Setelah aku cerita semuanya kepada Reno tentang perbuatan Riko, di situlah Reno mengerti semua maksud dari perbuatan nya Riko , dan aku pun bercerita dengan Reno sampai lupa waktu karena aku merasa senang bisa berbagi cerita dengan Reno , kemudian Reno mengantarkanku pulang karena sudah larut malam.
" Makasih ya udah nganterin aku pulang, dan udah mau mendengarkan semua curhatan ku tadi" kataku pada Reno.
"Iya sama-sama. Nanti kalau kamu ada apa-apa atau Riko neror kamu lagi, kamu jangan sungkan untuk memberi tahu aku ya" kata Reno sambil mengelus rambutku.
Aku hanya menganggukkan kepala.
" kamu habis ini jangan lupa mandi habis itu istirahat dan jangan mikirin masalah ini lagi oke" kata Reno.
"Iya Ren" jawabku.
"Udah malam nih, aku pulang dulu ya " kata Reno berpamitan kepada ku.
" Iya hati-hati dijalan" kataku
" Ya udah sana masuk gi " kata Reno yang menyuruh ku untuk segera masuk ke dalam rumah.
" enggak aku mau nunggu kamu pergi dulu" Jawab ku sambil tersenyum.
"Udah kamu masuk aja dulu, aku mau pastikan kamu selamat sampai kamu masuk rumah" kata Reno.
"Alay banget sih kamu, orang aku ini udah didepan rumah juga" kataku tersenyum
"Udah cepetan udah malam nih, masuk sana" kata Reno, yang terus memaksa ku untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Iya iya aku masuk, kamu hati-hati ya" kataku.
"Iya" jawab Reno.
"Dadaaa" kataku didepan pintu sambil melambaikan tangan kepada Reno.
Ku lihat Reno tampak melambaikan tangannya juga.
Malam itu , aku senang sekali, aku lega bisa cerita masalah ini kepada Reno.
Ternyata Reno itu dewasa, dia menghadapi masalah dengan kepala dingin dan tidak gegabah beda jauh dengan Riko yang emosional dan yang menyelesaikan masalah dengan cara berantem.
Pagi, yang cerah aku bangun dari tidurku dengan perasaan senang dan gembira. Aku segera mandi dan siap-siap untuk pergi kesekolah.
" Tok tok tok, non sarapan nya sudah siap" suara bibi mengetuk pintu kamar ku.
"Iya bi, bentar" jawabku dan segera memakai sepatu dan bergegas pergi keruang makan untuk sarapan.
Aku duduk diruang makan sendiri karena ayah dan bunda belum pulang, karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan diluar kota.
"Bi , tolong ambilkan kotak nasi dong" kataku meminta bantuan bibi untuk mengambilkan kotak nasi yang ada di rak.
"Ini non" kata bibi sambil memberikan kotak nasi padaku.
"Makasih ya bi" ujarku.
Aku memasukkan roti selai kedalam kotak itu. Aku berniat memberikan itu kepada Reno sebagai tanda terima kasih atas bantuannya kemarin.
"Assalamualaikum" suara Reno dari depan rumahku.
"Waalaikumsalam" jawabku dari ruang makam dan segera memasukkan kotak nasi itu kedalam tas dan bergegas keluar untuk menemui Reno.
"Haii" sapaku kepada Reno
"Hai, semangat banget kayak nya" kata Reno.
"Iya dong aku harus semangat menyambut pagi yang cerah" jawabku sambil tersenyum.
"Ya udah yuk berangkat, ntar keburu telat lagi" ajakku pada Reno dan sambil naik disepeda Reno.
"Iya. Udah pamit sama bibi ?"tanya Reno.
"Bi kayla berangkat dulu ya" teriakku dari depan rumah.
"Nggak sopan banget sih, masa pamit teriak-teriak kayak gitu" kata Reno sambil menggowes sepedanya.
" Nggak papa aku udah biasa kayak gitu sama bibi" kataku pada Reno
" Aku senang kalau kamu ceria kayak gini, nggak kayak kemarin udah cemberut jutek lagi, Tetap kayak gini ya jangan jutek in aku kayak kemarin" kata Reno.
"Iya iya" jawabku sambil tersenyum.
Sesampai di sekolah Reno memarkirkan sepeda nya ditempat biasanya, aku berjalan bersama Reno menuju kelas.
" Cie cie udah akur nih ya" kata Rania dari depan kelas yang kebetulan dia sudah sampai duluan, tumben banget Rania udah sampai biasanya telat mulu hehehe.
" Emang kita kemarin berantem ya kay? Perasaan enggak" Tanya Reno kepadaku. bercanda yang menyindir perkataan dari Rania.
