Kini, Zulfa sudah mengajak Dea untuk menepi dari kekesalannya dengan Farel yang dapat di samakan dengan singa yang ingin menerkam mangsa. Mereka sudah berada di kamarnya, bertatapan hanya empat mata.
"Iya aku memang bodoh tapi tidak seperti itu caranya, Dea. Bisa dibicarakan baik-baik, jangan laporkan apapun pada siapapun karena itu hanya semakin memperburuk keadaan..." Zulfa memohon dengan sorot mata sangat sendu diiringi air mata yang mengaliri kedua pipinya.
Dea menatap Zulfa dengan kesal, seperti tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. "Baik-baik katamu? luka di wajahmu itu yang dikatakan baik? terserah kamu saja deh, cinta memang buta dan saking buta-nya kamu tidak bisa membedakan laki-laki kasar dengan yang tulus seperti Kevin!"
