Chereads / Wir sind alle Jingo / Chapter 7 - Balas Dendam

Chapter 7 - Balas Dendam

Sementara itu di Kekaisaran Wermania, lebih tepatnya di pusat ibukota distrik militer. Sedang terjadi sebuah pertemuan besar antara para petinggi militer.

Tidak tanggung tanggung, semua jendral di semua bagian perbatasan berkumpul untuk menghadiri pertemuan kali ini. Hal ini di sebabkan oleh, sebuah berita yang cukup besar di kalangan petinggi yang terdengar oleh bangsa lain.

Berita tersebut menyebutkan pemberontak dari dalam Kekaisaran Wermania dan pemberontak dari luar Kekaisaran membantu penyerangan Poritenia yang dipelopori oleh bangsa anti Kekaisaran.

Masalahnya adalah, jumlah pemberontak tidaklah sedikit apalagi setelah penyerangan dan invasi Kekaisaran Wermania ke bangsa sekitar Kekaisaran. Membuat bangsa anti Kekaisaran menjadi mempunyai alasan untuk menyerang dan menghabisi Kekaisaran Wermania.

Semua itu diperburuk oleh kebencian bangsa lainnya terhadap Kekaisaran Wermania.

"Pertemuan darurat ini akan langsung dipimpin oleh jendral Khof Cav Liyian dengan atas persetujuan Kaisar. Jendral Khof dipersilahkan memulai pertemuan... "

Sebagai pembukaan, seorang prajurit mengumumkan bahwa pertemuan akan segera di mulai yang akan dipimpin langsung oleh Jendral Khof.Setelah itu seseorang yang terlihat berumur 55 tahun depan tubuh penuh ototnya, berdiri dari tempat duduknya.

"Terimakasih, untuk mengawali pertemuan ini. Aku akan langsung ke inti masalah yang terjadi. Para pemberontak dari dalam Kekaisaran mulai bergabung dengan bangsa anti Kekaisaran, tentunya ini menjadi masalah yang besar. Sebelumnya Kekaisaran Wermania tidak perlu khawatir dengan adanya pemberontakan karena mereka sama sekali bukan musuh bagi Kekaisaran... "

"... Tapi, para pemberontak itu sama sekali tidak menyadari bahwa Kekaisaran telah mengampuni mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk tunduk Kekaisaran. Mereka dengan bodohnya mengangkat senjata mereka untuk memberontak, apalagi mereka juga berkerja sama dengan aliansi anti Kekaisaran! ini tidak bisa di maafkan!"

Tampaknya semua orang setuju dengan apa yang di ucapkan Jendral Khof, selama ini Kekaisaran tidak langsung memusnahkan para pemberontak karena mereka sama sekali bukan ancaman. Tapi kali ini berbeda dengan bergabungnya pemberontak dari dalam Kekaisaran ke aliansi anti Kekaisaran. Itu sama saja mereka menyatakan perang terhadap Kekaisaran sendiri.

Para pemberontak dari dalam Kekaisaran, umum di panggil dengan julukan ReK(Republik Entriana Kanuel) Para pemberontak bisanya juga berasal dari distrik bawah yang tidak puas dengan kinerja Kekaisaran Wermania.

"Hmm, menyingkirkan para pemberontak itu memang bukan masalah jika mereka sendiri. Tapi kali ini mereka bergabung dengan aliansi anti Kekaisaran. Jika kita menyerang mereka, sama saja kita memicu perang karena mereka pasti akan memaafkan penyerangan kita sebagai alasan untuk menyerang balik. "

Ucapan tersebut, terucap dari salah satu orang dari bangku sebelah kanan. Orang tersebut berambut biru gelap dengan sebuah kumis tipis, ia adalah Jendral Mauel Kanstia. Seorang jenderal bertugas di bagian selatan Kekaisaran.

Mereka semua terdiam, memang apa yang di ucapkan Jenderal Mauel adalah kenyataan. Akan menjadi sebuah masalah jika, para sekutu ikut menjadikan alasan itu untuk memberontak! terlebih lagi akhir akhir ini, terdengar kabar simpang siur tentang pergerakan mencurigakan para sekutu.

"Bagaimana jika mengirim peleton Penyihir 22. Kemenangan mereka untuk menang melawan pasukan republik di timur Tengah sudah cukup sebagai alasannya. "

Jenderal Khof terlihat seperti agak keberatan dengan usulan dari salah satu hadirin di sana. Bukan karena tidak ingin Kekaisaran menang, tapi Mengirim pasukan untuk berpindah tempat tugas bukanlah perkara mudah! apalagi harus menyiapkan pasukan secepatnya untuk menahan pemberontak. Mengirim pasukan yang jauh bukan pilihan tepat.

