Chereads / FIREARMS ARMY UNITY / Chapter 33 - Oddities and Theory (1)

Chapter 33 - Oddities and Theory (1)

"Papa!"

Itu adalah Mrs. Lee yang baru datang sambil berlari kecil. Raut wajah nya dipenuhi dengan kekhawatiran. Napasnya tersengal-sengal dan keringat telah membasahi wajah cantiknya.

CL tersadar dari lamunannya saat mendengar suara ibunya.

"Pa, gimana keadaan LJ?", tanya Mrs. Lee.

"Tenang dulu, Ma. Kita juga belum tau, dokter masih menangani LJ didalam.", Mr. Graham mencoba untuk menenangkan sang istri lalu memeluknya.

Mrs. Lee mencoba untuk menenangkan dirinya. Wanita itu mengatur napasnya dan sedikit menghapus air air yang terus mengalir di dahinya.

CL membalikan tubuh. Dia bisa melihat ibunya yang yang sedang berada dipelukan ayahnya. Ibunya terlihat sangat khawatir sampai lupa mengganti baju dan menguncir rambutnya yang terurai. CL melangkahkan kaki ke arah kedua orang tuanya.

Mrs. Lee langsung melepaskan pelukan pada suaminya karena terkejut ketika melihat tubuh putrinya dipenuhi darah. Dengan rasa khawatir yang kembali datang ia menghampiri CL.

"Lee, sayang kau baik-baik saja? Kenapa kau juga berdarah?", tanyanya sambil menangkup wajah anaknya dengan matanya yang mulai berkaca-kaca kembali.

Anak perempuan yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum lalu memegang kedua tangan ibunya yang berada dikedua sisi pipinya. Ia mengelus tanga ibunya sebelum menjawab.

"Iya Ma, aku baik-baik saja. Ini darah LJ, tadi kan aku yang memangku dia, jadinya darahnya juga kena ke aku.", CL mencoba untuk memperlihatkan senyumannya agar sang ibu tidak merasa khawatir lagi.

Mrs. Lee langsung menarik CL ke dalam pelukannya dan memeluk putrinya dengan sangat erat. Dia sangat khawatir jika terjadi apa-apa juga pada CL. CL adalah anak satu satunya dan dia tidak ingin kehilangan CL.

"Ma, mama duduk dulu ya. Pasti mama capek lari-lari dilorong rumah sakit make heels setinggi ini."

Ya, tadinya Mrs. Lee memang ingin pergi bersama Mrs. Frankie sesudah makan malam, tapi saat salah satu maid nya memberitahu bahwa anak dan suaminya pergi ke rumah sakit dengan membawa LJ yang sudah dilumuri darah dan tak sadarkan diri, dia langsung berlari ke luar rumah dan memerintahkan sopir untuk membawanya ke rumah sakit juga dan melupakan niat awalnya yang ingin pergi bersama sahabatnya. Dan berakhir dengan dirinya yang menggunakan dress selutut warna peach dan sandal heels yang lumayan tinggi.

Sang ibu menganggukan kepalnya kemudian melepaskan pelukan pada putrinya. CL dengan hati-hati menuntun Mrs. Lee untuk duduk bersama ayahnya.

"Mama udah hubungin keluarga Alex?", CL berjongkok di hadapan ibunya sambil terus mengelus kedua tangan yang sudah menggendongnya semasa kecil.

"Sudah, tadi pas di jalan mama telepon mereka."

"Syukur kalau begitu."

Ketiganya kemudian terdiam dan sibuk merapalkan doa doa didalam hati untuk keselamatan LJ. Tapi, dia dalam kesunyian tersebut terdengar suara benturan sepatu pantofel dengan lantai.

Merasa terusik, ketiganya langsung menolehkan ke arah suara. Ternyata ada dua orang polisi yang sedang berjalan ke arah mereka. CL langsung berdiri dari posisi jongkoknya dan begitupun kedua orang tuanya.

"Selamat malam.", ucap salah satu polisi lalu memberikan hormat diikuti polisi lainnya.

"Malam.", jawab Mr. Graham.

"Maaf menganggu waktu anda, tapi ada yang perlu saya bicarakan dengan anda."

Mr. Graham melirik istrinya kemudian CL. Mrs. Lee langsung memegang lengan suaminya. Mr. Graham memegang tangan istrinya pada lengan, mengusapnya, kemudian menganggukan kepala.

"Ya, silahkan.", Mr. Graham menuntun kedua polisi tersebut untuk menjauh dari ruang operasi.

"Aku ikut!", CL tiba-tiba mengeluarkan suara dan membuat langkah ketiga pria dewasa tersebut terhenti.

Mr. Graham membalikan tubuh dan menatap putrinya sebentar kemudian hanya menganggukan kepala sebagai persetujuan lalu melanjutkan langkahnya bersama kedua polisi tadi.

"Lee?", CL merasakan bahwa ibunya menaruh salah satu tangan ke pundaknya. Sama seperti sang ayah, CL memegang tangan tersebut, mengelusnya, kemudian menganggukan kepala.