Aku hanya tersenyum melihat Reno.
"Yee gaya lo, kemarin lo kan bingung waktu dijutekin kayla" sahut Rania.
" Ahh males disini, masuk yuk kay" kata Reno yang masih menyindir Rania.
"Ya udah ayuk" jawabku tersenyum sambil berjalan masuk kekelas.
"Iihh ngeselin lo ya" kata Rania berlalu.
Kebetulan jam pertama itu gurunya lagi nggak ada jadi kelas aku hanya diberi tugas.
"Kay lo ada masalah ya sama Riko?" Tanya Rania padaku yang tiba-tiba dan menghilangkan fokus ku ketika mengerjakan tugas. Aku meletakkan bolpoin ku dan memandang Rania yang tampak serius ingin tahu masalah ku dengan Riko.
"Lo kok nggak cerita sama gue sih kay" kata Rania lagi.
" Lo kok tahu kalau gue ada masalah sama Riko" tanyaku pada Rania.
" Kemarin Reno cerita ke gue, lo kok gitu sih kay nggak mau cerita, padahal kita kan kenal udah lama, gue juga kenal sama Riko, lo kan bisa cerita masalah itu ke gue, apa lo udah nggak percaya lagi ke gue" kata Rania.
" Gue cuma nggak mau nambahin beban lo Ran, bukannya gue nggak percaya lagi sama lo, gue percaya banget kok, lo kan sahabat terbaik gue" kata ku sambil memeluk Rania.
"Aaaa" kata Rania dan segera memelukku juga.
"Terus gimana masalah lo sama Riko, udah selesai?" Tanya Rania.
" Hmmm, belum sih, tapi seenggaknya gue udah sedikit lega karena cerita masalah ini ke Reno dan ke lo juga Ran, dan sekarang ini yang aku takutin kalau Riko itu bakal nyelakain Reno lagi atau orang-orang yang disekitar aku" jawab ku.
"Udah kay tenang aja, gue akan bantuin Lo kok" kata Rania.
" Makasih Ran" kataku
" Sama-sama" kata Rania.
Bel istirahat berbunyi , semua teman-teman pergi menuju kantin. Rania mengajakku kekantin tapi aku menolaknya karena aku sudah sarapan.
"Kay kekantin nggak?" Tanya Rania.
" Enggak Ran, aku udah sarapan tadi"jawabku.
" Ohh oke, aku kekantin dulu ya" kata Rania.
Aku pergi ke kelas Reno , dari luar aku melihat Reno yang nampak serius mengerjakan tugas nya , kemudian aku langsung masuk ke dalam kelas Reno dan menghampirinya.
"Serius amat sih, istirahat dulu" kataku.
"Ehh kamu kay" kata Reno.
" Nih spesial buat kamu" kataku sambil memberikan kotak nasi berisi roti kepada Reno.
" Apa ini?" Tanya Reno.
" Buka aja" jawabku.
"Wahh roti, tau aja kamu kalau aku lagi lapar makasih ya" kata Reno sambil mengacak-acak rambut ku.
"Iihh Reno jadi berantakan nih" kata ku kesal. Dan Reno hanya tertawa sambi memakan roti dariku.
"Rotinya enak, Makasih ya kay" kata Reno.
"Sama-sama" kataku tersenyum.
Bel pulang berbunyi. Siang itu aku tidak pulang bareng Reno, aku pulang dengan Rania. Karena aku minta Rania untuk menemaniku pergi ke bandara menjemput ayah dan bunda.
Ditengah perjalananku menuju bandara tiba-tiba ada sebuah mobil yang menghadang mobilku. Untung saja sopirku segera men ngerem mobilnya, dan hampir saja menabrak mobil itu.
"Aduh" teriak Rania.
"Ada apa pak" tanyaku kepada pak sopir
"Itu non, ada mobil yang tiba-tiba berhenti" jawab pak sopir.
Dan ternyata itu adalah mobil yang dikendarai Riko dan anak buahnya. Riko menghampiri mobilku dan menyuruh ku keluar, aku takut kalau Riko melakukan hal-hal yang membahayakan seperti yang dilakukan pada Reno pada waktu itu.
"Kay Riko" kata Rania
"Iya Ran, gue takut kalau Riko macam-macam lagi" kataku.
Riko terus mengetuk-ngetuk kaca jendela mobilku dan memaksaku untuk keluar. Akhirnya aku dan Rania pun keluar dari mobil.
" Mau lo apa sih Ko, lo kan udah putus sama kayla, terus ngapain lo masih gangguin kayla terus" kata Rania kepada Riko.
