"Eungh.."
Gue sedikit terjengit kaget saat mendapati sebuah selimut menyelimuti tubuh gue. Ingatan gue kembali terarah pada semalam. Karna lelah selesai melakukan operasi ekhem! lebih tepatnya membantu melakukan operasi selama kurang lebih 8 jam, dan tentu saja kembali menjadi babu Dowonmpret gue gak sengaja ketiduran dikursi tunggu depan ruang ganti gue.
Tapi seingat gue, gue gak make selimut deh semalam bahkan gue langsung tertidur saat pantat gue menduduki kursi ini. Jadi pertanyaannya siapa yang menyelimuti gue? Yora..? ah benar mungkin saja Yora.
Gue sedikit meregangkan otot-otot gue yang sedikit pegal karna tidur dengan keadaan duduk. Hingga terdengar bunyi 'krek' membuat tubuh gue lebih terasa rileks.
"buset..dah kayak kuli bangunan aja ni tubuh"rutuk gue sembari bangkit dari duduk gue untuk masuk kedalam ruang ganti.
Beruntung lah semalam gue sempat ganti baju jadi kaos putih dengan jeans hitam.
Cras..
Gue menyalakan keran air dalam kamar mandi ruangan ganti. Membasuh muka dan sedikit kumur kumur gue pun menatap pantulan wajah gue dikaca wastafel.
Terlihat sekali kantung hitam dibawah mata membuat gue menghela nafas. Setelahnya gue keluar dari kamar mandi, menuju loker gue berada.
Gue mulai memasukkan barang barang gue, seperti ponsel, charger dan beberapa alat make-up. Tak banyak sih alat make-up yang gue bawa hanya satu lipbam, dan concealer.
Iya concealer seperti saat ini sangat gue butuhkan untuk menutupi kantung mata gue. Selesai memakai concealer di area bawah mata gue segera beranjak pergi dari sana.
Yupz gue mau pulang. Hari ini tak ada operasi yang akan berlangsung jadi gue bisa pulang. Gue sedikit membungkukkan badan pada beberapa dokter atau suster yang berpaspasan dengan gue dilorong rumah sakit.
***
Drt..drt..
Dering ponsel mengalihkan atensi gue yang awalnya tertuju pada jalanan kota Seoul yang tak terlalu padat, ngomong ngomong saat ini gue sedang berada di dalam bus.
"Halo?"
"Iya benar saya kakaknya.."
"Apa? Baik baik saya akan segera kesana"
Gue kembali memasukkan ponsel gue kedalam saku gue saat panggilan telah berakhir. Gue bangkit dari duduk gue memencet bel yang berada diatas kepala gue pertanda kalau gue ingin turun.
Tak lama bus pun berhenti dihalte bus terdekat. Gue mengucapkan terima kasih pada supirnya lalu melangkah turun.
"Hah.."Gue menghela nafas lelah sebelum kembali melangkah menuju suatu tempat yang gue kunjungi. 20 menit gue habiskan akhirnya gue sampai didepan gedung yang berdiri kokoh didepan gue.
'Kantor Polisi'
Untuk kesekian kalinya nafas lelah gue kembali terdengar. Dengan cepat gue memasukinya, gue melempar senyum tipis pada orang orang yang gue temui.
"Nona Jinye?"
Gue menganggukan kepala pada seorang polisi yang barusan memanggil nama gue.
"Bisa ikut saya"
Kembali gue menganggukan kepala mengikuti polisi tersebut, menuntun gue menuju ruangan yang telah diisi oleh seorang pria yang amat gue kenal.
Kepalanya mendongak menatap kearah gue dengan tatapan terkejut. Dapat gue lihat lebam dipipi dan sudut bibir yang robek membuat gue menarik nafas, sebisa mungkin gue menenangkan diri gue.
Gue mendudukkan diri gue lalu mulai mendengar penjelasan dari polisi dihadapan gue.
"Jadi apa yang telah dilakukannya pak?"
"Em, adik anda mencuri dari sebuah minimarket lalu ia sempat berkelahi dengan beberapa preman yang ia temui di jalanan."
"Adik saya mencuri?"tanya gue tak percaya. Dan anggukan dari polisi dihadapan gue menjadi jawabannya.
"Kami tidak bisa menahan adik anda karna dia masih dibawah umur. Tapi kami ingin anda menandatangani surat perjanjian ini, bahwa ini adalah terakhir kalinya adik anda melakukan semua tindakan kriminal ini. Dan jika ia melanggar maka kami terpaksa..menahannya."
"Saya berjanji bahwa adik saya tidak akan melakukannya lagi. Ini yang terakhir kalinya."
Gue menganggukan kepala lalu menandatangani surat perjanjian tersebut. Setelahnya gue membungkukkan tubuh gue hampir 90 derajat meminta maaf.
***
"Jihon'na berapa kali noona bilang untuk berhenti melakukan ini"
Gue menahan tangan Jihon yang hampir masuk kedalam kamarnya. Tapi sayangnya Jihon menyentak kasar tangannya dan menatap gue sinis.
"Apa pedulimu?"
Gue menggelengkan kepala menatap Jihon lembut. Kembali gue berusaha untuk menyentuh tangannya Jihon tapi dia terlebih dahulu menjauhkannya.
"Jihon..aku ini noona mu. Aku kakakmu"gue berujar dengan lembut menatap Jihon hangat.
"Noona? maaf saya tak pernah punya noona"
Gue terpaku menatap pintu kamar Jihon yang tertutup dengan keras. Mata gue terasa perih sebelum kepala gue tiba tiba terasa berputar dan berat.