"Mama disini aja ya, temenin LJ. Biar aku bantuin papa urus ini.", CL menenangkan ibunya dengan suara yang lembut.

"Mama duduk lagi ya, aku susul papa."

"Iya, hati-hati."

"Pasti."

Setelah mengatakan itu, CL mulai melangkahkan kaki menjauh dan meninggalkan sang ibu sendirian di depan ruang operasi.

~~

Disisi lain, Mr. Graham membawa kedua polisi tadi ke lorong yang jarang dilalui perawat maupun dokter atau pasien dan keluarganya.

"Maaf mengganggu waktu malam anda. Tapi, tadi saat di jalan anda sudah melanggar peraturan lalu lintas. Membawa kendaraan dengan kecepatan diatas rata-rata dan menyalip kendaraan lain itu sangat berbahaya apalagi saat malam hari seperti ini. Apa anda itu itu?", jelas salah satu polisi.

Mr. Graham menghembuskan napas sebelum membalas perkataan si polisi.

"Ya saya tahu dan saya sangat mengerti, tapi, saya terpaksa melakukan itu karena saya harus membawa salah satu anak saya dengan sesegera mungkin kalau terlambat nyawa anak saya tidak bisa tertolong. Jadi, saya sangat memohon pengertiannya."

Kedua polisi tersebut saling memandang lalu berbincang dengan suara yang kecil tapi masih bisa didengar oleh Mr. Graham. Keduanya menimang perkataan Mr. Graham.

"Kalau boleh kami tahu, anak bapak sakit apa ya?", polisi kembali bertanya.

"Sa-"

"Luka tusuk!", sebelum Mr. Graham berbicara, CL sudah memotongnya terlebih dahulu. Anak perempuan itu kemudian mendekat ke arah ketiga pria dewasa itu.

Ya, sedari tadi CL sudah sampai pada tujuannya. Tapi, dia lebih memilih untuk berdiri dengan jarak jauh terlebih dahulu dan mendengar percakapan ketiganya.

"Ada satu tusukan di bagian kiri pinggangnya dan dia kehilangan banyak darah. Itu sebabnya ayah saya harus membawa kendaraan tersebut dengan kecepatan di atas rata-rata.", CL membela ayahnya.

Kedua polisi tersebut langsung terdiam sesaat sebelum melontarkan pertanyaan kembali.

"Luka tusuk?", CL mengangguk.

"Bagaimana dia bisa mendapatkan tusukan tersebut? Apa kau bisa menjelaskan lebih rinci kejadiannya, lokasi kejadian, pelaku, dan benda apa yang digunakan pelaku?"

Kali ini CL yang terdiam sesaat atas pertanyaan polisi. Tapi, dia bisa mengatakan sebisanya.

"Tidak, saya tidak tahu bagaimana rincian kejadian, lokasi, pelaku. Tapi, saya yakin benda yang digunakan pelaku adalah pisau."

"Apa kau tahu jenis pisau tersebut?"

"Saya tidak tahu. Tapi jika seberapa parahnya luka tersebut mungkin dengan mudah saya ketahui."

"Lalu, apa kau sudah melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib?", CL menggeleng.

Kedua polisi itu kembali saling menatap dan berbincang kembali. CL dan Mr. Graham juga saling menatap dan menunggu kalimat si polisi selanjutnya.

CL langsung sedikit membolakan matanya ketika salah satu polisi mengeluarkan handphone nya.

"Eum maaf, apa yang kalian lakukan?", tanya CL berhati-hati.

"Kami ingin menghubungi pihak kepolisian untuk datang dan menyelidiki kasus ini dan kami harap kalian mau membantu kami menjelaskan semuanya kembali."

"Tidak!", sergah CL cepat.

Ketiga pria dewasa tersebut langsung mengalihkan pandangannya ke CL.

"Jangan laporkan hal ini kepada pihak kepolisian."

"Lee?", panggil Mr. Graham tidak percaya akan perkataan CL. Dan CL hanya menganggukan kepala sebagai isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Kenapa kami tidak boleh melaporkannya?", tanya salah satu polisi dengan pandangan mengintimidasinya.

"Biarkan kami yang menyelidiki kasus ini. Saya belum atau tidak membutuhkan bantuan kalian. Maaf terkesan sombong, tapi, saya mohon biarkan pihak kami yang melakukannya."

Lagi-lagi kedua polisi tersebut saling memandang dan hanya memberikan sinyal anggukan kepala satu sama lain.

"Baiklah, kami akan menyerahkan kasus ini kepada kalian. Jika kalian membutuhkan bantuan jangan segan untuk menghubungi kami."

"Tentu, terimakasih."

"Kalau begitu kami pamit undur diri. Maaf sudah menganggu waktu kalian."

"Ya, tidak masalah."

Kedua polisi tadi akhirnya meninggalkan rumah sakit tersebut. Menyisakan CL dan Mr. Graham dilorong tersebut.