"Nona Lee. ", kini CL sedang berjalan menyusuri lorong markas menuju ruangannya. Banyak dari anggota FAU menyapanya sambil membungkukkan badan mereka kepada CL selama diperjalanan, padahal sudah berapa kali CL bilang untuk tidak melakukan hal tersebut.
"Dari mana lo?", tanya Alex ketika CL sampai di ruangannya. Ternyata Alex sudah berada di ruangannya. Anak laki-laki itu sedang bermain ponsel nya sambil menidurkan tubuhnya di sofa.
"Dari mana kek, bukan urusan lo. Kepo banget."
"Y-ya cuma nanya ga boleh?"
"Enggak! LJ mana?"
"Ada di ruangannya."
"Oh.", CL duduk di kursinya lalu mengecek berkas berkas yang akan digunakan rapat nanti. Anak perempuan itu sedikit terganggu karena suara yang berasal dari ponsel Alex.
"Ish berisik!", ucap CL sambil membanting berkas yang dipegangnya. "Main di ruangan lo bisa ga?"
Merasa pertanyaan itu diajukan untuknya, Alex mengalihkan pandangannya ke arah CL. Kemudian anak laki-laki itu bangkit dari posisi tidurnya.
"Emang kenapa?"
"Berisik tau ga? Gua mau ngecek berkas. Lo juga mending ngecek berkas kek, udah tau nanti mau rapat sialan!"
"Iya ibunda ratu.", setelah mengucapkan hal itu Alex langsung berlari pergi dari ruangan itu sambil tertawa. Sedangkan CL sedang menyumpah serapahi sahabat bodohnya.
'Tuhan kuatkan aku menghadapi hamba-Mu yang satu itu' - ucap CL dalam batin sambil memijat pelipisnya.
Tok tok tok
"Come in!"
"Ngapa lo?"
"Huh?", CL mengangkat kepalanya dan melihat LJ yang ingin duduk di sofa. "Kenapa?", bukannya menjawab, CL malah bertanya balik.
" Lo kenapa kayak banyak beban aja."
"Enggak ga apa-apa.", LJ menganggukkan kepala mengerti.
Mengacuhkan LJ yang kini tengah duduk di depannya, CL lebih memilih untuk memeriksa berkasnya kembali. Takut ada yang tertinggal.
" Ayo ke kantin!", LJ yang sedari tadi melihat sahabat nya sibuk pun mengajak untuk menangkan diri terlebih dahulu. LJ paham apa yang kini tengah dirasakan oleh CL. Padahal kan itu adalah rapat biasa, tapi mengapa temannya ini sangat cemas?
"Ngapain?"
"Ngapain aja. Bentar lagi rapat, ayo udah!", CL pun menganggukkan kepala lalu beranjak dari duduknya dan pergi ke kantin bersama LJ. Perjalanan menuju kantin sangat sepi karena ini bukan waktu makan siang, jadi, CL tidak perlu merasa risih terhadap perlakuan anggota yang akan membungkukkan badan kepadanya.
" Mau kopi?", tawar LJ saat sampai di kantin.
"Enggak ah, gua baru minum semalem.", LJ pun menggangguk lalu pergi membeli dua susu kotak rasa vanilla. Dan CL pergi untuk duduk terlebih dahulu.
"Nih minum!", titah LJ sambil menyodorkan satu kotak susu.
"Thanks."
CL dan LJ akhirnya berdiam diri di kantin terlebih dahulu sebelum rapatnya akan dimulai. Mereka berdua hanya membicarakan hal kecil tentang tugas dan sekolah.
"Disini ternyata lo pada hmm? Gua cariin kemana-mana ternyata duduk cantik disini.", Alex tiba-tiba datang dan langsung mengomeli CL dan LJ sambil bertolak pinggang.
"Emang kenapa?", sinis LJ.
"Rapat bentar lagi mulai, lo berdua malah asik asikan disini. Ga ajak gua lagi."
"Siapa lo?"
"Udah ayo, udah dicariin sama Uncle Lee."
"Iya iya ayo!"
Ketiga anak itu kembali ke ruangan mereka lalu menyiapkan berkas berkas yang akan dibutuhkan nanti. Merasa semuanya siap, mereka langsung pergi ke ruang rapat. Disana sudah ada Mr. Graham yang sedang berbincang dengan seseorang. Melihat itu CL langsung mengerutkan dahinya. Seingat CL dia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Kalaupun memang teman ayahnya pasti setidaknya dia pernah bertemu meski hanya sekali
LJ dan Alex yang ikut bingung pun langsung menatap CL, meminta penjelasan. Hanya celengan kepala yang dapat CL berikan sebagai jawaban kepada kedua sahabat yang sedang menatapnya. Tidak ingin mengambil pusing, ketiga anak itu langsung duduk di kursinya masing-masing.
