan tubuh mereka berdua masing-masing karena tubuh mereka cukup melelahkan.
"Alendra, apa kamu tidak kepikiran untuk menikahi ku?" tanya Erlin dengan tiba-tiba dan Alendra sedikit terkejut dengan ucapan Erlin barusan.