Chereads / Wir sind alle Jingo / Chapter 8 - Merasakan Dejavu

Chapter 8 - Merasakan Dejavu

1 bulan berlalu dengan cepat. Di ibukota Kekaisaran, lebih tepatnya di sebuah ruangan pengobatan.Terlihat seseorang remaja dengan rambut pirang dengan mata merahnya menatap ke luar jendela ruangan.

Suara yang begitu meriah dan teriakan para penduduk di luar menarik perhatiannya. Lagu Kekaisaran terdengar di seluruh kota, suara gemuruh langkah kaki yang di hentakan menjadi seperti sebuah irama musik yang nasionalisme.

"... Jadi begitu ya, ini Kekaisaran Wermania. "

Ucap remaja tersebut, sebelumnya dirinya kehilangan kesadaran setelah menerima serangan berbagai macam senjata saat membalas dendam kepada aliansi anti Kekaisaran yang telah menghancurkan kehidupan dan harapan hidup damainya.

Tapi ada yang aneh, remaja tersebut seperti kehilangan sesuatu yang berharga tapi dirinya tidak tau apa itu? saat mencoba menyusun ingatannya yang berantakan akibat sesuatu yang tidak ia ketahui.

Secara mengejutkan, seseorang dengan seragam militer berwarna hitam gelap dengan ornamen pangkat letnan yang berkilau memasuki ruangan pemuda itu berada.

"Syukurlah anda sudah sadar, pastinya kau kebingungan dengan apa yang terjadi kan? kalau boleh tau siapa namamu? "

Ucap seseorang tersebut dengan senyuman ramah di wajahnya, rambut merah gelapnya terlihat sangat mencolok untuk kalangan orang biasa.

"... Nama?... "

Jawaban terjeda dari remaja tersebut, membuat orang yang bertanya menjadi bingung? orang tersebut segera mengambil berkas yang tertumpuk di tangannya dengan kertas lain.

"Data Pasien... nah... namamu Sayya Kan? "

"Sayya? hmm, aku tidak mengingatnya tapi rasanya nama itu tidak asing. "

"Begitu ya, pantas saja para dokter itu mengatakan hal aneh tadi. Ekhm, jadi begini... Nak Sayya... anda di temukan berada di daerah bangsa Poritenia yang sekarang adalah bagian Republik. Pada saat itu, Pemberontak Kekaisaran sebelumnya menepati tempat tersebut. Anda di temukan dengan berbagai luka tembak dan luka dalam yang cukup parah. Beruntungnya pasukan kami bertindak dengan cepat dan segera melakukan pertolongan, setelah itu anda di bawah ke ibukota Kekaisaran untuk melakukan perawatan selanjutnya. "

Remaja berambut pirang tersebut menatap orang di hadapannya dengan ekpresi bingung. Dari cerita yang di sampaikan dirinya hanya dapat menangkap beberapa hal saja. Seperti namanya dan kenapa dirinya bisa berada di Kekaisaran.

Tapi satu yang pasti, rasanya dirinya benar-benar sudah pernah melalui apa yang seseorang yang di depannya katakan. Rasa Dejavu dan rumit memenuhi dirinya.

"Begitu ya... kalau boleh tau siapa nama anda? " Ucap Remaja tersebut dengan canggung.

"Maaf telah terlambat memperkenalkan diri. Nama Saya Letnan Hars Denmia, saya juga bertugas di bagian pengurusan prajurit baru di garis belakang. "

Sebuah perkenalkan ala militer itulah yang ia lakukan, meski begitu Remaja tersebut pada akhirnya mengetahui nama orang di depannya.

"Lalu apa yang terjadi dengan saya? -"

Ucapan remaja tersebut harus terhenti, ketika sebuah ingatan tentang sosok dengan wujud dipenuhi cahaya tiba-tiba terlintas di benaknya. Entah kenapa juga, emosinya tiba-tiba menjadi naik begitu drastis.Energi sihir yang luar biasa seketika membuat semua benda yang berada di ruangan bergetar dengan hebat.

Bahkan Letnan Hars harus mengambil langkah mundur menjauh dari pusat energi sihir tersebut, yang tidak lain adalah remaja di hadapannya.

'Kekuatan ini... mustahil... ini kekuatan penyihir tingkat 9!'Batin Letnan Hars.

Setelah beberapa saat, Remaja di hadapan kembali tenang dan tidak sadarkan diri. Letnan Hars yang berada di sana, juga tidak tinggal diam dan segera melaporkan apa yang barusan terjadi ke pada atasannya.

