Saat ini Alendra sedang dikurung di dalam kamar, padahal Tristan berniat untuk mengurung laki-laki itu berada di ruangannya di bawah tanah. Namun, Maya berulang kali memohon kepada Tristan supaya tidak berbuat kejam terhadap sahabatnya, awalnya Tristan tidak menghiraukan apa yang gadis itu katakan.
Ketika Maya mengatakan sesuatu yang membuat Tristan tentu saja tidak akan pernah menolaknya. Laki-laki itu langsung saja menuruti perintah Maya, sedangkan Maya sedikit menyesal ketika mengambil sebuah keputusan yang sangat tergesa-gesa dan akhirnya Maya harus menerima resiko apa yang baru saja ia lakukan.
"Kenapa diam saja?" tanya Tristan yang sedang berbaring di atas kasur mengunakan celana boxernya dan bajunya sudah ia lepaskan dari tadi.
"Ba-bagaimana melakukan hal yang lain saja?" tanya Maya dengan gemetar.
"Maksud kamu?" tanya Tristan dengan dingin.
"I-itu ... baiklah aku akan melakukannya."
Maya tidak mampu lagi mencari ide supaya tidak melayani nafsu gairah Tristan, padahal gadis itu sendiri yang mengatakan bahwa dirinya siap melayani Tristan di kasur asalkan laki-laki itu tidak membawa Alendra sahabatnya ke ruang bawah tanah.
"Cepatlah kemari!"
Perlahan-lahan Maya melangkahkan kakinya dengan sangat ragu menghampiri Tristan. Gadis itu benar-benarlah sangat takut jika harus melayani nafsu laki-laki kejam itu karena selama ini Maya sudah merasakan bagaimana hidunya yang terasa sangat menderita ketika berhubungan badan bersama laki-laki yang kasar seperti Tristan.
"Bagaimana kalau aku memasak sesuatu untuk, Tuan?"
Maya tetap berusaha membuat Tristan tidak menyuruh untuk melakukan apa yang Maya katakan tadi dan Maya sangat berharap Tristan mau mendengarkan perkatannya.
"Memasak? Untuk apa kamu memasak? Bukankah, kamu tahu aku memiliki banyak pelayan didapur dan termasuk di atas ranjang ini!"
"Aku ... masakan ku sangat enak, Tuan akan sangat rugi jika tidak mencicipinya."
Tristan merasa bahwa gadis di depannya saat ini sedang memiliki suatu rencana terhadap dirinya dan Tristan menjadi sangat penasaran apa yang gadis itu lakukan nanti, sehingga Tristan pun menyetujuinya dengan sangat mudah.
"Baiklah, jika masakan mu tidak cukup memuaskan lidahku. Maka, tubuhmu yang harus bisa memuaskan hasratku!"
Sebelum menyetujui apa yang di katakan Maya barusan, Tristan ingin memberikan sedikit sebuah ancaman untuk gadis itu dan terlihat gadis itu sangatlah takut ketika mendengarnya.
"Baik, saya akan membuat Tuan menyukainya nanti."
Entah kenapa Maya menjadi sangat yakin, bahwa masakannya tidak akan pernah membuat laki-laki itu menolak untuk memakannya nanti dan Maya ingin membuat Tristan ketagihan untuk menikmati masakannya.
Sekarang Maya dan Tristan langsung saja pergi kedapur, tapi Tristan terlebih dahulu membuat para pelayan di seluruh rumahnya keluar dari rumahnya dan menunggu di luar saja termasuk Alendra yang berada di dalam kamar, Trisan memberikan perintah kepada anak buahnya supaya membawa Alendra pergi ke rumahnya yang berada di sebelah.
"Kenapa Tuan mengusir mereka semua?"
Maya sampai kebingungan apa yang telah Tristan lakukan kepada semua orang yang berada di dalam rumah itu, apa lagi keluar dengan sangat tergesa-gesa membuat perasaan Manda menjadi tidak enak sekarang.
"Sudah jangan pikirkan mereka, sebaiknya kamu lakukan tugas mu sekarang sebelum aku berubah pikiran!"
Dengan cepat Maya berlari ke arah dapur dan mencari berbagai keperluan yang ia perlukan untuk memasak dan Maya melihat isi kulkas itu terdapat berbagai macam sayur dan daging yang tersedia, bisa dibilang semuanya lengkap tinggal memilih apa yang diingin masak saja.
"Apa yang ingin kamu masak?"
