Di pagi hari yang cerah, terlihat seorang gadis sedang duduk termenung di bawah kasur, sambil melekukan lututnya dan menunduk kebawah. Tubuhnya terlihat bergetar hebat karena menangis sesegukan mengigat dirinya yang tidak dapat kabur dari rumah laki-laki yang kejam seperti Tristan.
Maya menghentikan tangisannya karena merasa sangat kelelahan, lalu ia termenung entah apa yang sebenarnya ada dipikiranya saat ini. Namun, tatapannya sangat kosong dan hampa sekarang, tubuhnya yang penuh luka tidak terasa sakit lagi karena beban berat di hidupnya lebih sakit dari luka yang ia terima.
"Tuhan, bagaimana caranya aku bisa terlepas dari semua ini? Aku sangat lelah menghadapi semua penderitaan yang sangat menyakitiku berulang kali, aku ingin hidup bebas tanpa adanya luka di batinku maupun di tubuhku," gumam Maya sambil air matanya mengalir membasahi kedua pipi cantiknya itu.
Maya mendengar suara pintu terbuka dengan segera ia menghampuskan air matanya. "Kau sudah bangun? Ayo, kemarilah ikut serapan denganku!" ajak Tristan. Namun, Maya tidak menghiraukan ucapan Tristan ia malah berpaling menghadap ke arah lain.
Melihat itu, membuat Tristan menjadi tidak suka. "Jika kamu ingin kabur lagi dari sini, maka bersiap-siaplah video ini akan menyebar di seluruh dunia!" Tristan memberikan sebuah tablet kepada Maya dan isi video tersebut tentang dirinya melakukan hubungan intim dengan Tristan.
Tristan sengaja melakukan itu semua hanya untuk mengancam Maya, supaya gadis itu tidak lagi selalu berpikir kabur darinya.
Mata Maya melotot tajam melihat itu semua. "Laki-laki brengsek!" Maya langsung saja melemparkan tablet itu ke arah Tristan. Namun, tidak mengenai dirinya melainkan mengenai dinding dan menyebabkan layar tablet itu retak.
Tristan mendekati Maya dan mencekik leher gadis itu. "Percuma kamu menghancurkannya gadis bodoh! Karena aku memiliki video aslinya dan aku peringatkan kamu supaya lebih berhati-hati terhadapku! Kau paham!" Tristan mendorong tubuh Maya hingga gadis itu terkapar di lantai, sambil terbatuk-batuk karena lehernya terasa hampir putus oleh Tristan. Seluruh wajah Maya bahkan memerah menahan rasa sakit yang di berikan Tristan kepadanya.
Maya berusaha mengatur nafasnya, sedangkan Tristan tersenyum devil melihatnya. "Cepat berdirilah dan ikut aku sekarang juga!" Dengan perlahan-lahan Maya bangkit berdiri. "Auh!" Tristan mendengar suara kesakitan dari arah belakangnya. "Dasar gadis lemah!" ucap Tristan yang langsung saja membopong tubuh Maya untuk turun kebawah.
Tubuh Maya tentu saja sakit setelah Tristan melakukan hubungan intim dengannya secara kasar, bahkan berdiri saja ia sangat kesusahan karena bagian intimnya benar-benar sangat perih. Belum lagi bagian belahan dadanya juga terasa sakit akibat laki-laki itu melakukannya tidak ada rasa kasihan sama sekali terhadapnya.
Tristan mendudukan Maya di kursi meja makan, lalu memberikannya piring dengan diisi berbagai macam lauk dan sayur di atasnya. "Makanlah yang banya, supaya kamu kuat melayani ku lagi!" ucap Tristan dengan segera Maya menyingkirkan makanan itu dari atas meja hingga terjatuh kelantai dan mengakibatkan piring pecah serta makanan tersebut berhamburan. "Aku tidak ingin makan!" ucap Maya dengan tegas.
Melihat perlakuan Maya yang tidak sopan di hadapannya membuat Tristan marah besar. "Jika kau tidak ingin makan, maka video itu akan aku sebarkan dengan segera!" ancam Tristan dan dengan terpaksa Maya mengambil kembali piringnya, lalu mengisi sedikit nasi di dalamnya. "Aku makan ini saja!" ucap Maya.
Tanpa meminta persetujuan dari gadis itu dengan segera Tristan kembali menambahkan lauk serta sayur itu kedalam piring Maya. "Makanlah dan jangan cerewet!" ucap Tristan, lalu ia pun memakan makanan yang berada di piringnya saat ini dengan cukup lahap sambil menatap Maya yang sedang menyuap nasi kedalam mulutnya dengan sangat lahap. "Cih! Katanya tidak ingin makan," gumam Tristan dalam hatinya.
