Chereads / Wir sind alle Jingo / Chapter 6 - Prolog?

Chapter 6 - Prolog?

'Hanya ada satu kata untuk menggambarkan semua ini, yaitu terkutuk!'

Enam tahun yang lalu, Sayya merasakan pandangnya yang gelap dan samar samar kian pulih. Hal yang pertama yang ia lihat adalah sebuah wajah seorang wanita yang terlihat muda, berambut emas indah.

Yang membuat Sayya bingung adalah wanita tersebut mengangkat tubuhnya dengan mudah.'Tunggu tunggu mengangkat tubuhku? ' Saat sedang kebingungan, Sayya di buat mengerti dengan apa yang terjadi setelah wanita muda yang mengangkat tubuhnya mengatakan sesuatu.

"... Aduh... Siapa yang tega meninggalkan bayi yang cantik ini disini... "

Disaat itulah, Sayya menyadari dirinya telah dilahirkan kembali ke dunianya dan yang paling membuat Sayya mengutuk kelahirannya kali ini adalah dirinya terlahir sebagai perempuan!

Sejak mulai itu, Sayya menjalani hidupnya selama 6 tahun bersama dengan wanita yang menemukannya waktu bayi. Wanita tersebut, ternyata adalah seseorang pendeta di sebuah gereja, wilayah paling ujung Poriteni barat.

Protenia sendiri adalah bangsa cukup besar di bagian utara. Meski begitu,Mereka cukup tertutup dan jarang berperang dengan bangsa lain yang ada di benua.Ngomong ngomong, nama baru Sayya di kehidupan keduanya adalah Satya.

Hanya mengubah huruf Y awal dari nana lamanya! meski begitu Satya cukup bisa dikatakan hidup dengan baik. Makanan bubur tanpa garam atau penyedap makanan, tidak menjadi sebuah masalah. Sebagai mantan prajurit kolonel, makanan hambar adalah sesuatu yang biasa.

Nama wanita muda yang menemukan Satya adalah Rena. Rena sendiri berkerja dan mengabdikan diri di sebuah gereja yang menyembah Dewa utama. Tentunya apa yang dilakukan Rena dan beberapa penduduk desa sekitar sangat bertentangan dengan apa yang dipercaya Setya/Sayya.

Setya sendiri membenci mereka yang menyebut mereka Dewa. Sedangkan Rena mempercayai sosok Dewa, bisa dibilang mereka sangat bertolak belakang. Terlebih lagi, sifat Satya yang 'merupakan mantan kolonel dan penyihir berbakat'pasti ada sifat buruknya yang terbawa.

Sampai sampai, Satya harus mendengar ceramahnya Rena hampir satu hari full. Hal itu disebabkan oleh tindakan Satya yang memotong rambutnya pada usia 5 th menjadi pendek.Menurut sebuah kepercayaan seseorang anak kecil, tidak boleh memotong rambutnya sebelum usia 7th.

Tentunya Satya memiliki alasan untuk memotong rambutnya yaitu menganggu! rambut panjang dan warna pirang agak putih yang panjang, benar benar menganggu! apalagi dirinya sebelumnya adalah laki laki. Rambut panjang itu sangat menganggu!

Tentu, Satya harus lebih berhati-hati lagi dengan kebiasaan buruknya seperti mengucapkan kata-kata kotor saat dirinya kesal dan kebiasaan menggunakan kata formal saat berbicara.

Keanehan aneh itu, tentunya di sadari oleh Rena. Bahkan sudah seperti kebiasaan ketika Satya melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan anak kecil, pasti Rena akan melihatnya dan memberikan ceramah yang panjang.

Dan yang paling membuat Rena kesal ketika Satya menolak untuk memberikan penghormatan kepada Dewa atapun sekedar berdoa. Meskipun begitu Rena masih sedikit memaafkan Satya karena dirinya masih anak kecil.

Ya, bisa dibilang hidup Satya bisa dikatakan normal terlepas dari hal yang yang dilakukan Satya sendiri. Sampai pada, usianya 10th sebuah berita menggemparkan seluruh benua. Berita tersebut berisi tentang keberhasilan Kekaisaran Wermania dalam menaklukkan negara lain di tengah benua, bahkan bangs kuat lain juga ikut dikalahkan oleh Kekaisaran Wermania.

Hal ini, membuat Kekaisaran Wermania menjadi bangsa dengan kekuatan yang mengerikan. Sebenarnya ada beberapa bangsa lain yang masih bertahan dari serangan Wermania salah satunya Furnika. Cukup mengejutkan jika, bangsa kecil tersebut dapat bertahan.

Sekarang kekuatan dan keseimbangan benua menjadi berubah secara drastis. Di mulai dari pertama kekuatan militer, untuk saat ini bangsa dengan kekuatan militer terkuat masih di pegang oleh Republik dan disusul oleh Kekaisaran Wermania.

