Irona sudah diperbolehkan masuk sekolah hari ini. Perban yang menutupi beberapa bagian tubuhnya sudah dilepas sejak kemarin.
"IRONA!!!!!" Teriakan Arin di ujung koridor sangan memekakan telinga. Ia berlari sekencang yang ia mampu agar cepat mendekati sahabatnya.
Bruk
Arin memeluk Irona dengan sangat kencang bahkan hampir terjengkang. Irona yang diperlakukan seperti itu sangat terkejut, ia diam untuk beberapa saat.
"Lo kenapa ngga bilang gue kalau lo di bully sama si Niken sialan itu?" Arin terisak dalam pelukan Irona.
"Arin..." Irona membalas pelukan sahabatnya itu.
Arin terkejut ketika melepas pelukannya dan melihat wajah Irona yang terluka. "Ini ulah Niken?" tangannya terulur untuk menyentuh wajah Irona, Irona hanya mengangguk.
"Sialan tu cewek. Ngga punya adab ngga punya iman" Arin menggulung ujung lengan seragamnya, ia harus bertemu dengan Niken.
"Arin, udah!" Irona menahan sahabatnya. Ia tidak ingin ada keributan lagi setelah ini.