Chereads / Wir sind alle Jingo / Chapter 1 - Sebuah mimpi tanpa arti

Wir sind alle Jingo

🇮🇩Crownly
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 9.1k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Sebuah mimpi tanpa arti

Biar aku jelaskan dan katakan, sebuah kondisi dunia yang di penuhi oleh kegilaan. Perang di mana mana, teriakan pilu dan mayat di medan perang sudah hal biasa.

Terlebih lagi bagi mereka, para bangsa bangsa besar. Mementingkan ideologi mereka sendiri yang mengatasnamakan kepentingan bersama.Omong kosong! Propaganda sialan!

Mereka mereka, tidak akan melihat batu kecil di sekitar mereka! bagi bangsa kecil di sekitar bangsa besar. Tunduk atau hancur bukan lagi sebuah pilihan! Tapi sebuah pemaksaan!

Jika kau tunduk kau kehilangan bangsamu sendiri! dan mengikuti ideologi bangsa besar yang sering mereka puja puja! Sedangkan mereka yang memilih hancur. Benar benar sebuah kehancuran yang mereka dapatkan!

Dulu, aku berasal dari bangsa kecil yang memilih untuk hancur dari pada tunduk. Dan aku melihatnya bagaimana mereka menghancurkan bangsaku, tanah airku.Sebuah taman yang awalnya indah di penuhi bunga, kini menjadi lautan darah dan api milik kami sendiri!

Aku masih mengingat dengan jelas, semua yang terjadi di malam itu. Ledakan dan suara gemuruh langit memecahkan sunyi malam. Teriakan keputusan asaan dan kesedihan di mana mana.

Dan para anjing bangsa besar itu mulai membunuh semua orang termasuk orang tuaku di depan mataku sendiri, semuanya di bunuh layak hewan yang tidak berharga. Pada saat itu aku menyadari bahwa dunia ini sudah hancur dan do penuhi orang orang gila!

Tanggal 3 45STs di perbatasan bangsa Furnika dengan bangsa besar Wermania.

Di sebuah parit di pihak Furnika, terlihat dengan jelas beberapa pasukan militer yang sedang bersembunyi dari serangan sihir dari pasukan penyihir bangsa Wermania.

Meski sudah bersembunyi di parit, tapi tetap saja para penyihir bangsa Wermania lebih di untungkan dengan menyerang dari langit. Bisa di bilang bersembunyi di parit melawan para penyihir seperti menggali kuburan sendiri!

Sebenarnya pasukan Furnika yang bersembunyi di parit sudah mengirim sinyal ke pusat untuk mengirim bantuin.Sayangnya jawaban dari pusat sangatlah membuat terkejut, pasalnya mereka di beri perintah untuk bertahan selama 1 jam untuk menunggu bantuan penyihir Furnika.

Omong kosong tentang bertahan 1 jam, bahkan 10 menit ke depan mereka ragu apa mereka masih hidup atau mati!Tidak punya pilihan lain, salah satu dari mereka bersorak dan keluar dari parit untuk menyerang balik para penyihir yang terbang di udara.

Melihat keberanian, satu rekan mereka. Beberapa prajurit yang awalnya bersembunyi di parit kini mulai keluar dan menyerang para penyihir Wermania. Hasilnya, hampir pasukan Furnika tewas dan lainnya luka berat, sedangkan di pihal Wermania hanya beberapa penyihir yang mengalami luka ringan dan cidera yang parah.

Kematian untuk prajurit Furnika kini sudah di depan mata mereka sendiri, sampai sebuah serangan sihir mengenai penyihir dari Wermania yang membuat barisan penyihir Wermania menjadi pecah begitu saja.

Dari arah selatan, terlihat beberapa penyihir yang sedang terbang menuju ke arah Penyihir Wermania,yang jelas mereka bukan rekan atau Sekutu Wermania melainkan musuh Wermania!

Tidak tinggal diam, beberapa penyihir kini menargetkan penyihir bantuan dari Furnika yang datang lebih cepat dari dugaan semua pihak. Meski hanya terdiri dari beberapa orang, bantuan penyihir sangatlah berpengaruh dalam jalannya sebuah perang.

Dari semua penyihir bantuan Furnika, terdapat satu penyihir yang menarik perhatian. Yaitu rambut emasnya dan mata merahnya, menatap lurus ke arah para penyihir Wermania.

Jika terlihat sekilas, penyihir tersebut terlihat masih muda sekitar berumur 17th.Penyihir tersebut adalah bernama Sayya Jingo.

