"Sial! Telat lagi telat lagi"
Gue menambah kecepatan berlari gue, menerobos pintu masuk rumah sakit dengan sedikit keras. Beberapa kali gue minta maaf pada orang-orang yang tak sengaja gue tabrak sakin buru burunya.
Cklek
Gue memasuki ruangan ganti gue, dapat gue lihat Yora teman sepermagang gue telah selesai dengan baju gantinya. Hari ini ada Operasi jantung yang harus gue laksanakan, tapi dengan tidak etisnya gue malah datang telat.
"Ko bisa telat sih Jin, Nanti pak Dowon marah loh"
Buset emang sih Yora setelah mengatakan kalimat yang mampu membuat bulu kuduk berdiri--
"pak Dowon marah loh, marah loh..marah loh"
kalimat tersebut terus terngiang ngiang dikepala gue. Dengan cepat gue menyelesaikan berganti pakaian dan segera menyusul Yora teman laknat gue yang telah duluan keluar.
Butuh waktu 3 menit akhirnya gue Sampai diruangan Operasi berada, letak lumayan jauh dari kamar ganti gue tadi maklum rumah sakit ini warbiasah besar.
Gue menarik nafas dalam-dalam sebelum memutar kenop pintu hingga terbuka sempurna menampakkan beberapa orang yang sedang berdiri disamping brangkar yang berisi pasien operasi hari ini. Dengan sedikit kikuk gue segera melangkahkan kaki menuju samping Yora teman laknat gue.
Pak Dowon yang berdiri disebrang gue berdehem sebelum berujar dengan datar dan dingin.
"Operasinya akan dimulai"
Dengan cekatan gue membantu pak Dowon baik untuk mengambilkan pisau atau beberapa barang yang ia butuhkan. Sekitar 8 jam akhirnya operasi yang sedang berjalan ini selesai dengan lancar.
Gue segera meregangkan otot-otot gue saat telah sampai diluar. Beberapa perawat datang untuk memindahkan pasien yang selesai operasi tadi, membuat gue sedikit menepi dari berdiri gue yang didepan pintu agar tak mengahalangi mereka lewat.
"Jinye Pak Dowon memanggilmu"
Seruan dari kak Tao membuat gue segera menganggukkan kepala mengerti dan beranjak pergi menuju ruangan pak Dowon.
"mampus kena dempret juga gue nih"
***
Tok Tok
Gue mengetok pintu dihadapan gue dengan pelan penuh kehati hatian, berharap semoga pria yang didalamnya tak mendengar atau tidak ada deh. Demi apa gue sangat berharap kalau Pak Dowon budeg, biar gue gak disuruh masuk dan mendengar segala amukan dia.
Tapi sayangnya itu hanya sekedar impian kawan karna kenyataannya suara dingin dari dalam cukup membuat gue mendesah lelah, lalu membuka pintu dengan pelan.
"Duduk!"
Gue mendudukkan diri gue dikursi depan pak Dowon, terlihat pria tersebut sedang memeriksa berkas yang entah apalah gue gak ngerti. Yang jelas sekarang gue sangat gugup, belum lagi perkataan Yora kamvret masih terngiang ngian dikepala gue.
"Kamu tau apa kesalahan kamu hari ini?"
"Maaf pak.."
"Apa saya menyuruhmu meminta maaf?"
Refleks gue segera menggelengkan kepala. Dengan takut takut gue mengangkat wajah gue melirik ekspresi wajah pak Dowon, yang demi apa serem bat anjir kalau dikomik komik ni ye pasti kedua matanya mengeluarkan laser yang siap membunuh lawannya.
"Hah, sudah lah secangkir kopi tidak terlalu manis sekarang juga"
Gue menganggukkan kepala gue cepat kemudian gue segera bangkit keluar dari ruangan pak Dowon menuju kafetaria bawah. Baru kali ini gue suka disuruh suruh lebih baik cuy dari pada berada disatu ruangan dengan macan galak.
Setelah sampai di kafetaria bawah rumah sakit, gue segera memesan apa yang disuruh oleh pak Dowon yaitu secangkir kopi Americano yang tak terlalu manis dan juga pahit udah hapal mah gue sakin seringnya disuruh suruh buat beli.
"Jinye?"
Gue membalikkan tubuh gue saat sebuah suara tak asing terdengar ditelinga gue.
"Kak Tao.."Gue sedikit membungkukkan tubuh gue pada kak Tao yang sedang tersenyum menatap gue.
"Udah selesai ketemu Dowonnya?"
Gue menganggukan kepala sebagai jawaban. Kak Tao sendiri adalah seorang dokter spesialis saraf sekaligus temannya Pak Dowon. Sifat mereka sangat berbeda jauh kak Tao terkenal ramah dan humble pada setiap orang sangat kontras dengan pak Dowon yang kebalikannya.
"Em..kak aku permisi dulu ya.."Gue segera pamit pada kak Tao saat pesanan gue telah selesai. Bahkan tanpa menunggu balasan dari kak Tao gue udah cus aja.