Masih remaja dan memiliki kekuatan penyihir tingkat 9! itu seperti sebuah berlian yang berharga!

Sementara itu, Remaja yang tidak sadarkan diri lagi berada di alam bawah sadarnya. Kegelapan dan sunyi tempat tersebut mirip seperti sebuah ruang hampa di ruang angkasa, ditengah ruang hampa tersebut. Seseorang dengan pakaian militer berambut pirang dengan mata merah, menatap sekitar.

Kebingungan jelas terlihat dari ekpresinya. Dimana dirinya? siapa dirinya? dan kenapa dirinya bisa disini? hal itu seperti ingin sekali seseorang tersebut tanyakan. Sebelum ruang hampa tersebut berubah menjadi sebuah ruangan luas berwarna putih kosong dan terdengar kata kata yang membuatnya kebingungan.

"Begitu ya... Para dewa itu tidak ingin aku mati dengan mudah... mereka senang dan sedang menertawakan nasibku..aku tidak mempercayai sosok seperti mu di dunia ini- tidak bahkan di seluruh alam semesta ini! Untuk manusia pendosa seperti dirimu, keberanian dirimu ini benar-benar sebuah kesombongan. "

Suara tersebut, terus saja terulang ulang, membuat siapa saja mendengarkan menjadi merasa tidak nyaman begitu luar biasa.

Saat itu juga, ruangan kembali berubah kali ini berubah menjadi sebuah medan perang yang mengerikan mayat dan tanah sudah seperti menyatu. Pertemuan terus saja berlanjutnya di tumpukan tanah dan mayat.

Anehnya, Dirinya seperti tidak bisa di lihat oleh orang orang yang berperang di sekitarnya. Saat dirinya mencoba menyentuh sesuatu hasil pasti akan selalu menembusnya. Ditengah kebingungan yang memuncak, sebuah langkah kaki kuda bak melody terdengar seperti tidak asing baginya.

Di langit peperangan tersebut, sebuah cahaya menyilaukan menarik kedua pihak yang sedang berperang. Saat mereka melihat ke arah langit, mereka di kejutkan dengan sebuah kereta kuda terbuka yang sedang menarik seseorang di perempat berambut puting terurai dengan kecantikan bak lukisan malaikat.

Aura medan perang yang sebelumnya dingin dan mencekam berubah menjadi, sejuk dan damai. Permusuhan seperti tidak pernah ada di sana. Mereka semua menjatuhkan senjata mereka dan tanpa aba aba mereka semua berlutut di hadapan sosok tersebut

Pandangan ruangan kini berubah seperti bergerak dengan cepat melewati waktu. Kini terlihat pandang rumput yang luas dan damai di penuhi bunga, tidak ada yang aneh dari itu termasuk dua orang yang berbaring di tumpukan padang bunga tersebut.

"... Kau... Memang... selalu... begitu... "

Ucap salah satu orang yang berbaring di padang rumput dari suara jelas itu suara perempuan tapi anehnya suara seperti terputus putus.Sementara sosok lain adalah laki-laki yang berbaring di sebelahnya juga mengatakan sesuatu.

"Meski...Surga... Tidak... Kita... "

Sama seperti ucapan perempuan barusan, suara laki-laki tersebut juga terputus putus. Ruangan kembali berubah kali ini, seperti sebuah medan perang tapi bukan perang antara manusia/ sebuah bangsa. Perang tersebut terjadi karena, dua orang yang saling bertarung satu sama lain dengan kekuatan dahsyat yang menghancurkan semua yang ada.

Sampai salah satu dari mereka tertusuk pedang oleh musuhnya. Bukannya marah, seseorang yang tertusuk tersebut malahan tersenyum dan mengatakan sesuatu yang membuat musuhnya meneteskan air mata.

"... Jika... kita... kembali hidup. Semoga kita dapat bertemu lagi... "

"... Itu pasti... Natasya. "Jawab seseorang yang menusukkan pedangnya ke tubuh musuhnya. Meski begitu air matanya terus saja mengalir, bahkan setelah pertarungan itu berakhir untuk dirinya yang meraih kemenangan.

Tangisannya bahkan sampai dapat di dengar oleh para penghuni seluruh alam semesta. Baik itu batu ataupun ranting, mereka semua juga seperti dapat merasakan kesedihan tersebut.