Sayya mengamati para penyihir Wermania, yang mulia mengubah target serangan mereka. Tanpa aba aba atau perintah dari komandan penyihir Furnika.

Sayya secara tiba-tiba, menerjang ke arah penyihir Wermania. Para penyihir Wermania mencoba menyerang Sayya yang sedikit demi sedikit mendekati mereka, sayangnya serangan mereka tidak ada yang mengenai Sayya satupun. Dikarenakan Sayya selalu melakukan manuver rumit dan sulit di tembak.

Saat sudah benar-benar di depan para penyihir Wermania, Sudut bibir Sayya terangkat sedikit yang menampilkan senyum kecil.

"Kena kau! "Ucap Sayya dengan suara tenang.

Di saat itu juga, Sayya menganti senjata milikinya dari sebuah senapan sihir ke sebuah belati. Tanpa ragu Sayya langsung menusukkan ke arah kepala penyihir Wermania. Tidak hanya satu penyihir, tapi Sayyy melakukannya ke semua penyihir Wermania, dengan berpindah ke penyihir Wermania lain dengan kecepatan luar biasa.

Komandan penyihir Furnika, hanya biasa menghela napas panjang dengan apa yang di lakukan Sayya. Pasalnya bukan kali ini, Sayya melakukan hal gila untuk membunuh musuhnya.

Melihat Penyihir di pihak mereka telah di kalahkan membuat pasukan dari Wermania mencoba untuk mundur ke belakang. Pasalnya tanpa penyihir, mereka sama sekali bukan tandingan para penyihir di pihak Furnika, meskipun jumlah mereka lebih banyak.

Sayya melihat pasukan darat Wermania yang melarikan diri dengan tatapan dan senyuman misterius. Seolah-olah ada ide gila di kepalanya, komandan penyihir dan penyihir lainnya di belakang tidak menyadari hal tersebut.

Sayya terbang menaikan ketinggian menjadi lebih dekat dengan awan. Di saat itulah Sayya mengeluarkan senapan sihirnya yang mulai bercahaya keemasan.

Komandan penyihir Furnika yang di belakang, menyadari apa yang akan di lakukan Sayya. Segera memerintah penyihir di dekatnya untuk membuat perlindungan.

"Semuanya! buat dan berlindung! "

Teriakan komandan penyihir membuat pasukan Furnika yang ada di darat sedikit kebingungan,

sampai sebuah ledakan besar terjadi di daerah musuh yang jaraknya puluhan kilometer.

Ledakan tersebut merupakan serangan sihir dari Sayya, yang menargetkan pasukan darat Wermania yang mencoba melarikan diri. Besarnya ledakan sampai sampai membuat pasukan paling belakang dari kedua pihak,masih bisa mendengar suara ledakan yang cukup besar yang di ikuti oleh hembusan angin yang kencang.

Meski terjadi ledakan besar, tanah yang terkena ledakan tidak meninggalkan bekas cekungan. Melainkan berubah warna menjadi hitam dan tandus begitu saja. Manusia/ Mahluk hidup lainnya langsung mati tanpa meninggalkan jasad mereka akibat serangan tersebut.

Di langit, Sayya melihat jumlah pasukan darat Wermania yang berkurang dan lenyap begitu drastis. Tapi bukannya puas, Sayya malahan merasakan perasaan kesal di karenakan serangan besarnya tadi tidak bisa membunuh semua pasukan darat Wermania. Terlebih lagi masih ada beberapa pasukan yang berada di dalam tank atau bersembunyi di dalam parit masih hidup meski mengalami luka parah.

"Sial sial sial! kenapa mereka masih saja ada!"

Karena kesal. Sayya menyerang kembali pasukan darat Wermania yang tersisa dengan berbagai serangan sihir. Sementara itu di pihak Furnika, para penyihir kini turun ke bawah untuk membantu pasukan darat Furnika yang terluka. Komandan penyihir dan Letnan Kolonel di pasukan darat Furnika, melihat bagaimana hujan serangan sihir yang di lakukan Sayya seorang diri.

"... Apa dia masih manusia? "Ucap Letnan Kolonel di samping Komandan penyihir.

" Jika dia manusia, mau penyihir sekalipun. Mustahil untuk mengeluarkan serangan berjumlah banyak setelah mengeluarkan serangan besar seperti tadi. "Ucap Komandan penyihir.

Di depan mereka, Cahaya emas terus jatuh dari langit menghujani para perajurit darat Wermania. Bahwa terlihat prajurit Wermania seperti sebuah kawanan semut yang mencoba bertahan di guyuran hujan badai!