"Tidak, bisa. Seperti yang kita ketahui Republik bagaian timur tengah pasti akan menyadari jika ada penarikan pasukan dengan jumlah besar. Itu akan sangat bahaya, apalagi ada kemungkinan berita tentang pemberontak akan tersebar dengan cepat. "

Kali ini, Jenderal Khof langsung menyampaikan pendapatnya. Beberapa orang tampak setuju dengan pemikiran Jenderal Khof, tapi ada beberapa orang yang tidak setuju dan tetap ingin mengirim pasukan penyihir 22 untuk mengatasi pemberontak

Perdebatan terus terjadi, beberapa Jenderal besar terlihat masih tenang dan memikirkan jalan keluar dengan berpikir dengan diam. Dari pada berdebat dengan orang orang bodoh? lebih baik berpikir sendiri!

Sampai, seseorang prajurit tiba tiba memasuki ruangan rapat dengan tergesa-gesa. Jika dilihat dari pakaian ia terlihat, seperti berkerja bagaian informasi pusat. Semua orang langsung diam dan menatap prajurit tersebut dengan dingin.

"Hahhh...hahhh... Gawat! Peleton Penyihir kode 89 tiba-tiba saja pergi tanpa perintah menuju para pemberontak yang sekarang berada di kota Poritenia! "

Di sebuah kota yang hancur, terlihat sebuah pasukan dengan jumlah besar tengah berjalan menyusuri jalanan kota. Tank dan peralatan tempur lainnya juga terlihat memimpin pasukan tersebut.

Mereka adalah pasukan anti Kekaisaran dan ReK yang sedang melakukan invasi ke bangsa Poritenia.Invasi ini disadari oleh keputusan yang di ambil bangsa Poritenia untuk tetap netral dan tidak ingin menyerang bangsa lain apalagi Kekaisaran.

Awalnya, keputusan netral tersebut tidak menjadi masalah untuk Aliansi anti Kekaisaran. Tapi, entah kenapa sekarang bangsa bangsa yang bergabung ke aliansi Kekaisaran malah menyerang bangsa Poritenia? terlebih lagi penyerangan tersebut bertepatan dengan setelah bergabungnya ReK ke dalam Aliansi.

Meski malam, para pasukan aliansi tetap berjalan menyusuri jalanan kota yang sudah hancur. Sayangnya perjalanan mereka harus terhenti ketika melihat jalan di depan mereka tertutup dengan reruntuhan bangunan kota. Memindahkannya juga akan memakan waktu lama, berbalik dan memutar akan sulit di lakukan oleh Tank dan senjata berat lainnya.

Pada akhirnya, mereka mendirikan tenda untuk beristirahat untuk malam itu. Meski mereka tau, bermalam di daerah musuh mereka sama saja bunuh diri! Rasa kesal yang teramat dan kelelahan, lebih di utamakan di kasus ini. Lagi pula, beristirahat semalam tidak membunuhmu kan?

Ya, itulah yang di pikirkan mereka semua. Sampai sebuah serangan sihir menghantam mereka, tidak hanya satu puluhan sihir anti artileri menghujani mereka dengan hebat. Kepanikan di mana mana, sebelumnya mereka hanya ingin beristirahat untuk semalam tapi siapa sangka bakal ada serangan dadakan.

Di langit malam di atas para prajurit aliansi dan ReK. Terlihat seseorang remaja, yang berkali kali menembakkan serangannya ke prajurit aliansi yang di bawah. Remaja tersebut adalah Satya.

Meski sudah menyerang dengan beberapa kali serangan anti artileri, nyatanya tenaga Satya benar-benar terkuras habis. Tidak hanya tubuhnya yang kelebihan muatan akibat ledakan sihir di tubuh, Satya kali ini tidak dapat berpikir jernih hanya balas dendam yang ada di matanya. Mengabaikan rasa sakit yang luar biasa dari jantungnya.

Saat sedang menembak pasukan aliansi, sebuah serangan balasan mengejutkan dari bawah. Tidak sempat membuat perlindungan, Satya harus menerima serangan tersebut mentah-mentah yang membuatnya terjadi dari udara ke tanah dari ketinggian 200 kaki.

Tubuh bagaian belakang langsung menghantam tanah yang dipenuhi reruntuhan bangunan. Meski begitu Satya, masih terlihat masih sadarkan diri dan mencoba berdiri dengan sekuat tenaga.

Seteguk darah keluar dari mulutnya, luka di kepala mengeluarkan darah yang tidak sedikit. Rasa sakit di jantungnya juga masih tidak kunjung berhenti.

Di sekitarnya, puluhan ribu pasukan aliansi dan ReK sudah siap menembaki nya dengan berbagai senjata. Bahkan senjata seperti tank dan artileri sudah siap untuk di tembakan.

"Apa ini akhir kedua ku?... "

Ucapan terakhir, Satya sebelum sebuah teriakan perintah untuk menyerang terdengar dan puluhan tembakan dari berbagi arah mengenai Satya, serangan tersebut di akhiri oleh sebuah serangan tank yang menimbulkan ledakan besar di tempat Satya berdiri.