Chereads / Nyonya Muda Kesayangan Allan / Chapter 2 - Lowongan Pekerjaan

Chapter 2 - Lowongan Pekerjaan

Allandra berkutat dengan laptopnya. Dia sedang mencari lowongan pekerjaan. Karena ayahnya bangkrut, Allandra menjadi pengangguran. Dia harus segera mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya ke depan. Apalagi isi tabungannya sudah menipis.

Kalau bukan karena kecurangan itu, mungkin semuanya tidak akan separah sekarang. Keluarga Allan kini bergantung hidup melalui sumbangan yang di terima di panti asuhan. Allandra bertekad, ingin mengembalikan kejayaan keluarganya suatu hari nanti.

Allandra terpaku pada sebuah iklan lomba tinju nasional. Dia dulunya memang sering berlatih saat hari libur. Hadiah yang di perebutkan lumayan besar. Seratus juta rupiah. Dengan uang itu, Allandra mungkin bisa membuka usaha kecil-kecilan. Dengan keyakinan penuh, Allandra mengisi formulir pendaftaran.

"Allan, kamu sudah makan?" Bima tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya. Allandra menggeleng.

"Belum. Sebentar lagi." sahut Allandra sambil terus mengisi data dirinya dengan teliti. Dia tidak akan melewatkan kesempatan bagus. Selain hobi, pertandingan itu akan membuatnya bisa membantu keluarganya, meskipun tidak sebesar jumlah uang yang telah di habiskannya selama ini.

"Ngerjain apaan, sih?" Bima penasaran.

"Aku daftar kompetisi tinju. Siapa tahu bisa menang. Lumayan kalau menang bisa buat buka usaha, kan?" katanya yakin. Bima berjalan mendekat, lalu duduk di samping Allandra.

Lelaki itu belum lupa bagaimana Allan berdebat dengan ayahnya karena dia tertangkap basah naik ke atas ring. Sebagai sahabat, Bima ingin mengingatkan Allan.

"Yakin kamu mau ikut kompetisi? Bukannya ayahmu nggak setuju kalau kamu main tinju?" kalimat yang di layangkan oleh Bima benar-benar mengingatkan Allannpada kejadianbitu.

"Aku tidak peduli. Sekarang hidupku adalah tanggung jawabku. Lagipula, keuangan keluargaku sedang tidak baik. Dengan kompetisi ini, aku yakin bisa membantu mereka kalau sampai memenangkannya." Allandra yakin dengan keputusannya. Dia tetap akan bertarung, meskipun ayahnya tidak merestui langkahnya.

"Semangat Allandra. Aku selalu dukung kamu. Aku yakin, ayahmu pada akhirnya akan bangga dengan ini" Bima meyakinkan Allandra kalau dirinya akan mendukung setiap langkah sahabatnya itu.

Seperti Allan yang selalu mendukungnya, kali ini Bima ingin lebih berguna untuk lekaki itu. Dia ingin memberikan dukungan penuh pada Allan.

"Terima kasih, Bim. Sudah kelar, ayo kita keluar makan. Aku sudah sangat lapar." Allana menutup laptopnya lalu mengajak Bima pergi ke warung untuk mencari makan. Dia sudah mulai beradaptasi dan menurutnya, rasa makanan warung pinggir jalan tidak terlalu buruk.

Di perjalanan menuju warung, Bima menangkap pemandangan yang pasti membuat dada Allan berkecamuk saat melihatnya.

"Lan, itu bukannya mantan cewek kamu, Si Raya?" Bima menunjuk sepasang kekasih yang tengah jalan berdua bergandengan tangan hendak naik ke mobil.

Allan meluruskan pandangannya ke arah yang sama dengan pandangan sahabatnya.Benar Raya, Wanita yang telah berada di sisinya selama tiga tahun terakhir. Dia dan seorang lekaki tampak bercengkrama mesra sebelum keduanya masuk ke dalam mobil.

"Iya. Itu Raya. Dia buang aku pas aku susah. Dulu aja ngejar-ngejar, tahu aku miskin langsung di tinggal." keluh Allandra sambil memperhatikan mobil sedan silver itu berlalu membawa Raya.

Kenyataannya memang seperti itu, awalnya Raya selalu mencari perhatian Allan, meskipun lelaki itu sudah memasang wajah datar, gadis itu tidak pernah menyerah, sampai akhirnya dia mendapatkan hati Allan sepenuhnya.

