Kedua pengawal yang sedang bertugas mengaja Alendra tampak sangat bingung melihat pak Hartono membawanya keluar. Padahal bos mereka baru saja tadi sore mengatakan untuk tetap selalu menjaga gudang itu dan tidak membiarkan Alendra kabur. Namun, sekarang mereka berdua kebingungan apa yang harus mereka berdua lakukan saat ini, ketika ingin menghampiri Tristan pak Hartono dengan cepat mengatakan sebuah alasan yang sangat tepat, sehingga kedua pengawal itu mempercayainya dan membiarkan pak Hartono membawa Alendra dari gudang tersebut.
Alendra langsung pergi keluar dari kediaman Tristan berkat bantuan pak Hartono. Tapi, pak Hartono berpesan kepada Alendra supaya ia mengirim sebuah pasukan yang sangat banyak untuk menyeran kediaman Tristan besok malam dan tentu saja Alendra menyetujuinya saja selagi dirinya bisa dibebaskan.
Masalah sahabatnya yang sedang ditahan saat ini, ia akan pikirkan kembali setelah ia menemukan jalan keluarnya.
Alendra langsung saja berangkat meninggalkan rumah besar itu sambil menatapnya tidak rela untuk pergi karena ada seseorang yang sangat penting masih berada di dalam rumah itu yang tidak dapat ia bawa pulang dengan mudah.
"Maya, maafkan aku. Sahabatmu ini benar-benar tidam berguna dan tidak bisa menyelamatkan kamu sekarang, aku berjanji akan tetap berusaha untuk membawa mu pulang kembali dan kita berdua bisa berkumpul seperti dulu lagi. Maafkan aku Maya ...."
Alendra menyandarkan bahunya di kursi mobil milik pak Hartono karena pak tua itu percaya penuh kepadanya sehingga ia tidak segan lagi untuk meminjamkan mobilnya kepada Alendra.
Beberapa jam kemudian, Alendra kini telah tiba dikota tempat dimana ia tinggal. Sesampai di depan rumah, Alendra melihat sebuah mobil terpakir di depan rumahnya dan tentu saja Alendra tahu siapa pemilik mobil tersebut.
Dengan segera Alendra turun dari mobil, lalu masuk kedalam rumahnya ia melihat seorang gadis yang ia rindukan beberapa hari ini sedang duduk bersandar di sofa dengan berpakain sangatlah seksi menampakan belahan pahanya, serta bajunya yang sangat terbuka hingga kedua belahan dada yang terlihat besar tersebut hampir keluar dari tempatnya.
"Alendra, kamu dari mana saja?" tanya Erlin yang langsung berlari memeluk dirinya dengan sangat erat dan dengan senang hati Alendra menyambut pelukan hangat dari gadis itu.
"Aku sedang ada urusan mendadak, sehingga tidak mengabari mu waktu itu," ucap Alendra berbohong.
"Kau serius?" tanya Erlin seolah tidak percaya dengan ucapan Alendra.
"Hem ... Erlin aku sangat kelelahan. Bisakah jangan bertanya terus?"
"Ah, maafkan aku. Aku hanya mengkhawatirkan mu saja."
"Apa kau merindukan ku?"
"Tentu saja aku sangat merindukan mu, Alendra."
"Kalau begitu, layani aku sepuasnya hari ini. Bagaimana?"
"Emh! Alendra kau—" ucap Erlin terpotong karena Alendra dengan tiba-tiba melumat bibirnya dengan sangat rakus, bahkan kedua tangan Alendra perlahan-lahan turun meremas kedua bokong Erlin yang terasa kenyal.
Merasakan remasan itu, Erlin menjadi sangat bergairah dan kedua tangan Erlin pun ikut bekerja dengan meremas-remas rambut Alendra, lengkuhan dari mulut Erlin semakin membuat Alendra bergairah untuk melakukan aksinya. Sehingga Alendra pun membawa mereka berdua untuk duduk di sofa, sedangkan semua pelayan yang berada di rumah itu langsung pergi meninggalkan rumah tersebut saat tahu tuan mereka sedang berduaan dengan kekasihnya.
"Aku sudah sangat merinduka. kedua ini." Alendra langsung melumat salah satu belahan dada Erlin dengan sangat angresif, Erlin sampai berulang kali mengeluarkan suara desahannya dan tentu saja Alendra sangat menyukainya.
Posisi Erlin sudah berada bawah Alendra sedangkan Alendra sudah bersiap-siap untuk memasukan benda pusakanya yang paling berharga ke dalam lubang kenikmatan yang membuatnya selalu ketagihan itu.
"Pelan-pelan saja," ucap Erlin dan Alendra tidak yakin dirinya bisa melakukan apa yang di katakan gadis itu karena rasa gairahnya benar-benar sangatlah memuncak saat ini.