Kedua kekuasan, di benua tengah tengah terjadi musim dingin yang cukup dingin hal itu membuat kelaparan dan kematian penduduk yang cukup tinggi, apalagi sebagai benua bagain tengah sudah jatuh di tangan Kekaisaran Wermania. Hal itu bukanlah pertanda bagus, pasalnya Kekaisaran Wermania tentunya tidak bisa memberikan bantuan secara merata ke daerah baru yang mereka kuasai.

Keterbatasan makanan dan ketidak siapapun Kekaisaran dalam menghadapi musim dingin dan perkembangan pesat. Membuatnya seperti sebuah bangunan tanpa pondasi kokoh. Meski begitu kekuasaan di benua tengah di pegang langsung oleh Kekaisaran Wermania.

Ketiga, kondisi peperangan. Pada setelah Kekaisaran Wermania menginvasi bangsa lain dan menguasainya. Deklarasi perang langsung di kibarkan oleh semua negera kepada Kekaisaran Wermania, bahkan bangsa yang sebelumnya netral kini mulai terusik dan ikut mendeklarasikan perang ke Kekaisaran Wermania.

Sayangnya, kekuatan Kekaisaran Wermania memang bukan sebuah dongeng saja. Di serang dari berbagai sisi dan berbagai negara, Kekaisaran Wermania masih tetap kokoh sampai sekarang.

Perlawanan yang dilakukan bangsa lain, sama seperti tidak berguna sama sekali. Hal itu dikarenakan jumlah penyihir Kekaisaran yang ternyata sangat banyak dan juga penyerangan bangsa lain ke Kekaisaran masihlah bersifat sendiri sendiri, tentunya hal itu di manfaatkan oleh Kekaisaran Wermania untuk mengadu domba bangsa lain.

Kekaisaran Wermania semakin berkuasa dengan perluasan wilayahnya yang begitu cepat. Wilayah Poritenia menjadi salah satu yang paling berdampak, karena Wilayah Poritenia masih bersikap netral dengan apa yang dilakukan Kekaisaran Wermania. Beberapa bangsa lain, sempat memberikan usulan perjanjian yang dimana Poritenia berpihak untuk melawan Kekaisaran Wermania.

Tapi, Poritenia menolak hal tersebut dan tetap memilih tetap netral. Hal itu memancing kemarahan, bangsa anti Kekaisaran menjadi marah dengan tindakan Poritenia.

Pada 4 tahun kemudian, terjadi sebuah hal yang paling tidak terduga. Bangsa anti Kekaisaran Wermania melakukan aliansi dan menyerang bagian Poritenia paling ujung barat, yang dimana Satya berada.

Lautan api yang pernah Satya lihat kembali terulang di depan matanya dengan jelas. Masa lalu suram dan penuh darah,kembali terulang untuk Satya yang ke dua kalinya.

Dan untuk pertama kalinya, Satya menangis. Dihadapan sebuah mayat perempuan yang adalah Rena.Tubuh Rena yang dingin, masih berselimut darah berada di hadapan Satya.

Tubuh Satya menggigil bukan karena takut atau kedinginan. Melainkan kekesalannya dan amarah yang meluap meluap yang ia tahan, hal itu di karenakan sebelum Rena menghembuskan napas terakhirnya di hadapan Satya. Rena masih menyempatkan diri untuk berdoa kepada para dewa.

"Kenapa... Kenapa... Padahal dia adalah seseorang yang paling taat yang aku kenal... dan seseorang yang memberikan kasih sayangnya kepada diriku untuk pertama kalinya... Tapi kenapa... Para Dewa itu tidak melakukan apapun untuknya!"

Setelah berteriak penuh amarah dan kesedihan. Satya mengambil sebuah senjata di dekatnya yang berjenis GEW. 98 di depannya yang merupakan senjata dari para penduduk Poritenia setempat yang mencoba melakukan perlawanan.

Meski senjata tersebut terbilang kuno untuk senjata perang, apalagi untuk melawan pasukan anti Kekaisaran yang menggunakan Karl jenis baru.

Satya juga mengetahui hal tersebut, namun di dalam pikirannya saat itu hanya balas dendam dan membunuh. Mata yang tiba-tiba menyala merah seperti warna mata lamanya di kehidupan Sayya.

"Kalian para... pendosa yang tidak di maafkan... dengan ini... hukuman atas yang kalian lakukan akan segera datang kepada kalian! "

Setelah itu, sebuah ledakan energi sihir yang cukup besar tiba-tiba muncul di sekitar Satya dan membuatnya terbang melesat dengan ke udara dengan kecepatan 120 km/jam.

Kecepatan itu terbilang sangat cepat, karena penyihir seharusnya hanya dapat mampu terbang dengan kecepatan 80-90 km/jam.Dan lagi Satya seharusnya tidak dapat terbang di kehidupan ini, karena di kehidupan kali ini Satya tidak memiliki bakat sihir atau berkah dewa.