Gue bangkit dari tidur gue saat sinar matahari mulai menyumbul dijendela kamar. Gue menyentuh kepala gue yang sudah lumayan mendingan dari semalam.
Semalam gue memutuskan untuk tidur karna sakit kepala yang gue rasakan, berharap dapat hilang jika gue bawa istirahat.
"Hoam"gue menutup mulut gue yang sedikit terbuka karna menguap. Kemudian gue mengambil ikat rambut gue dan menguncir rambut gue dengan asal.
Gue melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelahnya gue segera menuju dapur, hari gue ada jadwal operasi pukul 3 sore nanti sedangkan sekarang baru pukul 7 pagi. Jadi masih banyak waktu untuk gue memasak, dan berberes rumah.
Gue membuka lemari pendingin dan menemukan beberapa telur dan daun bawang. Diam diam gue tersenyum kecut sekarang baru pertengahan bulan tapi bahan bahan makanan sudah hampir habis. Gue bahkan belum ada uang untuk berbelanja, gaji? gue hanya dokter magang tentu gaji gue sangat sedikit. Untuk membayar sekolah Jihon saja tidak cukup apalagi untuk keperluan sehari sehari.
Cklek..
"Jihon ayo duduk dulu noona hampir selesai"gue mengalihkan pandangan pada Jihon yang baru saja keluar dari kamarnya. Dapat gue lihat dia merotasikan matanya malas sebelum benar benar mendudukkan dirinya dikursi meja makan.
Gue mengulum senyum melihatnya yang menuruti perintah gue. Walaupun terlihat sangat terpaksa.
Tak..
Gue meletakkan dua buah piring berisi nasi goreng buatan gue. Ya hanya nasi goreng yang cukup dibuat oleh bahan masakan yang tersisa.
Kami memakan makanan kami dalam diam. Baik gue maupun Jihon kami sama sama membisu dan memilih fokus pada makanan.
Krek..
"Saya sudah selesai"
Gue mendongakkan kepala menatap Jihon yang bangkit dari kursinya. Lalu pandangan gue terarah pada nasi goreng yang masih tersisa setengah dipiringnya.
"Tapi makanan mu?"
Gue mendesah lelah saat Jihon tak mengubris ucapan gue. Remaja laki-laki itu hanya menyampirkan tasnya dibahu lalu hendak melenggang pergi tapi segera tertahan karna gue memanggilnya kembali.
"Noona sengaja melebihkannya"ujar gue sembari meletakkan beberapa lembar uang won diatas meja.
"Hm"Jihon hanya berdehem mengambil uang tersebut, lantas ia segera pergi meninggalkan gue dengan senyum getir.
***
Bus yang gue nanti nanti akhirnya datang. Gue menaiki bus itu lalu mengambil tempat duduk bagian belakang, karna bagian depan dan tengah telah penuh.
Bus pun kembali berjalan, dan gue hanya duduk diam menatap jalanan kota Seoul yang cukup padat. Seperempat jam kemudian bus berhenti disebuah halte, banyak orang-orang yang mulai turun dari dalam bus termasuk gue.
Setelahnya gue melangkah menuju Rumah Sakit yang berada tak jauh dari sini. Sesekali gue menyapa orang orang yang gue temui.
"Jinye.."
Gue membalikkan badan saat suara tak asing terdengar memanggil gue. Terlihat Yora sedang berlari lari kecil menghampiri gue, setelah sampai gadis itu segera merangkul bahu gue membuat keseimbangan tubuh gue goyah. Untung saja gak jatuh.
"Tumben gak telat"Yora menaikkan alisnya menatap gue dengan jahil.
"Telat salah gak telat salah, dasar cewe"dengus gue terus berjalan diikuti oleh Yora yang berusaha menyamakan langkahnya dengan gue.
"Ck, emangnya kamu gak cewe Jin? Dasar bangke"Cibir Yora sontak mengundang tawa keras gue.
Ups! sepertinya tawa gue memang terlalu keras karna sekarang pandangan orang orang dalam rumah sakit ini tertuju pada gue. Dengan kikuk gue membungkukkan badan minta maaf.
"Kamu sih Jin ketawanya keras banget, dah kaya kode doi aja"
Gue dan Yora tiba tiba tertawa bersama, merasa lucu dengan apa yang dikatakan oleh Yora.
"Sayangnya yang dikodein gapeka"gue terkikik memasuki ruang ganti bersama Yora yang mengekori gue dari belakang.
Ucapan gue jadi penutup obrolan kami. Karna sekarang baim gue maupun Yora sedang sibuk berganti pakaian menjadi pakaian steril operasi. Gue mengakhiri denganmemakai sarung tangan dan masker.
Kemudian gue beralih menatap kearah Yora. Dan ternyata gadis itu juga telah siap. Kami melangkah keluar menuju ruangan operasi berada.
Saat telah sampai didepan pintu ruang operasi. Gue memutar kenop pintu dan masuk, didalam sudah ada beberapa suster yang akan membantu proses jalannya operasi. Mata gue menelisik kesegala penjuruh saat dokter ahli bedah yang harusnya memulai operasi ini tidak ada.
"Belum datang ya.."guman gue pelan.
Cklek..
"Maaf saya terlambat datang. Mari kita mulai"
Panjang umur seseorang yang barusan saja gue cari. Sekarang sudah berdiri didepan gue dengan tenangnya. Tangannya terangkat pada gue, yang segera gue isi dengan sebilah pisau.
Lalu waktu pun berlanjut tahap demi tahap operasi ini berjalan dengan lambat, karna semuanya harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Salah kaprah sedikit saja, nyawa seseorang yang jadi taruhannya.
***
"Huah..capeknya"gue mendudukkan diri dikursi ruangan gue. Gue sedikit memijat mijat bahu gue yang terasa pegal, well Operasi tadi mengabiskan waktu sekitar 6 jam dan itu memang tak selama operasi yang semalam tapi tetap saja melelahkan.
"Jin.. biasa pak Dowon"Yora masuk kedalam ruangan gue dan gadis itu membaringkan tubuhnya dikasur tak jauh dari tempat gue duduk. Jadi diruangan ini memang sengaja disediakan kasur untuk pekerja yang dapat shift malam.
"Ck.."gue berdecak kesal sebelum bangkit dan pergi keruangan pak Dowon. Gue meninggalkan Yora yang sudah terlelap menuju alam mimpi. Hue..gue juga pengen tidur tapi Dowonmpret malah meganggu keterangan gue.