Perlahan-lahan Alendra memasukan miliknya kedalam intim milik Erlin dan Erlin sudah bersiap-siap untuk mencari tempat pegangannya saat Alendra memaju mundurkan pingulnya yang berada didalam miliknya saat ini.
Alendra sudah memaju mundurkan pinggulnya dan kedua mata Erlin terlihat di pejamkan karena sangat menikmati permainan tersebut, milik Alendra yang cukup besar tentu saja sangat memuaskan Erlin, apa lagi Alendra terlihat sangat berpengalaman untuk membuat gadis itu mendesah kenikmatan.
"Alendra, aku rasanya ingin pipis sekarang!" ucap Erlin sudah tahan menahan didalam sana yang terasa ingin keluar selama 15 menit lamanya, begitu juga dengan Alendra ia benar-benar ingin segera mengeluarkan sesuatu yang hampir membuatnya terasa gila dibuatnya.
"Baiklah." Alendra mengatur posisinya supaya ia bisa lebih leluasa untuk memaju mundurkan pingulnya, setelah ia rasa sudah terasa pas dengan segera Alendra melanjutkan permainan panas itu dengan sangat cepat.
Di ruangan yang tampak besar tersebut hanyalah terdengar suara desahannya Erlin saja, beberapa detik kemudian akhirnya Alendra menyemburkan sesuatu yang hangat kedalam rahim milik Erlin. Gadis itu terlihat terengah-engah dan berusaha untuk mengatur nafasnya karena merasa sangat kelelahan.
Sedangkan Alendra langsung naik ke atas tangga untuk segera membersihkan tubuhnya terasa lengket dan kotor karena beberapa hari ini dirinya tidak pernah sedikit pun untuk menyentuh air. Walaupun Alendra tidak mandi beberapa hari namun aroma tubuhnya tetap saja terasa wangi karena dirinya memakai parfum yang sangat mahal bermerk dan tentu saja tahan lama.
"Cih! Kenapa dia meninggalkan begitu saja sendiri disini?" tanya Erlin yang sangat kesal dan dengan segera ia pun menyusul Alendra untuk masuk kamar tanpa memakai penutup pakain apapun.
Erlin mendengar suara percikan air di dalam kamar mandi, lalu ia pun membaringkan tubuhnya di atas kasur karena rasa lelahnya masih terasa. Sudah 10 menit lamanya Alendra berada di dalam kamar mandi, kini terdengar suara pintu itu terbuka dengan perlahan. Erlin langsung melihat ke arah Alendra yang sedang bertelanjang dada saat ini, ia melihat dada bidang Alendra sangatlah mengoda dan terasa dirinya benar-benar ingin untuk selalu menyentuh dan merasakannya dengan tangannya.
"Kenapa?" tanya Alendra yang heran.
"Tidak apa-apa. Oh, iya dosen Dion kemarin memanggil mu untuk segera ke ruangannya."
"Memangnya, ada apa?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu dan dia pun juga tidak mengatakan apa alasannya memanggil kamu namun sepertinya dosen itu ingin berbicara dengan sangat serius dengan mu," jelas Erlin.
"Baiklah, besok aku akan langsung ke ruangannya."
Alendra pun membuka lemari pakainya yang cukup besar itu, lalu mengambil kaos hitamnya dengan celana pendek diatas lututnya setelah memakai itu semua, Alendra menghampiri Erlin yang masih belum memakai pakain apapun.
"Apa kau tidak ingin membersihkan tubuh mu terlebih dahulu?"
"Aku sangat lelah, nanti saja," ucap Erlin bergelanyut manja di lengan Alendra dan laki-laki itu mengelus rambut Erlin dengan lembut.
"Alendra, besok aku tidak bisa kemari untuk mendatangi mu dulu," ucap Erlin.
"Kenapa?"
"Aku ada sedikit urusan penting yang harus ku selesaikan terlebih dahulu dan terutama besok aku tidak dapat turun kekampus," jelas Erlin cukup panjang lebar.
Alendra tampak menjadi tidak semangat saat mendengar gadisnya besok sementara tidak bisa untuk menemaninya seperti biasa. Rasanya Alendra tidak ingin pergi kekampus namun karena dirinya beberapa hari ini tidak turun sehingga ia pun memutuskan untuk hadir kekampus, terutama dosen mereka sedang ingin bertemu dengannya besok.
"Memangnya, ada urusan apa sehingga kamu tidak bisa menemuiku?" Terlihat Erlin sangat kebingungan untuk mencari cara untuk menjelaskanya kepada Alendra.
"Erlin!" Alendra sampai melambai-lambaikan tangannya melihat gadisnya itu yang terlihat melamun.