"Lo nggak usah ikut campur dengan urusan ku dan kayla ya" kata Riko sambil mendorong Rania.
"Kenapa kayla kan sahabat gue, jadi gue berhak untuk ikut campur" kata Rania.
"Udah lo diam aja berisik" kata Riko kasar.
Kemudian Riko menarik tangan ku dengan paksa.
"Ayo kay ikut aku" kata Riko dengan kasar menarik tanganku
"Enggak aku nggak mauu, lepasin, sakit Riko" teriak ku dengan berusaha melepaskan genggaman tangan Riko yang kasar.
Rania yang mencoba membantu ku tapi Rania malah didorong oleh Riko. Pak sopir juga berusaha untuk membantu ku dan dihadang anak buah Riko. Pak sopir berkelahi dengan salah satu anak buat Riko.
Dan aku melihat Rania yang berusaha menghubungi seseorang, aku hanya berharap semoga yang dihubungi Rania adalah Reno.
Riko yang terus memaksa ku untuk masuk kedalam mobil nya tapi aku tetap tidak mau, aku tau Riko akan macam-macam denganku.
Tiba-tiba Reno datang.
"Heh sini lo kalo lo jantan, jangan sama cewek berani nya , kalau berani sama gue sini maju" kata Reno menantang Riko.
"Oke, siapa takut" kata Riko dan melepaskan aku.
Aku segera lari dan menghampiri Rania.
Reno dan Riko berkelahi cukup lama, hingga akhirnya Riko kalah dan kabur dengan anak buahnya itu. Aku segera menghampiri Reno.
"Kamu nggak papa ren?" Tanya ku pada Reno.
"Iya nggak papa kok, kamu nggak papa?" Tanya Reno.
"Enggak papa kok, itu luka kamu aku obatin ya" kata ku.
Aku obati luka Reno dipinggir jalan. Lagi-lagi Reno babak belur karena menyelamatkan ku.
"Udah aku nggak papa kok" kata Reno.
"Beneran?" Tanya ku
"Iya, kalian mau kemana sih sebenarnya" tanya Reno pada ku dan Rania.
"Aku mau kebandara menjemput ayah sama bunda, eh tiba-tiba ditengah jalan dihadang sama Riko" kataku.
" Ya udah deh kay kebandara nya biar ditemenin sama Reno aja, aku takut Riko datang lagi. Sumpah gue baru tahu kalau Riko sekejam itu, ihh serem deh" sahur Rania yang tampak ketakutan dengan ulah Riko tadi.
"Ya udah iya biar aku temenin aja" kata Reno.
Setelah itu kami segera menuju bandara.
Dari bandara aku mencari-cari ayah dan bunda dan akhirnya aku ketemu dengan ayah dan bunda, aku segera memeluk mereka karena aku sangat rindu dengan ayah dan bunda.
"Ayah bunda tadi nunggu lama ya?" Tanyaku
"Enggak kok sayang" jawab bunda.
"Kayla dia siapa?" Tanya ayah padaku.
"Oh kenalin yah, ini Reno teman aku" jawabku.
"Halo om tante aku Reno temannya kayla" kata Reno berkenalan dengan ayah dan bunda, dengan berjabat tangan.
"Ini teman apa pacar kamu kay" kata bunda tersemyum menggoda ku.
"Teman bun" kataku.
"Calon pacar tante" sahut Rania.
"Iih apaan sih Ran" kataku pada Rania
Bunda dan ayah tertawa. Reno, Rania dan aku pun ikut tertawa. Aku senang ayah dan bunda sudah pulang jadi aku tidak kesepian lagi dirumah. Aku juga senang Reno udah bertemu dengan orang tuaku dan kelihatannya ayah dan bunda senang dengan Reno.
Ketika kita asik berbincang-bincang dimobil tiba-tiba Riko datang lagi dan menghadang mobilku lagi.
"Kay Riko" kata Rania
"Siapa Riko itu?" Tanya ayah
Nah, disitulah aku menceritakan semuanya kepada ayah dan bunda, bahwa aku sering diteror oleh Riko.
"Berani-beraninya dia teror anak ayah, harus dikasih pelajaran dia" kata ayah kesal.
Ayah langsung turun dari mobil kami juga ikut turun.
Ayah segera menghampiri Riko dan memukul Riko, awalnya Riko tidak tahu kalau itu adalah ayah ku tapi akhirnya Riko tahu. Riko mencoba minfa maaf kepada ayah tapi ayah tidak memaafkannya. Ayah bilang kepada Riko kalau dia terus menteror ku ayah tidak segan-segan untuk melaporkan Riko kepolisi.Sejak itu lah Riko tidak berani mengganggu ku lagi.