Maya sampai beberapa kali mengambil sayuran serta lauk di atas meja karena beberapa hari ini dirinya benar-benar tidak karuan untuk makan. "Aku tidak perduli lagi dengan laki-laki ini terus memandangku!" gumam Maya dalam hatinya karena menyadari bahwa Tristan tidak lepas memandangnya dari tadi.
Melihat Maya yang sudah kekenyangan Tristan pun memberikan sebuah gelas susu kepada Maya. "Minumlah ini sampai habis," ucap Tristan dan tanpa membantah gadis itu menghambiskannya hingga tidak tersisa.
Merasa cukup kenyang, Maya memilih untuk pergi masuk kedalam kamar lagi. Tapi, ia sangat kebingungan dengan keadaan dirinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan menuju ke kamar. "Diamlah di situ! Jika tidak bisa berjalan jangan memaksa dirimu bodoh!" ucap Brian kepada Maya dan gadis itu hanya bisa diam saja karena tidak berani lagi untuk melawan, bahkan menyahuti ucapan Tristan.
Sudah setengah jam lamanya Maya menunggu Tristan untuk membawanya masuk kedalam kamar. Namun, laki-laki itu terlihat tidak sama sekali berniat bangun dari tempat duduknya. "Aku sangat bosan duduk berada disini, kapan laki-laki ini membawa ku dalam kamar? Aku ingin segera beristirahat," gumam Maya dalam hatinya.
Tristan tahu apa yang sedang dalam pikiran Maya saat ini dan ia memang sengaja untuk tidak tergesa-gesa membawa gadis itu masuk karena ia ingin di temani saat ini. "Sepertinya dia sudah mulai gelisah," gumam Tristan dalam hatinya sambil bermain ponselnya.
Maya menatap kesal ke arah Tristan. "Padahal makanannya sudah habis, lalu tunggu apa lagi?" batin Maya, berulang kali Maya berusaha untuk mencari perhatian Tristan dengan cara menguap berkali-kali supaya laki-laki itu mengerti apa yang ia maksud.
Tristan menatap sebentar Maya. "Kenapa sudah mengantuk pagi-pagi seperti ini?" tanya Tristan yang sudah jengah melihat Maya menguap berulang kali. "Aku tidak tahu!" jawab Maya singkat. "Dasar tukang tidur!" ejek Tristan, lalu beralih menatap ponselnya.
Maya mencoba berpikir, apa yang harus ia lakukan supaya Tristan membawanya segera masuk kedalam kamar. "Harus bagaimana lagi ini? Aku sudah tidak tahan duduk berlama-lama seperti ini." Maya terus bergumam di dalam hatinya, ia tidan berani berbicara sepatah kata pun sebelum laki-laki itu bertanya kepadanya.
Sudah hampir 1 jam lamanya Tristan membuat Maya menunggu dirinya, kini ia fokus melihat gadis itunyang terlihat sangat bosan dari tadi. "Setelah ini, segeralah Mandi dan memakai pakain yang aku berikan kepada mu nanti," jelas Tristan dan Manya mengernyitkan alisnya bingung. "Paman dan tante ku akan kemari," jelas Tristan yang tahu maksud dari exspresi Maya yang gadis itu tunjukan. "Baik," jawab Maya singkat.
Perlahan-lahan Brian bangkit berdiri, lalu membopong tubuh Maya masuk kedalam kamarnya, lalu mengambil handuk sebentar kemudian langsung membawa gadis itu masuk kedalam kamar mandi. "Mandilah dengan segera." Maya langsung mengagukkan kepalanya, lalu laki-laki itu meletakan Maya ke dalam buth up yang sudah terisi air serta sabun di dalamnya dan itu semua pelayan Tristan yang melakukannya.
"Akh!" Maya merasakan perih di seluruh tubuhnya serta di bagian intimnya saat dirinya berada di dalam buth up. "Sakit?" tanya Tristan dan Maya mengangukkan kepalanya lemah tidak berdaya. "Baiklah, aku akan membantu kamu melepaskan pakain mu." Tristan mengambil sebuah gunting lalu mengunting seluruh pakai. maya hingga semuanya terlepas.
Sedangkan Maya hanya diam menahan rasa sakit di tubuhnya, ingin rasanya ia segera bangun dari buth up itu. Tapi, dirinya juga perlu membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket bagaikan lem yang menempel di tubuhnya.