Seketika Maya terkejut dan kepala gadis itu tidak sengaja terbentur dikulkas ketika dirinya ingin mengambil ayam yang berada di paling bawah.
"Auh! Ada apa?"
Maya sambil mengaduh kesakitan dan mengelus-ngelus kepalanya, Tristan yang melihat tanpa sadar tangannya ikut mengelus kepala Maya yang sakit itu. Maya terdiam sebentar menatap laki-laki yang berada di hadapanya saat ini terlihat sangat tampan dan mempesona.
"Jika seperti ini, dia terlihat baik," gumam Maya dalam hatinya
"Akh!" Tiba-tiba saja terdengar lagi suara pekikan seperti sedang menahan kesakitan dan tentu saja itu Maya karena Tristan mendorong dirinya dengan sangat tiba-tiba hingga masuk kedalam kulkas.
Tristan sangat tidak menyukai Maya memperhatikan dirinya, sehingga tanpa adanya rasa kasihan Tristan mendorong gadis itu dengan sangat kasar, lalu pergi duduk di kursi meja makan. Maya melihat sikunya sedikit terluka akibat mengenai sesuatu yang tajam tapi Maya tidak memperdulikan hal itu lagi karena Maya sangat takut membuat Tristan kembali marah terhadapnya dan membuatnya menderita lagi nanti.
"Laki-laki itu memang terlahir sangat kejam dan tidak memiliki hati untuk mengasihani gadis kecil sepertiku! Mungkin ini sudah nasibku untuk menerima semua penderitaan ini selama sisa hidupku."
Tanpa terasa buliran air mata Maya menetes begitu saja ketika dirinya sedang memotong ayam, pikiran Maya menjadi tidak karuan sejak Tristan mendorongnya dengan sangat kejam layaknya dirinya bukan manusia.
"Aku akan memberikan waktu untuk mu hanya 30 menit saja, jika tidak aku akan menghabisimu!"
Tristan memberikan sebuah peringatan kepada Maya dari meja makan dan untungnya Tristan tidak melihat bahwa dirinya sedang menangis saat ini.
"Baik, Tuan."
Dengan sangat tergesa-gesa Maya langsung saja mencuci bersih ayam tersebut, lalu diam-diam Maya memberikan sesuatu kedalam masakannya karena itu semua atas perintah dari Alendra dan tentu saja Alendra diam-diam memberikan itu untuk Maya supaya Tristan tidur dengan tenang nantinya.
"Aku harap rencana kita berhasil, Alendra," gumam Maya dalam hatinya.
Sudah sekian menit Maya memasak di dalam dapur, kini sekarang Maya kembali membawa sebuah mangkok yang berisi sup ayam untuk Alendra dan menghidangkan segera masakan tersebut.
"Hanya sup ayam?"
"Hem, aku yakin Tuan akan menyukainya."
"Jangan terlalu percaya diri!"
"Silahkan Tuan menikmatinya," ucap Maya sambil berpura-pura tersenyum.
"Gadis ini benar-benar ingi bermain denganku," gumam Tristan di dalam hatinya.
"Aku ingin kamu mencobanya untuk ku terlebih dahulu."
Seketika mata Maya melotot tidak percaya mendengarnya karena bagaimana mungkin dirinya memakan sup yang sudah ia masukan sebuah obat yang bisa membuat tertidur dengan sangat lelap, apa lagi obat yang ia berikan tidaklah sedikit.
"Tidak!" ucap Maya dengan cepat dan semakin membuat Tristan yakin bahwa gadis itu sedang memiliki sebuah rencana untuk mengelabui dirinya.
"Kenapa? Apa kau menaruh racun di dalamnya?" Maya pun memundurkan langkahnya sedikit karena merasa sangat tersindir oleh perkataan Tristan.
"Saya tidak menaruh obat tidur didalam, Tuan." Tanpa sadar Maya mengatakan sendiri apa yang telah ia lakukan saking merasa sangat gugup karena ini adalah pertama kali bagi Maya untuk melakukan hal yang seperti itu selama ini. Jadi, Maya merasa tidak terbiasa akan hal itu semua.
Mendengar gadis itu berkata seperti itu, Tristan langsung tersenyum devil ke arah Maya tatapan Tristan membuat Maya sangat sulit untuk bergerak berlari. Tatapan yang tajam bagaikan elang sudah siap memangsa musuhnya dan itulah sosok Tristan yang sebenarnya.