"Ah kalian sudah datang. Baiklah mari kita mulai rapatnya.", ujar Mr. Graham. Semua orang yang akan ikut rapat langsung membenarkan duduknya.
"Pertama, saya ucapkan terimakasih kepada kalian yang mau meluangkan waktu untuk mengikuti rapat ini."
"Pada rapat kali ini saya mau menyampaikan kepada kalian mengenai orang yang berada di samping saya. Silahkan berdiri.", Mr. Graham mempersilahkan berdiri orang yang tadi berbincang dengannya. Dengan bangga, orang tersebut berdiri.
"Perkenalkan beliau adalah sahabat saya sekaligus pemilik JR Pharmacy, Jason Robert.", orang yang dimaksud Mr. Graham tersebut langsung membungkukkan sedikit badannya.
"Kalian pasti tidak asing dengan JR Pharmacy. Salah satu farmasi terbaik di New York, farmasi yang telah menciptakan berbagai macam berbagai macam ramuan dan obat yang membantu ratusan juta jiwa manusia dengan ciptaan nya.", ucap Mr. Graham dengan bangga. Orang orang yang berada disana pun ikut tersenyum bangga.
"Maka dari itu, mulai saat ini JR Pharmacy akan menjadi tenaga medis untuk FAU.", entah mengapa ucapan Mr. Graham membuat CL langsung terdiam seribu bahasa. Terlihat dari raut wajah anak perempuan itu, yang awalnya tersenyum kini malah terpaku.
LJ dan Alex ternyata juga seperti CL, kedua anak itu terdiam sama dan saling memandang. Sedangkan yang lainnya sibuk bertepuk tangan dan membangga-banggakan sahabat Mr. Graham yang bernama Jason itu.
Bukan tidak suka, tapi CL hanya merasa janggal. Firasat buruk langsung memenuhi pikirannya.
"Lee?", panggil Mr. Graham.
"A-ah ya?", CL tersentak dari lamunannya.
"Ada masalah?"
"Ti-tidak, tidak ada.", CL menjawab pertanyaan ayahnya dengan gugup dan diakhiri senyuman canggung.
CL melihat ke arah kedua sahabatnya yang ternyata sepertinya merasakan apa yang dirasakan anak perempuan itu. Ketiganya saling memandang dan melemparkan tatapan yang sulit diartikan. Tidak lama kemudian LJ dan Alex memberikan anggukan kepala sebagai tanda semuanya baik-baik saja.
Rapat pun berlangsung selama satu jam, membahas tentang Mr. Jason selaku mitra baru FAU. Selama itu juga, CL, Alex, dan LJ tidak bisa memfokuskan dirinya. Beberapa kali Mr. Graham memberikan kode kepada tiga anak itu untuk fokus terhadap pembahasan rapat kali ini.
"Baiklah, rapat saya tutup sampai sini. Apa ada pertanyaan?", Mr. Graham mengakhiri pembicaraan. Orang orang di ruangan itu menggelengkan kepala sebagai jawaban.
" Kalau tidak ada, kalian boleh pergi.", satu persatu orang yang tadi berkumpul di ruangan itu pergi. CL, Alex, dan LJ yang sedari tadi tidak mengikuti rapat dengan baik masih terdiam di tempatnya. Mereka hanya.... tidak habis pikir? Entahlah, mereka sendiri juga tidak mengerti.
"Udah ayo balik ke ruangan.", LJ sedikit menepuk pundak CL yang masih terdiam.
LJ dan Alex memilih untuk pergi ke ruangan CL.
"Kok gua ga pernah ketemu dia ya? Perasaan gua lebih lama satu tahun dari lo deh.", ujar Alex yang masih penasaran. CL menatap Alex dan dia tidak tahu harus membalas apa.
"Katanya lo ama CL udah bareng lama, kok lo ga tau?", tanya LJ.
"Ya tapi gua ga pernah ketemu tuh orang."
"Kan sahabat Uncle Lee, lo gimana si?"
"Yeuh bego, kan gua bilang gua ga pernah ketemu."
"Lo pernah?", tanya LJ kepada CL yang masih terdiam.
"Huuhh Alex yang hidup lebih lama satu tahun dari gua aja kagak pernah, gimana gua gitu loh?", jawab CL sambil menyenderkan bahunya lalu menghelakan napas.
"Kok gua ga suka ya sama dia."