"Santai, Bro. Nanti kalau kamu sukses, cari pacar yang lebih oke di banding Raya. Wajah kamu kan ganteng, sekarang aja kalau kamu mau nampang, cewek bakalan berjejer tuh, ngantri kayak mau beli gorengan." kelakar Bima, Allandra terkekeh.

Wanita bukan lagi prioritas utama dalam hidup Allandra. Kisah cintanya dengan Raya memberinya banyak pelajaran. Wanita tidak semua tulus, mereka pandai merayu, hingga tanpa sadar menguras dompetnya perlahan. Setelah dia tidak memiliki apapun, cintanya pun hilang, menguap, seperti embun yang tertimpa sinar mentari. Miris sekali.

"Bukan itu tujuan aku sekarang. Penghasilan dulu di bagusin, baru mikirin cewek. Tahu sendiri kan, sekarang musimnya dompet tebal yang paling di sayang." Allandra berjalan mendahui Bima, lelaki itu kemudian berlari kecil agar mereka kembali sejajar.

Allandra pernah berpikir, kalau wajah tampannya saja sudah cukup untuk membuat seorang gadis menyukainya, tapi sekarang dia ingin menertawakan dirinya sendiri, tanpa uang, dia hanya di pandang sebelah mata.

"Kalau kamu kaya lagi, jangan lupain aku. Gini-gini aku kan selalu setia nemenin kamu waktu kamu kembali ke titik nol." Bima mendorong bahu Allandra dengan bahunya.

Allan masih bersyukur setidaknya masih tersisa Bima yang tulus padanya. Bukan sekedar teman di saat senang, tapi di saat seperti ini pun dia masih mau menerimanya. Mungkin karena Bima juga telah terbiasa merasakan kerasnya hidup.

"Santai. Kamu pasti ikut sejahtera kalau aku kaya." kelakar Allandra, Bima tertawa kecil. Allandra memang loyal sejak dulu, hanya saja, teman-temannya yang lain hanya memanfaatkan kebaikannya. Di saat seperti ini, Allandra baru sadar, tidak semua orang tulus di dunia ini.

Dan itu memang pemikiran yang benar. Ketulusan hanya terlihat di saat terpuruk seperti sekarang. Karena ketika roda kehidupannya di atas, semua orang berlomba-lomba memujinya seakan tanpa cela. Allan tersenyum kecut kala mengingat hal itu.

"Aku tahu itu, aku hanya bercanda. Dari dulu, kamu sudah baik pada kami semua. Eh, bukannya beberapa hari lagi ulang tahun Raya? Kamu di undang, kan?" Bima teringat undangan Raya. Memang beberapa hari lagi wanita itu berulang tahun.

Allandra memang di undang ke acara ulang tahun gadis yang sampai saat ini masih di cintainya itu. Bahkan, dia sudah menyiapkan hadiah untuknya. Sebuah cincin, rencananya Allan mau melamar Raya tepat di hari ulang tahunnya, tapi semuanya kandas dan tidak sesuai dengan yang di rencanakan.

Tapi ada sisi positif yang Allandra dapatkan, dengan kejadian ini matanya sedikit terbuka, dia tahu sedalam apa perasaan gadis itu untuknya. Semuanya manis pada awalnya, Raya bilang tidak ada lelaki lain di hatinya, hanya dia satu-satunya yang berarti di dunia ini, tapi kenyataan yang terjadi, baru saja mereka putus, Raya sudah menggandeng pria lain.

"Di undang, tapi itu dulu. Sekarang aku nggak hadir juga nggak masalah. Sudahlah, ayo makan. Kenapa malah jadi bahas Raya, Sih!" Allandra kesal dan ngeloyor pergi.

Baginya, tidak ada gunanya lagi membicarakan Raya, hanya membuat luka di hatinya semakin menganga. Allan sudah berusaha merelakan gadis itu pergi dan menutupi lukanya rapat-rapat.

Allan optimis, suatu hari dia akan mendapatkan gadis yang lebih baik dari Raya dan mungkin lebih tulus. Mengingat Raya hanya membuat hati Allan terasa sakit.

"Jiah! Ngambek lagi itu anak. Udah mirip anak cewek. Woy! Allandra Wijaya! tunggu!" Bima kembali berlari kecil mengejar cowok berwajah imut itu.